Chereads / What Do You Know? / Chapter 19 - BAB 16| MATAHARI

Chapter 19 - BAB 16| MATAHARI

Pulang ke rumah Raib...

Aku terpaksa pulang bareng Kak William setelah lama menunggu angkutan umum lewat.

Harusnya Raib suruh nunggu aja, kalau Raib lihat bisa mati aku.

"Kak Will makasih yah." Ucapku padanya.

"Sel, jangan lupa jam 7 malam aku jemput yah." Tawar kak William sambil menerima helm dari ku.

"Gak usah Kak, aku nanti bisa sama Raib atau kak Jhon kok." Kata ku sambil menunduk.

"Oh gitu yah? Ya udah deh." Jawab Kak William, setelah itu pergi.

Ting tong...

Bel rumah Raib ku bunyikan.

"Eh nak Seli, jadi nginep yah? Dari mana aja kok sore baru pulang?" Tanya mama Raib sambil menyuruhku masuk.

"Ada klub Karate, Te."

"Ya udah langsung ke kamar Raib sana. Dia udah nungguin." Suruh tante padaku.

Aku beranjak ke kamar Raib di lantai satu, nah ini juga kali pertama aku ke kamar Raib.

Biasanya Raib selalu larang aku untuk masuk ke kamarnya.

Itulah sebab kenapa Raib takut aku nginep di sini.

"Ra, gue boleh masuk ngga?" Kata ku supaya lebih sopan aja.

"Iya." Jawab Raib dari dalam kamar.

Aku terkejut sesaat. Astaga di kamar Raib sudah terdapat poster idola idolanya dalam bentuk polaroid. Dan pigura.

Kemudian di sebelah kasurnya terdapat Rak buku 12 rak yang isinya benar benar full buku. Sebelah kanan kasurnya ada meja belajar dengan bermacam macam alat elektronik.

"Wow! Kamar lo lebih parah dari Ali Ra. Sumpah!" Kata yang benar benar syok berat.

"Kalau lo ngomong gitu gue jadi malu sel. Oh yah kalau misalnya lo udah tau kamar ku jangan bilang siapa siapa yah." Kata Raib amat serius.

"Kenapa?" Tanya ku bingung.

"Ada deh." Kata Raib sambil tersenyum.

Tapi aku beranjak ke kamar mandi di sebelah kamar Raib, terus kemas kemas buat makan malam klub.

Rumah Raib lumayan luas, kemudian di rumah Raib tampak lebih aneh dan berbeda aja sih.

"Eh Ra. Lo punya ini?" Kata ku terkejut saat melihat gitar di pojok ruangan kamar Raib.

"Eh lo mau ke mana? Udah rapi aja." Lagi lagi Raib mengubah topik pembicaraan.

"Ra jawab dong apa yang gue tanya!" Kata ku kesal.

"Iya gue punya gitar." Jawab Raib.

"Lo bisa main gitar ini? What?" Ucap ku yang menggoda Raib.

"Iya Seli....." Kata Raib pasrah.

Setelah itu Raib ku suruh memainkannya, tapi ia menolak dan pergi meninggalkan kamar.

Setelah berusaha membujuk Raib untuk mengantar ku ke cafe tempat pertemuan.

Raib sih juga sekalian mampir ke toko buku langganan nya, katanya sih mau nambah nambah koleksian buku.

"Sel, udah siap?" Tanya Raib yang melihatku sedang berdandan.

"Udah Ra. Kamu cuma pakai jaket? Sama training olahraga itu?"

Oh aku lupa kalau Raib bukanlah orang yang fashionable.

Sesampainya kami di cafe, Raib langsung pamit untuk pergi, dia takut kehabisan edisi novel terbaru dari tereliye.

But, di cafe udah rame banget anak klub karate, kayaknya nih cafe udah di booking deh sama pak Fu'

Iya sih orang holkay.

"Eh Seli, tadi kesini sama siapa?" Lagi lagi kak William tanya tanya.

"Raib." Jawab ku singkat, yang langsung pergi ke tempat anak anak kumpul.

Mereka udah pesan makanan dan minuman masing masing, kayaknya sih tinggal aku aja.

