Seorang anak kecil yang mampu menerima beberapa cobaan dan rintangan hidup. Memiliki kesulitan untuk hidup didunia, Hidup penuh dengan bantuan obat adalah salah satu jalan untuknya bertahan hidup.
***
Ia adalah adik laki-laki ku. Berkulit putih, sedikit gemuk, lumayan cerdas, tapi cengeng. Ia duduk dibangku sekolah dasar kelas 4.
Wajahnya mirip sekali denganku, tapi dia versi laki-lakinya. karena ketika ibuku sedang mengandungnya aku sama sekali tidak menginginkannya. Emang jahat ini sudah mendarah daging kali ya, haha..
Ia sangat susah untuk hidup, bisa dibilang ia hidup penuh dengan bantuan obat. Sejak bayi, ia mengidap penyakit bronkitis.
Tubuhnya sangat kecil, bahkan tulang belulang nya sangat terlihat. Ia berobat jalan selama 6 bulan, dengan bantuan obat seperti serbuk berwarna orange.
Ketika beranjak dewasa, ia diberi vitamin nafsu makan. Sampai saat ini terlihat ada perubahan dibadannya, ia menjadi gemuk.
Sementara dikeluargaku tidak ada yang berbadan gemuk seperti adikku. Aku sering bilang padanya "Kamu itu anak tetangga bukan anak dari ayah ibuku." kata kata lelucon dariku, hahaha...
Namun, keluargaku tidak terlepas dari sebuah penderitaan. Adikku yang tengah duduk dibangku sekolah dasar itu harus menerima berbagai macam kejahatan dan fitnah duniawi.
Ia pernah dipukul mata sebelah kanannya oleh kakak kelasnya, menurut cerita dari adikku bahwa awal mula sebelum terjadi pukulan itu mereka saling mengolok-olok nama orang tua. Maklum lah ya, zaman sd aku aja permasalahan itu memang sudah ada.
Tapi, Lain cerita di versi adikku ini. Dia pulang dan mengadu kepada orang tuaku, karena menurut pendapat orang tuaku tindakan seperti itu sudah termasuk tindakan bullying.
Sebab dia yang memukul adikku berposisi sebagai kakak kelas, tidaklah wajar jika dia hanya berani sama anak kecebong macam adikku ini.
Akhirnya, kedua orang tuaku mendatangi sekolah. mereka datang dengan baik-baik juga berbicara dengan tutur kata yang sopan santun dan sejalur.
Di sekolah dasar itu memang ada saudaraku yang menjadi guru. Tapi saudaraku sama sekali tidak menghadap, dikarenakan mungkin dia agak sedikit iri dengan kehidupan keluargaku.
Saudaraku juga berkata, bahwa datangnya orang tuaku ke sekolah merupakan suatu penyerangan semata.
Ayahku tidak terima, sebab melihat adikku babak belur disebagian pelupuk matanya bukanlah hal yang wajar.
Akhirnya ayahku mengatakan "Ini anak siapa? Orang tua nya siapa? yang ngasih makan siapa? Wajar kalo saya merasa tidak terima dengan keadaan anak saya, sementara sekolah tidak terlalu menanggapi masalah anak saya. sebenarnya ada apa ini? Ada permainan apa?"
Saudaraku tidak berkutik apa-apa, mungkin kata kata ayahku membuatnya diam seribu bahasa. ha...ha...
Beberapa jam kemudian orang tua dari anak yang memukuli adikku dihadirkan ke sekolah, Berbicara baik baik secara kekeluargaan.
Pihak sekolah pun meminta kepada seluruh orang tua murid jika suatu saat terjadi permasalahan baru, selama terjadi di sekolah orang tua murid tidak dianjurkan untuk ikut campur. Biarkan pihak sekolah yang mengurusnya sampai tuntas.
Orangtua dari anak itu serta ayah dan ibuku juga sepakat menandatangani diatas materai bahwa jika terjadi pertengkaran atau permasalahan baru apa saja tidak akan mendatangi sekolah.
Berlalu sudah masalah ini, keluargaku kembali dingin tidak dirundung masalah.
***
Beberapa bulan kemudian
Namun aku kira masalah adikku selesai sampai disini, ternyata muncul permasalahan baru.
Adikku pulang dari sekolah sambil menangis, "Mah dede sakit hati, difitnah malak(ngambil uang jajan) temen temen satu kelas. padahal dede ga pernah minta uang temen temen dede." ucap adikku
Ibuku tidak terlalu mengambil kesimpulan dalam masalah ini, karena pikir ibuku sudah berjanji tidak akan datang ke sekolah lagi.
Ketika ibuku hendak pergi kerumah nenek, ia diberhentikan ditengah jalan oleh salah satu guru di sekolah dasar tempat adikku belajar. "Bu mohon maaf, ayo ke sekolah. Ibu sudah ditunggu oleh orang tua murid yang lainnya." ucap guru itu
Ibuku tidak banyak bicara, ia langsung saja datang ke sekolah.
Tiba ibuku disekolah, diruang guru ternyata sudah banyak orangtua murid. Tapi orang tua murid itu hanya orang tua dari anak-anak yang berteman baik dengan adikku saja, Ada apa ini? tentu heran bukan?
Lalu ibuku bertanya, "Ada apa ini pak?"
"ini bu anak ibu sudah mengambil uang jajan teman temannya, ini merupakan kertas bukti bahwa anak ibu telah melakukan pemungutan uang terhadap teman-teman satu kelasnya." ucap salah satu guru itu
Ibuku tidak terima, sebab adikku tidak pernah berbohong. Jika benar ia melakukannya ia akan mengatakannya, tapi jika tidak adikku akan mengatakan tidak.
Di klarifikasilah permasalahan tersebut, sampai terlihat sisi terang nya. ternyata ada dalang dibalik semua permasalahan ini.
Ada salah satu orang tua dari teman adikku, dia bekerja sama dengan saudaraku yang menjadi guru itu agar adikku cepat keluar dari sekolahnya.
"Si dede naik kelas 5, saya ga akan ngajar." ucap saudaraku waktu itu.
Mungkin ini sebagai bukti tindakan dari ucapan saudaraku agar adikku cepat keluar.
Keluargaku sangat sabar menghadapi permasalahan ini, akhirnya adikku terpaksa memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah itu.
Dengan catatan ingin kembali bersih nama baik adikku di sekolah itu, maka orang-orang yang telah membuatnya seperti ini harus membersihkan kembali nama baik adikku yang sudah tercoreng.
Ayahku juga tidak tinggal diam, Ia sangat gesit mengurus permasalahan ini dengan melibatkan beberapa wartawan agar kebusukan atau skema permainan dari sekolah itu cepat terungkap.
***
Akhirnya adikku segera pindah sekolah ke sekolah yang luar biasa ilmu agamanya sangat hebat semacam boarding school.
Dengan alasan, agar adikku bisa menjadi manusia untuk membuktikan kepada orang-orang yang telah mendzoliminya. Kini adikku sudah duduk dengan tenang disekolah barunya.
Tapi belum pernah masuk kelas sama sekali karena dunia sedang menghadapi pandemic corona. Ia saat ini sedang melakukan sistem pembelajaran secara daring.