Ini bukan dari sudut pandang Zanna ya, aku menggunakan sudut pandang mereka semua. Tapi sekarang bagian sudut pandang Zanna dulu xixixi. Semoga tidak terganggu ya...^^
•
•
•
"Duh, telat bangun lagi!" Desis Zanna dengan mata terbelalak menunjukkan ekspresi kaget. Pasalnya, jam sudah menunjukkan jam 7 pagi, meski hanya kurang 10 menit.
"Pasti gara-gara gue marathon drakor tadi malem. Haduh, mampus gue!" oceh Zanna sembari berlari ke arah kamar mandi. Lima menit setelahnya, dia kembali keluar dengan muka yang setengah basah. Mengambil pakaian sekolah dan memasangnya dengan cepat. Tanpa membuang waktu, Zanna mengambil tas yang tergeletak di atas meja lalu berlari turun ke bawah.
"Zanna, kamu gak makan dulu?!" teriak ibunya dari ruang makan.
"Enggak Mah, udah telat!" pekik Zanna dari arah teras.
Tanpa membuang waktu, Zanna masuk ke mobil nya lalu menancap gas kencang membelah padatnya jalan di Jakarta tanpa mempedulikan umpatan para pengendara lain saat mobilnya berjalan dengan ugal-ugalan. Tak sampai sepuluh menit, mobilnya telah memasuki halaman sekolah. Setelah memastikan kalau mobilnya telah diparkir dengan rapi, barulah dia beranjak ke arah kelasnya.
"BRAK!!"
Zanna menendang pintu sekuat tenaga, membuat semua penghuni kelas seketika menoleh ke arah sumber suara. Beberapa bahkan menatapnya garang akibat terkejut.
"Huh, gue telat. Sorry!"ucapnya ngos-ngosan sembari memegang dadanya. Sedangkan tangan kirinya bergerak untuk menutup pintu.
"Zan, kenapa lo?" Tanya Alisya dengan alis terangkat.
Zanna mendelik, anak ini tidak paham apa! "Gue telat astajim!"
"Telat matamu, baru jam setengah 7 lo bilang telat?" Anne mendorong kepala Zanna pelan. Lalu berlalu, kembali duduk di kursinya.
Zanna mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding lalu kembi menatap Anne bingung. Menunjuk jam dinding dengan berbagai ekspresi.
"Lah, kok?"
"Apa? Emang baru jam setengah 7 kok!" Ucap Anne berdiri kemudian berjalan ke arah depan lalu mengambil penghapus papan tulis.
"Makanya, Zan. Mata tuh dipake!" Timpal Davina.
"Sialan lo, Vin! Tapi sumpah, tadi udah jam 7!"
"Jam lo rusak berarti."
"Udahlah, males gue!"
"Dih, yang salah siapa, yang kesel siapa, ckckck." Scarlett memutar matanya jengah.
"Tau lah, bete gue!"
"Lah, aneh nih anak!"
"BRAK!!"
Pintu kembali terbuka, lebih tepatnya terbuka paksa, menampilkan dua manusia bergender perempuan, Nayara dan Elle.
"HALLO SEMUA!" pekik keduanya keras disertai senyuman andalan mereka.
"Berisik!!" Pekik Qarim yang selaku seksi keamanan dengan ekspresi kesal.
"Yeu, serah kita dong!"Nayara memeletkan lidahnya. "Oh iya, Zan, lo tadi kenapa? Kok lari-lari?"sambungnya saat bokongnya telah menempel sempurna di kursi.
"Nah iya tuh. Kenapa lo?" Elle menimpali.
"Gini loh, Nay. Si Zanna salah jam. Dia kira udah jam 7, soalnya jam kamarnya lagi rusak. Makanya nih anak lari-lari." jelas Anne yanh dibalas anggukan oleh Nayara.
"Pantesan lari-lari kek orang dikejar anjing gila." Nayara menggeleng.
Zanna menggebrak meja kencang.
"Diem ish, gue lagi bete!" kesal Zanna.
"Selow dong, Yang" Davina terkekeh.
"Yang yang, palalo peyang!" Zanna melotot. Bukannya membuat takut, hal itu malah membuat yang lainnya tertawa keras.
"Eh Scar, temenin gue ke WC dong. Kebelet nih," pinta Nayara sembari berdiri, jangan lupakan wajahnya yang sudah seperti orang nahan berak, merem-merem melek.
"Oke lah, ayo. Gue juga lagi pengen buang air."
Setelah kepergian Nayara dan Scarlett, kelas--lebih tepatnya untuk wilayah tempat duduk Zanna and the geng, kembali hening. Mungkin kehabisan bahan pembicaraan. Diikuti Zanna yang sedang kesal, membuat tak seorangpun ingin mengeluarkan kata-kata. Takut membuat anak itu makin kesal.
"Oh, iya. Besok kan kemah, lo pada udah ngemasin barang-barang yang bakalan dibawa?" Tanya Elle seraya menutup buku novel berwarna pink yang sedari tadi dibacanya.
"Gue udah," ucap Davina santai. Memang, dia sudah menyiapkan barang-barang nya tadi kemaren sore sehabis pulang sekolab. Menurut nya, lebih baik menyiapkan lebih dulu dari pada nanti.
"Sama. Malahan gue udah tadi malem nyiapinnya. Udah gak sabar gue!" timpal Anne tersenyum.
"Lah lo, Zan? Udah nyiapin belum?"
