Chapter 11 - 10. Jalan

Sudah tiga baju yang ia lempar ke atas ranjangnya. Ia mendengus kesal karena ia merasa pakaiannya tak cocok dengan tubuhnya.

Ia kembali mencari pakaiannya di dalam lemari. Sudah setengah jam ia memilih pakaian, dan akhirnya ia mengeluarkan kaos putih lengan pendek dengan hot pans berwarna hitam.

Dengan cepat ia mengganti pakaiannya dan menyambar tas selempangnya. Tak lupa ia mengenakan jaket kesayangannya.

Ia berlari kecil menuruni anak tangga dengan melirik ke arah jam dinding yang menunjuk ke arah jam sepuluh pagi.

Ia menuju ke arah dapur dan meminum susu miliknya yang sudah di siapkan oleh Iris.

"Ma Pa Lauren pergi dulu ya" pamit Lauren menyalimi punggung tangan kedua orang tuanya.

"Loh anak papa mau kemana?" Tanya David pada Lauren.

"Biasa pa mau pergi sama cowok ganteng kemaren" goda Iris yang membuat Lauren menatap sang mama dan mempoutkan bibirnya.

"Mama" rengek Lauren yang di hadiahkan kekehan oleh Iris.

"Cowok ganteng? Siapa Lau?" Tanya David dengan penasaran.

"Ih enggak kok pa" ujar Lauren yang membuat Iris terkekeh.

"Cie anak mama malu" goda Iris yang membuat Lauren semakin mempoutkan bibirnya.

"Loh Lau mau kemana? Udah cantik aja" puji Alla yang baru turun dari kamarnya.

"Ini Lauren mau pergi bareng cowok ganteng kemaren" ujar sang mama.

"Ih mama" rengek Lauren.

"Yaudah papa izinin. Tapi jangan terlalu malem pulangnya" peringat David yang diangguki oleh Lauren.

Ding dong

Suara bell membuat atensi keempatnya beralih menatap ke arah pintu utama yang masih tertutup. Dengan cepat Lauren berlari dan membuka pintu.

Sedangkan Allan, Iris dan David mengikuti Lauren dari belakang. Mereka sama sama terdiam saat Lauren berbicara dengan orang yang baru saja memencet bell rumah mereka.

"Udah lama?" Tanya Daren yang di hadiahkan gelengan oleh Lauren.

"Aku baru selesai siap siap kak" ujar Lauren yang diangguki pelan oleh Daren.

Tapi atensinya beralih menatap ketiga orang yang berada di belakang Lauren. Lauren yang merasa pun berbalik dan mendapati keluarganya tengah diam di belakangnya.

Dengan langkah santai Daren memasuki rumah dan menyalimi punggung tangan Iris dan David dan tersenyum tipis pada keduanya.

"Kamu yang kemarin anterin Lauren pulang kan?" Tanya Iris yang diangguki oleh Daren.

"Iya tan. Saya Daren pacarnya Lauren" ujar Daren yang membuat ketiganya terkejut.

"Lo pacaran sama adek gue Ren?" Tanya Allan dari belakang.

Mendengar hal itu Daren menatap Allan dan mengangguk pelan.

"Om saya mau minta izin ajak Lauren jalan" ujar Daren menatap David serius.

Melihat hal itu David mengangguk singkat dengan wajah yang masih terkejut.

"Makasih om"

"Jaga Lauren, jangan macem macem sama anak saya. Dan jangan pulang terlalu malam" peringat David.

"Pasti om. Saya bakal jaga princess om baik baik" balas Daren yang membuat David sedikit terkekeh.

"Yaudah Lauren sama kak Daren pergi dulu ya" pamit Lauren menyalimi punggung tangan David dan Iris yang langsung diikuti oleh Daren.

"Saya pamit om, tan, Lan" pamit Daren dan berjalan keluar rumah.

Melihat hal itu Lauren berlari menyusul Daren yang tengah memakai helmnya.

"Pake" ujar Daren memberikan helm pada Lauren yang langsung di ambil Lauren.

Dengan cepat Lauren menaiki motor Daren. Merasa sudah siap Daren melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Keduanya tampk diam dengan pikiran masing masing sampai akhirnya mereka sampai di tempat permainan yang cukup terkenal di kota itu.

Daren memarkirkan motornya dan melepas helmnya. Sedangkan Lauren langsung turun dari motor dan memberikan helmnya pada Daren yang langsung di terima oleh Daren.

"Kita ngapain kesini kak?" Tanya Lauren sembari menatap gedung tinggi itu.

"Cuman pengen" jawab Daren seadanya.

Daren menautkan jemarinya pada jemari Lauren dan menarik gadis itu masuk ke dalam gedung. Lauren yang di perlakukan seperti itu pun hanya diam sembari menatap tautan jemari mereka.

Jantungnya berdegup kencang, Lauren menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Ia masih menatap tautan Daren.

