Chereads / Kau Nakhodaku dan Aku Penumpangmu / Chapter 28 - Flashback

Chapter 28 - Flashback

"Tiga tahun?" gumam Melodi pelan, namun tanpa sadar masih bisa didengar oleh Raka.

"Masih Inget waktu lu SMP di suruh ikut les privat sama om Reno?" tanya Raka yang membuat Melodi menatap sang sepupu kebingungan.

"Guru lesnya bang Dareen."

Mata coklat gadis itu membulat, hampir tidak percaya dengan perkataan sepupunya itu.

"Waktu itu dia masih jadi guru SMA, dia anak dari keluarga kaya. Papanya pengusaha, makanya disaat papanya meninggal bang Dareen yang ngelanjutin karir papanya atas permintaan mamanya. Bang Dareen itu orangnya baik banget, rendah hati, agak datar tapi super penyabar. Tapi entah kenapa sejak ketemu lu sifatnya jadi bertambah lagi, dia suka cerita sama gue. Dia sering emosian, sering senyum, dan sering patah hati juga."

Melodi menoleh, menatap Raka yang terlihat sudah memejamkan matanya menikmati semilir angin senja.

"Jadi, guru privat yang gue gagalin itu, dia?"

Raka mengangguk pelan.

"Syukur deh ...," balas si gadis kembali acuh 'tak acuh.

Raka tidak peduli, ia tetap melanjutkan ceritanya.

"Kembali ketiga tahun yang lalu, bang Dareen pernah cerita dia suka sama lu," jelas lelaki itu lagi.

"Gak ada topik lain lu?" sela Melodi tetapi tidak diindahkan oleh Raka.

"Dia jagain, lu. Dia ngaku ke gue tiga tahun lamanya dia pantauin lu dari jauh."

Raka membuka matanya, mengeluarkan ponselnya lalu mengotak-atik layar benda pipih itu hingga berakhir menunjukkan sesuatu pada Melodi.

Chatnya bersama Dareen.

Bang Dareen

Udah tiga tahun, Bang?|

Kapan lu mau nampakin diri |

di depan dia?

Belum tau, Ka. Saya masih belum siap

Gentelman dong bang!|

Katanya cinta ...|

Iya", kamu doain lah ....

"Ini chat kita sebelum dia ketemu sama lu. Kita sering chatan, ngobrol bareng, bahkan gosipin elu."

"Wah! Keren yah! Selain sok suci dia juga hobi ngeghibah."

"Cuma bilangin apa aja kesukaan lu, dan yang elu benci doang. Lagian dia kalau ketemu gue bawaannya nanyain lu mulu, jarang banget nanyain kabar gue," kesal Raka yang membuat Melodi mengernyit heran.

Raka cemburu?--Melodi

"Ngapain lu kenal sama orang kayak gitu?" tanya Melodi yang Raka simpulkan; kenapa kalian bisa kenal?

"Bang Dareen nyari tau tentang lu, dan dia pernah liat gue bareng lu. Karena yang lebih mengejutkannya dia guru di SMA gue, jadinya dia ngajakin gue berteman. Atau lebih jelasnya jadiin gue sebagai tempat dia nyari informasi tentang elu."

Melodi tersenyum samar, merasa lucu saja. Sebegitu ingin tau kah Dareen tentang dirinya.

Flashback On.

"Melodi gak mau les! Ayah kayak gak tau aja guru les jaman sekarang tuh kebanyakan kayak gimana. Suka ambil kesempatan dalam kesempitan. Apalagi guru les Melodi cowok!" celoteh Melodi mengambil tasnya lalu berjalan pergi dari rumah.

Saat itu Melodi masih menempuh SMP, gadis itu bahkan masih belum mengenal pacaran. Di masa itu Melodi sangat menjaga dirinya, menjaga jarak pada lelaki di sekitarnya.

***

Sepulang sekolah, Melodi bukannya pulang ke rumahnya melainkan lebih memilih bertandang ke rumah Rena. Sahabatnya yang selalu bersamanya dari kecil sampai saat ini.

"Melodi, ada yang menelpon itu," ucap ibu Rena tidak sengaja melihat ponsel Melodi yang terus berdering.

Saat ini ibu Rena sedang membawakan kue kering untuk Melodi dan Rena yang tengah duduk di ruang tamu.

"Biarin aja, Tante. Nanti juga capek sendiri penelponnya," balas sang gadis, sebab ia sudah tau sesampai di rumah nanti pasti ia akan disuruh les.