"Ud... EH ASTAGFIRULLAH, GUE BELUM NYIAPIN!! Lo kok gak ngingetin gue sih, An!" Pekik Zanna dengan wajah kagetnya. Yaiyalah kaget, soalnya dia adalah salah satu anak yang paling ribet jika akan pergi. Baik itu pergi kemah, liburan atau apapun. Makanya dia perlu waktu untuk menyiapkan semua barang-barang yang akan dibawa. Minimal sehari atau dua hari sebelum acara dimulai.
"Eh, kaget woi!" Anne memukul tangan Zanna kesal. Untung dia tidak punya riwayat penyakit jantung. Kalau tidak, sudah bisa dipastikan sekarang dia sudah berada di ambulan menuju ke rumah sakit.
"Kok lo nyalahin gue sih? Mana gue tau kalo lo belum nyiapin barang-barang. Masih mending gue tanya, coba kalo nggak, gue yakin lo gabakalan inget sama sekali!" Elle mendelik kesal. Kenapa jadi dia yang disalahkan? Tau saja dia tidak.
"Ya tapikan seharusnya lo ngingetin gue jauh-jauh hari!"
"Bodo lah!"
"Ishh... Eh, Vin nanti bantu gue nyiapin barang-barang ya!"
Davina mengangguk, lagi pula rumahnya dekat dengan rumah Zanna. Jadi sekalian saja main. "Oke, abis pulang sekolah gue langsung ke rumah lo."
-
Waktu menunjukkan jam 7 malam saat Anne keluar dari kamar mandi. Setelah mengikat tali jubah mandi di pingganggnya, dia beralih mengambil handuk putih yang tergantung di depan pintu kamar mandi lalu berjalan menuju ke arah ranjang, tempat dimana hp nya yang sedari tadi terus berbunyi berada.
Dia membuka aplikasi WhatsApp lalu membuka grup chat nya. Terlihat lebih dari 50 pesan berasal dari sana.
DE ZANS♡
Nayara : Eh, gimana? Udah siap buat besok?
Davina : Siap lah! Ga sabar banget gue!
Anne tertawa kecil.
Me : Sama:v
Zanna : Gue juga udah siap. Untung tadi Vina bantuin gue buat ngemasin barang•,•
Scarlett : Tinggal nyiapin badan aja supaya vit buat besok.
Elle : Nginep di rumah Nayara yuk! @Nayara, boleh kan? Sekalian bawa barang-barang kalian biar besok barengan ke sekolah.
Nayara : Gue sih oke-oke aja. Rumah gue tuh selalu terbuka buat kalian-,-
Me : Gue ngikut aja
Zanna : 2in:v
Elle : 3in:v
Davina : 4in:v
Anne menaruh hp nya lalu berjalan ke arah lemari. Mengambil sebuah kaos hitam oversize dan sebuah celana pendek longgar lalu memakainya. Menyisir rambut sebentar lalu mengambil kunci mobilnya dan 2 koper berisi barang-barang kemudian turun.
"Ma, Anne malam ini nginep di rumah Naya, ya!" Ucap Anne saat melewati ruang keluarga, dimana ibunya berada.
"Iya, hati-hati!" Anne mengangguk setelah mendapat jawaban. Lalu kembali meneruskan jalannya menuju bagasi.
-
Nayara berlari kecil menuruni tangga berbentuk spiral yang terhampar di tengah rumahnya. Berlari menuju ruang keluarga, dimana terdapat dua orang berbeda gender, yakni ayah dan ibunya yang kini tengah menonton film bergenre horor. Nayara menggeleng, agak lucu memang melihat kedua orangtuanya yang sudah tua, menonton film seperti itu. Bukan apa-apa, tapi bukankah biasanya jarang ada orang yang sudah berumur, tertarik menonton film seperti itu.(?)
"Aaa!" Teriak wanita berumur 30 an itu kaget. Pasalnya, seorang hantu berjubah putih tiba-tiba muncul di layar disertai wajah yang berdarah keseluruhan dengan mata yang berwarna putih. Jangan lupakan beberapa rambut yang menutupi wajahnya membuat kadar keseraman nya semakin bertambah.
Nayara mengelus dadanya pelan. Jangan kira dia tidak terkejut akibat teriakan ibunya. Dia menggeleng lalu berjalan ke sisi kiri ibunya.
"Ma, malam ini sahabat-sahabat ku akan menginap disini. Boleh kan?" Tanya nya seraya duduk di kursi single di depan perapian.
"Sahabat-sahabat mu yang gesrek itu?" wanita itu bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
"Hmmm... " Nayara mengangguk. Tangannya bergerak mengambil toples berisi keripik di atas meja. Sudah biasa baginya mendengar ibunya mengatakan itu. Toh itu memang benar. Sahabat-sahabat nya itu memang bisa dikatakan 'gesrek', atau mungkin 'stress'.
"Ya kalau mama sih, boleh-boleh saja. Lagi pula, rumah ini sangat sunyi. Kedatangan mereka mungkin agak menganggu dalam artian kalau mereka itu sangat berisik. Tapi kedatangan mereka juga bisa membuat rumah ini terasa hangat." Tutur wanita itu panjang lebar.
Nayara mengangguk, "ya, mama tau sendiri kan, bagaimana mereka kalau sudah berkumpul." Ucapnya terkekeh.
Ibu Nayara mengangguk. Sejenak, mereka terdiam. Nayara mengalihkan pandangannya menatap ke televisi yang masih menayangkan film horor. Hingga sebuah teriakan disertai gedoran pintu terdengar, membuatnya terjengit kaget.
"NAY, BUKA PINTUNYA! GAWAT!!!" Nayara mendelik, itu suara Zanna. Anak itu selalu berteriak jika kakinya menapak di halaman rumahnya.
•
•
•
Next Chapter 2🔜