Chereads / Budi Si Penggembala Semesta / Chapter 1 - Budi si Botak Berkumis

Budi Si Penggembala Semesta

🇮🇩OmBas
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 7.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Budi si Botak Berkumis

Di ruang kelas sebuah sekolah SMA di Kota Juanda, Seorang Lelaki paruh baya terlihat sedang mengajar sekumpulan muda – mudi.

Murid-murid di kelas terlihat memperhatikan dengan serius. Raut muka pak Guru yang ramah, rambut belah pinggir serta kacamata tebal dan kumis tipis memang terlihat tidak intimidatif, akan tetapi siapa yang tak kenal dengan Pak Saepin.

Walau terlihat seperti lelaki paruh baya, Pak Saepin sudah hidup selama 150 tahun, Pamor dan Kesaktiannya cukup terkenal di Kota Juanda.

Sebelum menjadi guru, pak Saepin adalah Pasukan Kerajaan yang pernah bertempur di planet merah selama 70 tahun!

Konon, pak Saepin pernah ber adu kesaktian dengan Sengkuni si pemberontak.

Perang di planet merah masih berkecamuk sampai detik ini, Tak ada yang tau pasti kenapa pak Saepin keluar dari kesatuannya dan memilih menjadi seorang guru SMA.

Pak Saepin : "Jutaan tahun sebelum kemunculan Sang Surya Agung, Ras Manusia hidup dalam kehinaan, Ras Dewa memandang kita sebagai makhluk rendahan, Para Monster serta Iblis melihat kita sebagai bahan makanan!"

"Kehadiran Sang Surya merubah itu semua, Beliau membuka jalan manusia untuk ber kultivasi sehingga manusia mampu memiliki kekuatan setara dengan ras dewa. Akan tetapi yang harus kalian ingat, pengaruh terbesar Surya Agung terhadap manusia bukanlah methode kultivasi yang dia bawa, melainkan sebuah harapan dan mimpi tak terbatas !!"

Dengan tangan terkepal dan wajah memerah, Pak Saepin melanjutkan kata-katanya.

"Bahwa manusia mampu berdiri sejajar dengan para dewa! Bahwa peradaban manusia mampu menandingi negeri langit!!"

"Ingatlah itu baik-baik anak-anak, Ingatlah itu baik-baik.."

"Oke sekian pelajaran sejarah hari ini, semoga kalimat penutup dari bapak tadi mampu memberi motivasi dalam perjalanan hidup kalian"

"Selamat Sore dan sampai jumpa minggu depan !"

Murid – Murid : "Sampai jumpa pak Guru!"

Walaupun sudah mendengar kalimat penutup yang sama berkali-kali dari pak Saepin, tak satupun murid yang berani menunjukkan rasa kesal atau tidak suka.

Jingle bell ~~, Bell tanda waktu pulang berbunyi.

Pak Saepin memang terkenal tepat waktu. Kelasnya selalu diakhiri tepat sebelum bell berbunyi.

Di ruang kelas, di meja paling belakang, Terlihat seorang siswa dengan penampilan yang cukup unik sedang bersiap-siap untuk pulang.

Ya, Penapilan Budi memang agak unik dibandingkan teman seumurannya, Kepalanya yang botak, badan yang besar dan tegap serta kumis dan janggut yang cukup tebal, membuat penampakannya lebih seperti lelaki dewasa dibandingkan anak SMA.

Sejak kelas 2 SMP, kumis dan jenggot Budi mulai tumbuh cukup cepat, Hanya saja Budi rajin mencukurnya. Baru ketika masuk SMA, Budi membiarkan kumis dan janggutnya tumbuh cukup panjang.

Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, saat masih SMP, Budi sering kali diejek akibat kepala botaknya. Berbagai julukan di sematkan pada Budi, Budi Si Telur, Budi Bulan, Budi sang pencerah dan julukan lain yang membuat Budi tidak nyaman. Hingga suatu saat ketika menjelang masuk SMA, seekor kura-kura memberinya sebuah saran agar Budi menumbuhkan jenggot dan kumisnya.