Di lain tempat Reno sudah menggeram kesal, dipijatnya pelipisnya yang tiba-tiba terasa sakit. Lelaki itu kembali duduk di sofanya, menatap guru les Melodi yang masih menunggu.

"Anak saya kayaknya sedang ada eskul, jadi pulangnya lebih sore. Maaf ya Dareen. Besok lain kali akan saya suruh dia yang menunggu kamu, bukan kamu yang menunggu begini," ucap Raka tersenyum canggung dan dimaklumi oleh lelaki tampan itu.

***

Sepulang dari rumah siswanya, lelaki tampan itu merasa sedikit tidak nyaman dengan perutnya. Apa mungkin karena ia yang tidak sempat makan sepulang mengajar di sekolah tadi?

Mungkin saja iya, terlebih lagi ia tadi langsung ke rumah Reno, tanpa singgah di manapun untuk mengisi perutnya.

Lama menyetir, terlihat jejeran angkringan tepi jalan yang membuat perutnya semakin meraung. Dareen terpaksa menghentikan mobilnya di dekat sana, tidak jauh dari tempat yang ia tuju.

"Buk! Nasi gorengnya 1 porsi sama es teh," ucap Dareen berjalan ke kursinya.

Perlahan netranya menyapu sekeliling, melihat-lihat pemandangan sekitar sembari menunggu makanannya datang. Namun, tanpa sengaja matanya berhenti ke sebuah pemandangan yang lumayan mengundang rasa emosi.

Lelaki itu melihat seorang pengemis yang dibully oleh dua anak lelaki berseragam abu-abu. Terlihat masih tidak terlalu besar, Dareen bisa menebak kedua siswa itu masih kelas sepuluh.

Baju robek-robek pengemis itu semakin dikoyak oleh mereka, bahkan disiram menggunakan jus jeruk milik mereka. Lalu mereka juga memberi uang sepuluh ribuan, namun caranya sangatlah tidak manusiawi. Yaitu dilempar di tanah, sehingga sang pengemis yang umurnya terlihat sekitar delapan tahunan itu berjongkok untuk memungutinya. Tetapi, tiba-tiba saja tangan kotor pengemis itu diinjak oleh sepatu salah satu siswa. Membuat si pengemis meringis, bahkan nyaris menangis.

"Aaaah!"

"Giliran duit aja, laju lu!" ucap siswa yang menginjak tadi.

Dareen menggeram marah, lelaki itu lekas berdiri hendak berjalan kesana.

Klentank!

Bunyi kaleng minuman yang masih berisi setengah itu setelah menghantam kepala siswa yang menginjak tangan pengemis tadi. Pelakunya adalah seorang siswi yang berseragam biru dongker dengan rambut dikuncir. Siswi berambut dikuncir itu datang, bersama dengan temannya yang berambut sebahu. Terlihat masih SMP.

"Ada ya, jaman sekarang orang berpendidikan tapi tingkah lakunya lebih hina dari orang yang gak berpendidikan," ucap siswi itu berjalan mendekat, menghentikan niat Dareen yang hendak ke sana.

Mata Dareen terpaku pada gadis cantik berambut di ikat itu. Gadis itu dan temannya terlihat sudah berhadapan dengan dua siswa tadi, tatapannya datar tetapi terkesan menusuk. Membuat sang lawan merasa tidak enak tetapi tetap sok terlihat biasa saja.

"Maksud lu apa lempar muka gue pake kaleng?!" tanya siswa lelaki tadi menantang, tetapi tidak menggoyahkan tatapan datar gadis itu.

"Segitu doang gak ada apa-apanya di banding harga diri dan sakitnya tangan anak itu," balas si gadis yang semakin membuat lawan bicaranya naik pitam.

Siswa lelaki yang sudah naik pitam itu melangkah lebih maju, mengelus pundak si gadis tanpa rasa malu ataupun takut sedikitpun. Sementara gadis itu hanya melirik apa yang di lakukan siswa itu di pundaknya, ia masih menahan dirinya.

"Cantik, tapi mulutnya bikin kurang menarik," gumamnya membuat emosi gadis itu sudah di ujung tanduk

Suasana mengecam di sana masih belum diketahui yang lainnya kecuali Dareen sendiri. Lelaki itu terlihat duduk kembali menyaksikan adu mulut mereka.

TBC.