Chereads / IS LOVE / Chapter 5 - BAB 3

Chapter 5 - BAB 3

Happy Reading....!!!!

Amara Pov

Aku masih belum percaya apa yang aku lihat saat ini. Mengapa hari ini aku mendapatkan kejutan yang tidak menyenangkan.

Dosen sok tampan itu sekarang dengan tengah asik nerbicara pada Ayah dan Bunda. Dia sepertinya sengaja mengacuhkanku yang duduk tepat dihadapannya.

Aku hanya mencabik-cabik daging steak yang ada dipiring, nafsu makanku sudah hilang semenjak melihat tampang dosen sok takpan itu.

"Jadi kalian sudah saling mengenal..?" Tanya Bunda kepadanya.

Dia melirik ku sekilas kemudian tersenyum kearah Bunda yang menanti jawaban salah satu dari kami. Aku hanya diam, toh aku tidak mengenalnya. Kami hanya sebatas mahasiswa dan dosen.

"Sebenarnya saya merupakan dosen Queen di kampusnya" aku berjengit mendengar dia menyebut namaku. Ternyata dia melihat namaku diabsen.

"Saya mengenalnya karena tadi Queen meminta izin pulang ditengah pelajaran karena ada urusan keluarga" Dia melirik ku lagi dengan senyuman yang tampak licik.

"Matilah kau Ara, siap-siap diintrogasi Bunda dirumah" ucap ku pelan sambil menunduk kepala.

"Oh ya, Ara bilang ada urusan keluarga..?" Tanya bunda sambil memandangku dengan mata menyipit.

"Tamat riwayatmu Ara" suara hatiku seolah ikut merasakan aura hitam pada diri Bunda.

"I...i..itu Bunda ta..tadi Ara..." belum sempat aku melanjutkan perkataan ku, Ayah langsung mengalihkan perhatian bunda dariku.

"Sudahlah bun, yang jelas mereka saling mengenal bukan. Setidaknya ada jalan menuju perjanjian kita"

"Iya benar itu jeng, apa yang dikatakan mas Zulfian. Setidaknya pertemuan pertama mereka tidak terlalu kaku"

Aku hanya mengernyit mendengar ucapan Ayah dan Ibu dari dosen sok tampan itu. Perjanjian apa yang dimaksud ayah. Mengapa orang-orang hari ini suka bermain teka-teki, tadi kak Kia, sekarang ayah, bunda, serta kedua orang tua dosen sok tampan ini.

Aku mencoba mengangkat kepalaku dan melihat wajah orang yang ada dihadapanku. Wajahnya seperti menyiratkan banyak sekali tanda tanya diatas kepalanya.

"Apakah dia tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu..?" Suara hatiku ikut bertanya.

"Aku berharap semoga perjanjian kita ini dapat terlaksanakan nantinya Pak Zulfian" itu suara Ayah dari dosen sok tampan.

"Anda benar Pak Zacky, semoga hubungan kita menjdai lebih dekat lagi" jawab ayah dengan senyum diwajahnya.

Sementara bunda, sesekali melihat kearahku dengan tatapan meminta penjelasan selesai acara ini.

Tiba-tiba dosen sok tampan itu berdiri.

"Om tante bisakah saya berbicara dengan Queena sebentar...?"

Mataku terbuka lebar mendengar permintaannya kepada ayah dan bunda.

"Owh tentu nak Kean, kalian memang harus banyak berbicara, mengingat kalian akan sering bertemu nantinya" suara bunda terdengar merdu siapa saja yang mendengarnya kecuali aku.

"Kalau begitu kami permisi dulu..." pamitnya. Sementara aku hanya mengikutinya dari belakang.

Amara Pov End

***************

Kean Pov

Aku sebenarnya sudah memiliki firasat mengenai kejutan dari ibu. Ternyata kejutan ibu tidak jauh dari kata perjodohan, memang ibu tidak bilang ini acara perjodohan. Tetapi melihat cara ibu berbicara dengan tante Lyli ada kesan yang berbeda.

Aku berhenti ditaman yang terdapat dibelakang rumahku, sementara wanita yang kutahu namanya dari absen yaitu Queena masih menjaga jarak dibelakangku.