Kata si Kura-kura : "Kau tumbuhkan saja kumis dan Janggutmu, dengan begitu mereka tidak akan berani menghinamu, karena wajahmu mungkin akan mengingatkan mereka pada ayah atau paman mereka, Hahahahaha!"

Ya, ejekan si kura-kura malah dianggap sebagai saran oleh Budi, dan hasilnya… Cukup efektif!

Teman barunya di SMA tidak ada satupun yang mengejeknya, bahkan para guru terlihat hormat ketika bicara padanya. Penampilan luar memang mempengaruhi bagaimana orang lain memperlakukanmu.

"Akhirnya selesai juga, kamu mau langsung pulang atau mampir ke warung kopi dulu bud ?", tanya seorang pemuda tampan pada Budi

"Aku mau langsung pulang Jun, Kebetulan kakakku hari ini pulang ke rumah" jawab Budi.

"Wah kebetulan! Boleh aku main ke rumahmu ? sudah lama gak ketemu mbak Maya" Minta Arjuna

"Boleh saja, kebetulan orang tuaku juga sedang di rumah" jawab Budi

"Ehh, Lain kali saja kalau begitu hehehe, titip salam aja" jawab Arjuna sambil tersenyum kecut

Pada saat yang sama, terlihat seorang wanita cantik datang menghampiri mereka berdua, wanita itu memiliki kulit putih kemerahan, rambut panjangnya diikat seperti sanggul. Senyumnya secerah dan sehangat sinar matahari pagi.

Dialah Shinta, salah satu dari 3 pendekar muda paling berbakat di Kota Juanda, Yang juga merupakan teman baik Budi dan Arjuna

"Hai guys, mau langsung pulang apa nongkrong dulu nih ?" tanya Shinta

"Aku langsung pulang, Kak Maya hari ini di Rumah" Jawab Budi

"Oh~~, baiklah, sampaikan salamku padanya ya Bud~ " balas Shintas

Dalam qalbu Shinta : "Yess!!!! Pulanglah kau sana Jin botak !!! Tinggalkan aku dan Juna dalam kebahagiaan hahahaha !! "

Ya, Shinta sudah lama jatuh cinta dengan Juna, Jauh sebelum Juna mengenal Budi. Walau lahir di Rumah sakit yang sama, Juna dan Budi tidak pernah bertemu sampai kelas 2 SMP. Dari kecil Arjuna dibesarkan oleh Ibunya di Di Suryakarta, Ibu kota dari kerajaan Surya Kencana, Kerajaan tunggal ras Manusia di Alam semesta.

"Ya ya akan kusampaikan salam kalian berdua, Aku duluan ya, Sampai Jumpa besok !" Pamit Budi

"Hati-hati di jalan brother!"

"Bye bye honey ~~"

Dengan langkah yang cukup cepat Budi meninggalkan ruang kelas, meninggalkan Juna dan Shinta dalam ruang cinta mereka berdua. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Budi.

Dalam perjalanan pulang, Melewati gedung-gedung tinggi, hanyut di tengah kumpulan manusia, Suasana yang ramai justru membuat Budi merasa kesepian.

"Ahh Shinta pasti senang sekali hari ini.." Ucap Budi dalam Hati

Budi orang yang sensitif, dia sudah lama menyadari perasaan Shinta pada Juna.

Malangnya, Budi belum bisa melepas cintanya pada Shinta!

Dalam hal ini Budi tidak sendiri. Banyak lelaki muda pertama kali mengenal cinta melalui Shinta.

Namun malang bagi Budi dan rekan sepercintaannya, cinta mereka tertolak sebelum tersampaikan. Shinta sudah memberikan hatinya pada Arjuna.

Pahit memang, tapi kau tidak bisa dewasa tanpa cobaan. Pelaut hebat tumbuh dalam lautan yang ganas,

Dalam waktu kurang dari 30 menit, Budi sudah sampai ke depan rumahnya. Rumah Budi terlihat cukup besar, memiliki 2 lantai dengan design yang cukup modern. Menatap pagar setinggi 3 meter dihadapannya, wajah Budi terlihat sangat cerah.

Sebenarnya, bukan kehadiran Maya lah yang membuat Budi tidak sabar untuk pulang.

Melainkan hari ini, Si Kura-kura tua akan bangun dari pertapaannya.