Rio jatuh di tanah, Agnes langsung memeluknya.
"Rio bangun! Rio …" teriak Agnes, dia memukul wajah Rio berkali-kali.
"RIO … DOKTER RIO … " Teriakan Agnes semakin kencang, dia mulai menangis.
Matanya terasa pedih, api semakin membesar.
Di jalan raya di depan bangunan, Dwi dan Tias berteriak juga, mereka sangat ketakutan melihat Agnes dan Rio.
"Mbak, apa yang harus kita lakukan?" ucap Tias.
"Ayo kita ke sana bantu Mbak Agnes." Kata Dwi.
"Tias takut Mbak."
"Kamu tenang ya, kalau gitu kamu di sini saja, biar Mbak yang ke sana."
"Tapi Mbak …"
"Nggak papa, atau kamu ke sana minta bantuan siapa pun, cepat." Dwi menunjuk ke halaman rumah sakit.
"Baik Mbak, hati-hati."
"Hm …"
Keduanya langsung bergerak.
Dwi berlari kencang masuk ke halaman bangunan yang belum jadi, api semakin besar dan panas sekali. Rasanya tenggorokan Dwi panas dan kering serta matanya tidak bisa melihat dengan jelas.
Dia samar-samar melihat Agnes yang duduk sambil memeluk Rio.
"Mbak Agnes …" teriak Dwi.