Saat aku menoleh menghadapnya, aku baru menyadari ternyata penampilannya malam ini sangat berbeda saat pertama kali aku melihatnya.

Dengan gaun selutut, rambutnya yang tergerai lurus sampai pinggangnya, tampak makeup tipis diwajahnya namun tidak menghilangkan wajah alaminya, matanya coklat terang dengan kelopak mata yang besar, bibirnya sangat cocok dengan lipstik merah muda menambah kesan seksi dari bibirnya. Aku akui bahwa dia memang cantik.

Aku hanya tersenyum kecut tentang pemikiranku kepadanya.

Dia masih tetap memandangku dengan wajah cueknya itu.

"Kau... apa tidak ada yang ingin kau jelaskan kepadaku nona Queena...?" Aku mencoba memancingnya.

"Maksud anda pak, penjelasan apa. Saya tidak mengerti dengan pertanyaan anda" balasnya dengan wajah yang semakin datar. Mencoba bermain denganku rupanya.

"Apakah aku begitu tua sehingga kau memanggilku dengan sebutan pak... kita sedang diluar kampus sat ini Queena, panggil saja aku Kean. Jangan terlalu formal saat diluar kampus"

"Maafkan saya pak, saya tidak bisa menganggap anda lebih dari dosen saya dikampus. Jadi anda terima saja kalau saya memanggil anda dengan sebutan pak, oh ya satu lagi saya tidak suka anda memanggil saya dengan nama depan saya"

"Maafkan aku Queena, aku hanya memanggil nama orang sesuai dengan keinginanku. Jadi kita impas sekarang"

"Terserah anda saja pak" jawabnya cuek sambil melepaskan sepatu yang dia kenakan.

"Aish... dasar sepatu menyusahkan, mengapa para perempuan menyukai sepatu yang hanya menyiksa kaki mereka..?" Aku hanya tersenyum mendengar gerutuannya tentang sepatu yang sekarang sudah melayang entah kemana.

"Jadi nona Queena, kemana kau pergi saat izin dijam pelajaranku tadi...?" Dia hanya memandangku sekilas kemudian kembali berjalan menuju kolam renang dan duduk dipinggir kolam sambil mencelupkan kedua kakinya.

"Kan saya sudah bilang tadi pak saya ada urusan keluarga"

Aku ikut duduk disampingnya.

"Jangan mencoba membohongiku, kau izin untuk memboloskan...??"

"Kalau anda sudah tau mengapa bertanya lagi kepada saya pak"

Aku hanya terdiam mendengar penuturanya, begitu mudahkah dia mengakui kesalahanya.

Gadis ini benar blak-blakan, betul apa yang dikatakan Amanda dia memang gadis yang unik.

"Kau tidak merasa bersalah...?" Tanyaku lagi

"Untuk apa saya merasa bersalah, sementara kesalahan saya tidak merugikan orang lain, kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan saya permisi dulu pak. Sepertinya orang tua saya sudah menunggu untuk pulan" ia bangkit dari pinggir kolam, kakinya yang tanpa alas dengan santai menginjak rumput tanpa ada rasa jijik.

"Siapa bilang orang lain tidak rugi dengan kesalahanmu....?" Suaraku menghentikannya tanpa berbalik.

"Aku merasa rugi dengan kebohonganmu itu, mulai besok kau harus menjadi asisten pribadiku dikampus. Tidak ada penolakan, ini hukuman untukmu yang sudah membohongiku"

Aku melangkah mendekatinya, ia menoleh kepadaku.

"Baiklah jika itu yang anda inginkan pak, tapi saya harap anda tidak melewati batas anda sebagai seorang dosen. Apabila anda melewati batas anda, anda yang akan menerima hukuman dari saya" ia beranjak pergi punggungnya menghilang dibalik pintu.

Aku bingung mendengat perkataannya tadi.

"Batasan sebagai dosen...?" Gumamku.

"Apakah dia berpikir kalau aku akan jatuh cinta kepadanya...? Oke kita lihat saja nanti, siapa sebenarnya yang akan jatuh cinta terlebih dahulu. Aku atau kau Queena"

Ini semakin menarik, senyumku terkembang.

Kean Pov End

*************

TBC

Maaf typo bertebaran dimana-mana.