Sedangkan Daren yang menyadari gerak gerik Lauren pun menghentikan langkahnya dan menoleh pada Lauren yang masih menunduk.

Melihat itu Daren pun mengikuti arah pandangan Lauren. Ia memiringkan senyumnya dan mengeratkan genggamannya.

"Kenapa? Lo gak mau gue giniin?" Tanya Daren yang membuat Lauren mengalihkan pandangannya menatap Daren.

Lauren menggeleng pelan yang membuat Daren menggedikkan bahunya.

Lauren mengalihkan pandangannya ke arah area basketball arcade. Ia langsung menarik Daren mendekat ke area basketball arcade.

"Kak" panggil Lauren yang membuat Daren berdehem.

"Kakak mau main itu gak sama aku?" Tanya Lauren sembari menunjuk ke area basketball yang membuat Daren mengikuti arah Lauren menunjuk.

"Tapi gue mau ngajuin tantangan" ujar Daren yang membuat Lauren mengerutkan dahinya.

"Tantangan? Apa?" Tanya Lauren.

Mendengar hal itu Daren memiringkan senyumnya dan mendekat pada Lauren.

"Kalo gue menang lo harus turutin tiga permintaan dari gue. Tapi kalo lo yang menang gue bakal kabulin tiga permintaan dari lo. Gimana?" Tanya Daren yang langsung diangguki antusiaa oleh Lauren.

"Oke siapa takut" ujar Lauren dengan nada sombong.

Mereka mulai bermain basketball dengan serius. Sesekali Lauren tertawa karena ekspresi Daren yang menurut Lauren lucu.

Cukup lama keduanya bermain. Hingga Daren menatap kedua skor mereka dan tersenyum puas saat melihat skornya yang jauh lebih tinggi dari skor Lauren.

"Gue menang. Jadi lo harus turutin tiga permintaan dari gue" ujar Daren yang membuat Lauren mempoutkan bibirnya.

"Terus mau minta apa?" Tanya Lauren.

Mendengar hal itu Daren menggedikkan bahunya dan kembali menggenggam tangan Lauren.

"Gue gak bakal minta sekarang. Tapi gue bakal minta tiga permintaan itu kalo gue butuh" ujar Daren yang diangguki pelan oleh Lauren.

"Lo mau kemana lagi?" Tanya Daren sedikit melirik ke arah Lauren.

Lauren yang mendengarnya pun menatap Daren penuh harap sembari memegang perutnya.

"Laper" gumam Lauren yang membuat Daren terkekeh pelan.

Ia sedikit mengusak surai Lauren dan kembali menariknya keluar gedung. Mereka menaiki motor Daren.

Daren melajukan motornya ke tempat makan yang terkenal di kota ini. Tapi saat di tengah perjalanan Lauren menepuk punggung Daren yang membuat Daren menatap Lauren dari kaca spion dan kembali msnatap jalanan.

"Apa?" Tanya Daren sedikit berteriak.

"Kita mau kemana?" Tanya Lauren.

"Lo laper kan? Kita makan dulu"

"Kak. Aku tau tempat makan yang enak" ujar Lauren tiba tiba.

"Dimana?" Tanya Daren.

"Depan belok kiri"

Mendengar hal itu Daren langsung melajukan motornya seperti yang di perintahkan oleh Lauren. Ia menghentikan motornya di depan pedangan kaki lima.

Ia dan Lauren turun dari motor dan memasuki salah satu tenda dan duduk di karpet yang sudah di sediakan.

"Lo yakin?" Tanya Daren ragu.

"Yakin kak. Makanya cobain dulu" ujar Lauren sembari memesan nasi goreng kesukaannya.

Tak perlu waktu lama, kini dua nasi goreng sudah berada di hadapan mereka. Lauren langsung memakan nasi goreng itu dengan lahap, sedangkan Daren memakannya dengan santai.

"Enak juga" ujar Daren yang membuat Lauren tersenyum puas.

Keduanya makan tanpa bicara. Hingga Daren berdiri dan membayar makanan mereka berdua. Keduanya keluar dari tenda dan menghampiri motor Daren yang tak jauh dari tenda.

"Mau kemana lagi?" Tanya Lauren.

"Pulang aja. Udah mau malem juga, gue udah janji sama bokap lo buat pulangin lo sebelum malem" ujar Daren yang diangguki oleh Lauren.

Tak perlu waktu yang lama, kini keduanya sudah berada di depan rumah Lauren. Lauren turun dari motornya, ia melepas helmnya dan memberikannya pada Daren.

"Makasih kak" ujar Lauren yang membuat Daren mendengus.

"Sampe kapan lo mau bilang makasih sama gue?"

Lauren hanya terkekeh pelan.

"Masuk. Gue tungguin lo sampe masuk rumah" ujar Daren yang langsung dilaksanakan oleh Lauren.

Lauren berlari ke dalam rumah dengan senyum lebarnya. Ia sangat bahagia hari ini, entah karena Daren atau karena dia yang sangat suka dengan permainan itu.