Seorang laki-laki yang berstatus sebagai kakak sekaligus ayah bagi si bayi kecil yang telah lahir kedunia, Memiliki kisah masa kecil yang sedikit pilu.
***
Ia adalah kakak laki-laki pertamaku. Berkulit sawo matang, memiliki kepribadian cuek, dingin, dan sedikit keras kepala. Ia berusia sekitar 23 tahun, sudah menikah dan memiliki 1 orang anak laki-laki yang lucu sekali. Namun sayangnya aku kurang menyukai istrinya.
Masa kecil kakakku tidak seberuntung masa kecilku, ia harus merasakan betapa sakitnya menerima beberapa pukulan dari ayahku.
Waktu kecil ia tidak mau makan sama sekali, tidak mau menuntut ilmu ke mesjid, lalu dipukulah seluruh badannya. serta masih banyak hal-hal sepele lainnya yang membuatnya harus selalu menerima pukulan dari ayahku.
Ketika kakakku beranjak dewasa dan duduk dibangku SMK. Ia menjadi pribadi yang tekun, rajin, juga aktif dalam sebuah organisasi.
Ia mengikuti sebuah organisasi OSIS, dan kebetulan ia juga yang menjadi ketua OSIS disekolahnya.
Waktu terus berjalan selama 3 tahun, akhirnya ia lulus sebagai siswa yang berprestasi dan memiliki budi pekerti yang baik.
Namun siapa sangka dibalik ketekunan, kerajinan, dan budi pekerti yang baik ternyata ia telah mengecewakan ayah dan ibu.
Ia mendapat musibah telah menghamili anak orang lain. Pada saat itu kakakku sudah lulus dari sekolahnya, juga sudah bekerja di sebuah PT.Industri. Sementara perempuannya masih duduk dibangku SMK kelas 2.
***
00.00
Malam itu tepat pukul 00.00 ketika ibuku sedang melaksanakan solat sunat tahajud, Kakakku menghampiri ibu dan berdiam diri sambil menunggu selesai melaksanakan solatnya.
Ibuku sudah memiliki firasat yang tidak enak. Karena sebelum kakakku menghampiri ibu, beberapa hari kebelakang dihalaman belakang rumahku terdapat beberapa potongan nanas muda, minuman soda, serta bungkusan obat obat warung yang lainnya.
Karena pada saat itu aku masih kecil belum mengerti peristiwa seperti ini. Kata orang dewasa nanas, minuman soda dan obat obat warung biasanya digunakan untuk menggugurkan kandungan.
"Ayah ibu maafkan aku, aku sudah berbuat dosa. Aku minta maaf, aku khilaf. Aku menghamili anak orang lain."
Ketika mendengar ucapan itu ibuku syok. Ia hanya bisa menghela nafas dengan sabar, namun tidak bisa dipungkiri terlihat raut wajahnya yang begitu kecewa. Derai air mata mulai bertetesan membasahi pipi ibuku, siapa sangka anak pertama yang ia banggakan kini setengah mati telah membuat ayah dan ibuku kecewa.
Sementara ayahku sangat marah mendengar ucapan itu, tidak menunggu waktu lama lagi tubuh kakakku diangkat, diseret dan dibanting keluar. Tubuhnya tersungkur disamping bebatuan, lehernya terluka penuh dengan cakaran jari ayahku. Semua pakaian dikeluarkan dan dibakar tepat didepan kedua mata kakakku.
"Saya ga pernah mau nganggap kamu sebagai anak, saya ga pernah didik kamu buat ngelakuin hal yang dilarang agama. Saya malu punya anak seperti kamu, dasar anak setan." ucap ayahku
Namun kakakku tetap bersikeras meminta maaf. Ia bersujud dikaki ayahku sambil menangis tersedu-sedu.
Begitu mulia hati seorang ibu, meskipun telah dikecewakan. Hati nuraninya tetap merasa belas kasihan melihat anak pertamanya meringis kesakitan. Dirangkul lah kakakku, kemudian dibawa masuk kedalam rumah untuk ditanya secara baik-baik mengapa bisa terjadi seperti ini.
"Ibu maafkan aku, aku khilaf. sebenarnya aku sudah lama menyimpan rasa sakit ini selama bertahun-tahun, dari kecil aku selalu mendapat perlakuan yang kasar dari ayah ibu. Hingga tumbuh dewasa aku fikir perlakuan kasar itu akan berhenti, namun kenyaatannya tidak sama sekali. Aku hanya mengharapkan diberi sebuah kepercayaan dari ayah dan ibu, aku malu jika aku harus disusul ketika sedang bermain dengan teman-temanku. Aku merasa tertekan jika harus cepat pulang, sementara jam pelajaran disekolahku belum selesai. Aku hanya ingin mendapat sebuah kepercayaan, tidak lebih bu." ucap kakakku
Mendengar penjelasan itu, ayah dan ibu membisu tidak berbicara sepatah kata pun. Keduanya meneteskan air mata, Entah air mata kecewa ataukah air mata sebuah penyesalan.
***
Keesokan harinya keluarga perempuan itu mendatangi keluargaku.
"Kalo ga tanggung jawab, terpaksa kita sebagai orang tua si neng mau ngejeblosin si aa ke penjara." ucap ibunya
Awalnya ayahku juga menolak akan permohonan keluarga perempuan itu untuk menikahinya, Namun ibuku membuat sebuah keputusan.
"Saya juga punya anak perempuan, saya juga bisa merasakan posisi si neng." ucap ibuku
Tidak menunggu waktu lama lagi, akhirnya mereka berdua segera dinikahkan. Tinggalah perempuan itu bersama keluargaku didalam atap yang sama.
Aku tetap tidak menyukainya dan belum bisa menerima sepenuhnya tentang takdir yang mengharuskannya menjadi kakak iparku. setiap hari aku bersikap keras dan kasar terhadapnya. Tapi dia sama sekali tidak berani membalas semua perbuatanku.
Suatu hari, ia sedang mencuci pakaianku sambil ngedumel. Berhubung waktu itu aku emang sering numpukin baju kotor dibawah kasurku. hehe
"kalo pakaian kotor itu jangan ditumpuk tumpuk, terus cuci sendiri jangan sampe ngelibatin orang buat nyuci." katanya
"Kalo sekiranya ga ikhlas nyuci baju gue, ya biarin aja gausah dicuci. Lagian gue juga mampu, masih bisa nyuci."
Ayah mendengar semua perbincanganku dengan kakak iparku, akhirnya dia memarahiku "Bisa sopan dikit ga?"
Semenjak kejadian itu, aku tidak pernah ada omongan lagi dengannya.
Waktu terus berjalan, beberapa bulan kemudian akhirnya dia melahirkan seorang bayi laki laki.
Namun semenjak bayi itu lahir, semua rasa kesal, marah, benciku sejenak menghilang.
Mungkin karena emang lahir bayi lucu itu kali ya, akupun menyayangi anak pertamanya dan sedikit-sedikit mulai menerima kenyataan bahwa ia adalah istri kakakku bahwa ia adalah kakak iparku. Akhirnya aku berusaha untuk bersikap baik terhadap kakak ipar.
***
Singkat cerita bahwa kita pun menjadi seperti soulmate, kemana mana bareng, jajan bareng, pokoknya aku waktu itu seperti berubah menjadi malaikat haha. Karena memang aku tidak memiliki saudara perempuan, akhirnya kita berdua damai.