Tapi waktu aku udah mau pesan eh kak William udah ambilin minuman. Aku gak bisa bolak deh, minumannya juga lumayan enak.

Acara ini belum di mulai, karena pak Fu' masih bicara sama panitia lomba lainnya.

Aneh juga sih, dimana mana kan kalau adain pesta waktu udah menang, ini belum lomba aja udah pesta.

Gimana kalau nantinya kalah? Kan bakalan malu bertubi tubi dah tuh. Apalagi aku tokoh utamanya.

"Oh ini yang namanya nak Seli?"  Kata panitia lomba yang aku gak kenal namanya.

"Iya, dia bakalan ikut lomba karate ini, dia bakalan yang jadi gardu depan untuk kemenangan kita." Bangga pak Fu'

Setelah obrolan singkat kami, pak Fu' dan yang lainnya memulai pesta.

Gak terlalu ngebosenin sih soalnya, banyak banget kakak kelas yang sangat solid sama aku.

Jadi udah kayak temen deket walaupun gak sekelas.

Setelah pesta selesai Raib menelpon ku, katanya....

"Eh Sel, mau di jemput apa enggak? Gue soalnya udah dapet bukunya."

Aneh juga sih, masa udah 2 jam lebih Raib baru dapet bukunya sih?

Tapi tawaran Raib ku terima, karena Kak Jhon ada urusan di Klan Mars, yah namanya juga panglima di sana.

"Eh Sel, seru gak tadi?" Tanya Raib basa basi.

"Lumayan, eh Ra. Ini udah jam berapa?" Tanya ku padanya.

Karena secara tiba tiba aku keinget nasehat mama yang bilang jangan pulang malam malam.

"Jam 10 sel? Ayo pulang keburu gerbang rumah di kunci." Panik Raib.

Akhirnya aku dan Raib pulang ke rumah walaupun sedikit terlambat, sampainya disana aku langsung ganti baju dan tidur tiduran di kasur Raib.

Raib sih katanya masih ada urusan jadi dia duduk di meja belajarnya sambil nulis nulis gak jelas.

Sambil nunggu bisa tidur aku mengelilingi kamar Raib, ada satu sudut yang buat aku syok.

Rak buku Raib seperti mau roboh. Apa mungkin kebanyakan buku? Tapi inikan dari kayu jati? Mana mungkin?

Bruk!

"Awh." Kata ku yang kesakitan karena jatuh.

"Eh Sel, ngapain lo?" Tanya Raib.

Tapi ada pemandangan yang bikin gue takjub.

Di depan mataku sekarang terdapat seperti ruangan pribadi Raib. Kayak studio musik, ada kasur nya juga.

"Ra. Ini apaan?" Tanya ku penasaran.

"Seli, lo orang paling ngeselin sedunia tau nggak. Padahal ini udah gue sembunyiin tapi lo tau juga.....

"Itu studio musik, ruangan biasanya gue bikin lagu, atau nulis novel." Jelas Raib.

Kemudian aku berdiri dan beranjak menyusuri ruangan pribadi Raib, lampu kamarnya bisa diubah ubah, terus ada monitor besar, yang dia tanya terdapat piano kecil dan keyboard.

Di sebelahnya ada mic tempat rekaman. Pojok kamarnya terdapat gitar dan alat lainnya.

"Lo bisa bikinin gue lagi gak Ra?" Tanya ku pada Raib.

"Buat apa?"

Karena Raib udah mulai curiga dengan maksud ku membuat lagu, aku terus terang pada Raib.

"Gini Ra, orangtua gue pisah." Kata ku sambil menangis.

Raib hanya diam, dia mungkin masih belum peka sama apa yang terjadi sama aku.

"Kok bisa?" Tanya Raib bingung.

"Papa...ninggalin Gue sama mama karena kerjaan nya."

Dan gak terasa pula air mata ini telah mengucur deras. Raib juga bisa merasakan bagaimana di tinggal orang tua.

Karena Raib sendiri hidup bersama orang tua angkatnya.

"Lo seharusnya bersyukur Sel." Kata Raib yang berusaha menenangkan ku.

"Tapi gue harus gimana Ra? Mama setiap hari selalu nampar gue, setiap gue buat kesalahan sekecil apapun dia bakalan berubah seperti monster Ra!"