Naomi melirik Nick lalu wanita yang kini berdiri tak jauh darinya. Wanita bertubuh ramping dengan rambut panjang berwarna pirang emas yang bergelombang. Wanita itu mengenakan gaun putih sederhana yang panjang dengan sepatu hak tinggi yang mengkilap. Wanita itu berjalan mendekat dengan elegan dan Naomi bisa melihat matanya yang lebar berwarna biru laut.
"Adele," sapa Nick kemudian.
Naomi tak langsung mengenali wanita itu, namun begitu mengamati sorot mata Nick yang terpaku pada Adele, Naomi langsung mengingatnya.
Itu wanita yang ia lihat di pesta malam itu... itu Adele - cinta pertama Nicholas Boucher. Begitu Adele berdiri tak jauh dari hadapan Nick, Naomi melangkah mundur. Dan dengan refleks, ia menundukkan kepalanya. Entah mengapa wanita itu memiliki aura menakutkan yang membuat Naomi tak bisa menatap kedua matanya.
"Aku sudah mencarimu kemana-mana. Sepertinya kau tidak memberitahu asisten pribadimu tentangku karena ketika aku mendatangi perusahaanmu, mereka menolakku," jelas Adele sambil setengah tertawa, tawa yang menakutkan. "Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja," jawab Nick, singkat. Kemudian ia menepi untuk menunjukkan Naomi yang berdiri di belakangnya, "Ini Naomi Carter, teman kencanku."
Kedua mata Naomi membelalak, kaget. Ia mengangkat wajah dengan kikuk pada Adele dan berkata dengan terbata-bata, "A-aku... se-senang bertemu denganmu."
Adele tidak langsung merespon. Ia mengamati Naomi dari puncak kepala hingga ke ujung kaki dengan sorot matanya yang tajam lalu menyahut, "Teman... kencanmu?"
Nick mengangguk. "Kami baru saja selesai menonton pertunjukan balet."
"Oh, begitu rupanya." Adele mengangguk pelan kemudian mengusap perut bagian bawahnya dengan lembut.
Sepertinya gaun sederhana milik Adele sedikit kebesaran karena Naomi baru menyadari kalau perut Adele sedikit menonjol. Dan kalau dilihat dari cara wanita itu mengusap perutnya...
"Kau... hamil?" tanya Nick, mengerutkan alisnya dengan bingung.
"Ah, ya. Sudah tiga bulan," jawab Adele sambil tersenyum pahit. "Dan karena ini aku mencarimu. Ada yang ingin kubicarakan, Nick. Sesuatu yang sangat penting."
Kedua mata Naomi melebar, syok. Ia membutuhkan beberapa detik yang lama untuk memproses ucapan Adele. Karena perutnya yang membesar, Adele mencari Nick? Karena ada sesuatu yang harus dibicarakan? Sesuatu yang sangat penting?
Semuanya terjadi begitu cepat. Naomi menyambungkan kemungkinan satu dan lainnya hingga ia menarik kesimpulan dalam otaknya. Kesimpulan yang belum tentu benar namun membuatnya sulit bernapas seketika memikirkan kemungkinannya.
Naomi mengerahkan seluruh kekuatan yang tersisa untuk berkata, "Sepertinya kalian membutuhkan waktu berdua. Nick, aku pulang dulu. Terima kasih untuk hari ini."
"Tidak!" Nick menyela, sangat cepat. "Aku akan mengantarmu," ucapnya lalu beralih pada Adele. "Aku akan menghubungimu." Nick buru-buru meraih tangan Naomi, menggenggamnya dengan erat lalu menarik gadis itu pergi. Langkah kaki Nick begitu cepat hingga membuat Naomi harus setengah berlari untuk menyamakan kecepatan. Meski Nick menggenggam tangannya sekarang, mengapa Naomi justru merasa resah?
***
Perjalanan pulang menuju apartemen Naomi di Manhattan berlalu dalam hening; keheningan yang terasa mencekam. Nick mengemudikan mobilnya dengan sigap dan Naomi tidak yakin apakah penyebabnya adalah pertemuan mereka dengan Adele beberapa menit yang lalu atau karena ia ingin cepat-cepat sampai. Begitu mobil SUV milik Nick melewati perempatan apartemennya, Naomi melepas sabuk pengamannya dan bersiap-siap pergi.
"Sekali lagi, terima kasih, Nick. Untuk hari ini." Naomi mengucapkan itu sambil memaksakan seulas senyum. Ia yakin ia terlihat menyedihkan.
Setelah menghentikan mobil, memarkirnya di pinggir jalan, Nick menurunkan kunci pintu mobilnya, tak membiarkan Naomi turun. Hal itu membuat Naomi berpaling pada Nick. "Ada apa?"
"Aku benar-benar minta maaf," ucap Nick. "Kencan kita tidak seharusnya berakhir seperti ini."
Naomi tersenyum tipis. "Jangan bicara begitu. Aku benar-benar menikmati hari ini." Naomi menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Sekarang, pergilah. Kau harus menyelesaikan masalahmu dengan Adele."
Menyebutkan nama itu benar-benar tidak mudah bagi Naomi. Apalagi ia harus menahan senyumnya sambil melakukan itu. Naomi menarik paksa kunci mobil Nick namun saat melakukan itu, Nick meraih pergelangan tangannya.
"Apa lagi, Nick?" tanya Naomi, kini menghindari tatapan mata lelaki itu.
"Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"
Naomi langsung mengangguk. Ia ingin buru-buru keluar dari mobil, jauh dari Nick secepat mungkin.
"Jangan menyimpulkan apapun. Aku tahu apa yang ada di pikiranmu dan aku bisa memastikan kalau itu semua tidak pernah terjadi. Itu semua tidak benar." Nick berusaha menjelaskan.
"Aku tidak memikirkan apapun dan aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan. Ada yang harus kulakukan, aku... pergi dulu." Naomi melepaskan tangannya dari cengkeraman tangan Nick dengan paksa kemudian turun dari mobil dan melangkah cepat memasuki gedung apartemennya.
Begitu memastikan Naomi sudah masuk, Nick meninju roda kemudi mobilnya dengan geram. Lalu ia mencengkeram rambutnya dengan frustrasi dan menyandarkan kepala di puncak kursi kemudi.
Hari ini tak seharusnya berakhir seperti ini... ia seharusnya membuat Naomi keluar dari mobilnya sambil tersenyum dan bertanya kapan kencan selanjutnya diadakan. Tapi itu tidak terjadi dan penyebabnya adalah...
Adele Moss.
Nick langsung merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan ponselnya. Dengan cepat ia mencari nama Adele pada kontak teleponnya. Lalu saat ia berhasil menemukannya, Nick menekan tombol hijau di layar ponselnya.
Satu deringan... dua deringan... lalu...
"Hei, Nick. Aku masih di sekitar Central Park."
Dulu, Nick selalu menanti-nanti kesempatan ia bisa mendengar suara Adele di telepon. Ia bahkan merekam suara gadis itu agar bisa didengarkan kapan pun. Tapi, entah mengapa perasaan itu kini hilang. Hilang lenyap tak bersisa. Nick pun bingung apa alasannya. Tapi meski begitu, Nick menarik napas dalam-dalam untuk memberi respon, "Beritahu aku lokasinya, aku segera ke sana."