Cahaya matahari masuk menyinari kamarnya. Disana masih terlihat jelas Yootaeyang masih terbaring diatas kasurnya. Wajahnya memerah dan sesekali terdengar suara batuk dari mulut lelaki itu. Ia mengalami demam dan flu karena kehujanan semalam. Matanya terbuka pikirannya melayang tanpa arah. Sesekali ia mengusap wajah dan hidungnya.
Handphone miliknya berdering. Ada panggilan masuk dari sekretaris kantornya.
"Halo, ada apa pak Jung In?" suaranya terdengar serak.
"Halo pak, ada apa dengan suara bapak?" tanya sekretaris khawatir.
" Aku baik-baik saja, katakan ada apa menelpon?'' tanyanya tegas.
"Jika bapak sakit sebaiknya bapak ke dokter untuk berobat." bujuk sekretarisnya itu dengan perhatian.
"Saya menelpon karena bapak belum tiba di kantor, ada beberapa rencana pekerjaan yang harus bapak analisa terlebih dahulu." sambung lelaki separuh baya itu.
"Saya akan masuk kantor besok pagi dan akan segera memeriksanya." tuturnya cuek sambil menutup telpon.
Park Jung In adalah sekretaris perusahaan keluarga Yootaetang. Lelaki paruh baya itu sudah lama menjadi sekretaris di perusahaannya mulai dari masa kepemipinan ayahnya. Park Jung In sudah seperti keluarga bagi Yootaeyang karena secara tidak langsung ia mengarahkan kepribadiannya.
Perusahaan itu bergerak dibidang fashion. Keluarga Yootaeyang yang memiliki saham di perusahaan itu adalah pamannya. Namun karena Ia memegang saham terbesar keluarganya berusaha ingin merebutnya secara tidak langsung dari lelaki berhati dingin itu.
****
Semua staff dari berbagai divisi sudah hadir dalam ruangan rapat itu. Rapat akan segera dimulai.
"Terima kasih atas kehadirannya semua pagi ini." sapa Lee Jae Yoon manager umum di perusahaan itu.
Lee Jae Yoon adalah manager muda di perusahaan itu. Ia merupakan anak dari CEO perusahaan itu sendiri. Meskipun ia adaah anak dari CEO ia tidak pernah bersikap seenaknya. Ia adalah seseorang yang mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap perusahaan.
"Bagaimana kinerja divisi pemasaran sejauh ini?" manager bertanya sambil melirik staff divisi marketing.
"Sejauh ini penjualan kita mengalami kenaikan sekitar 40% dari sebelumnya pak, dan kenaikan itu diraih selama satu bulan terkahir pak." jawab staff bagian marketing dengan jelas.
"Lalu bagimana dengan laba perusahaan ini, apakah ada perbandingan yang mencolok dari tahun sebelumnya?" tanya manager lagi sambil melirik Kim Hye Na.
"Laba perusahaan kita tahun ini meningkat sekitar 50% dari tahun sebelumnya pak. Jika dilihat dari laporan keuangan yang kami kerjakan, perusahaan terus mengalami kenaikan untuk memproduksi beberapa jenis barang yang kita pasarkan, salah satu barang yang mengalami tingkat produksi yang meninggkat adalah produk pakaian dan tas pak." tutur Hye Na dengan singkat dan jelas.
Hye Na memang seseorang sangat berkompeten dibidangnya. Setiap pekerjaan yang ia kerjakan harus terperinci dan jelas. Tidak heran ia menjadi salah satu karyawan teladan di perusahaan itu.
Rapat terus berlangsung dan satu per satu anggota staff dari berbagai divisi di wawancarai oleh Lee Jae Yoon.
****
Yootaeyang mengambil segelas air putih lalu meminumnya dengan satu tegukan saja. Ia membuka kulkas lagi mengambil sebutir telur dan mencari sebungkus mie instan didalam lemari gantung didapur apartemennya. Ia ingin membuat semangkok mie ramyeon.
Ia mulai memasak dan memasukkan satu per satu bahan kedalam rebusan mie instan itu. Lalu ia memasukkan daun bawang dan telur kedalamnya. Wajahnya tampak enggan melakukkan apapun saat itu.
Kemudian ia duduk dimeja makan dan membawa semangkok rameyon lalu menyeruputnya berulang ulang hingga habis.
Di dalam pikirannya hanya ada dirinya dan dirinya saja. Tidak pernah terbayangkan olehnya bagaimana menjalani hidup bersama seseorang. Kehidupan yang seperti ini membuatnya menjalani hidup yang monoton saja. Hal itu menimbulkan rasa egois dan ketidakpedulian kepada orang lain.
Bersambung..