Chereads / The School of Darkness (Reborn) / Chapter 15 - Chapter 14

Chapter 15 - Chapter 14

SMA Akatsuki, Tahun 2011....

Wush!!!

Wush!!!

"Gawat, Yuzunashi!!! Aonuma dan Aozora belum kembali juga. Apalagi Hoshikawa dan Sakumora juga belum keluar."

"Iya, Rinto-kun. Angin hitamnya semakin kuat."

"Kalian tidak mungkin bisa melihat mereka lagi."

Pria paruh baya tersebut tertawa dengan kencang tanpa memikirkan apa yang terjadi kedepannya. Hazuki hanya menggeram kesal melihat pria yang bernama Amano tersebut.

"Jangan senang dulu, kepala sekolah Kurohaku!!!"

"Ha?"

Mamoru dan Saori muncul dengan membawa banyak buku termasuk Death Note milik Riki. Amano mulai khawatir karena anak-anak tersebut membawa buku terlarang.

"Ma-mau apa kalian??"

"Oh ya, ada vampire yang memintaku membawa buku ini, jadi kupakai saja untuk menulis nama kepala sekolah." Mamoru memasang ekspresi wajah seram untuk menakut-nakuti Amano

"Kan mumpung kepala sekolah Kurohaku masih di sini." Saori tidak kalah memasang ekspresi seram pada Amano.

Hazuki hanya melongo melihat reaksi Amano begitu akan dikerjai oleh Mamoru dan Saori, sedangkan Rinto dan Misaki langsung tertawa kencang.

"Ah, aku mengerti." Hazuki akhirnya mengerti mengapa mereka melakukannya.

"Kepala sekolah sebaiknya menyerah atau nama Anda tertulis di sini hehehe.... "

"Tidakk!!! Jangaan!!!"

Splash!!!

Lingkaran yang digunakan untuk Ritual Pemanggilan Iblis bersinar dan muncul 2 orang yang ditunggu kehadirannya, yaitu Riki dan Lenka. Riki tampak menggendong Lenka yang tengah lelap dalam tidurnya ala pengantin.

"Apa kalian merindukan kami?" Riki menatap mereka dengan tenang.

"Riki? Kau masih hidup?" Hazuki tidak percaya dengan Riki yang seperti hidup kembali dari kematian.

"Ya, aku masih hidup, sebagai vampire." Riki melangkahkan kakinya menuju Hazuki dan meletakkan Lenka pada Hazuki "Ini putrimu, Hazuki. Dia masih utuh baik jiwa dan raganya."

"Terima kasih, Riki."

Riki membalikkan badannya dan menatap mereka berempat bersama Amano "Kalian berempat, minggirlah."

"Baiklah." Mereka berempat menjauhkan diri dari Amano.

Syut!!!

Duak!!!

Duak!!!

Brak!!!

"Uagh!!! Apa yang kau lakukan, Riki??!!"

"Apa yang kulakukan? Kau hampir membunuh kami, dasar manusia tidak tahu diri!!!" Manik merah milik Riki menyala terang dan terus memukul Amano.

Duak!!!

"Ahakk!!!"

"Riki, hentikan!!!"

Lenka membuka matanya dan menatap Hazuki sejenak "Ayah.... " nada suara Lenka melemah sejak keluar dari lingkaran tersebut.

"Lenka!!! Syukurlah kau selamat, putriku!!!"

"Riki-san di mana?"

"Riki.... hmm.... "

Duak!!!

Brak!!!

Kedua telinga Lenka menangkap suara berisik tersebut. Dia mulai bangun dan berlari memeluk Riki yang mulai menggila karena kejadian yang menuduh dirinya "Riki-san, tenanglah."

"Aku tidak bisa tenang kalau Amano tidak mati!!!"

"Aku tahu, Riki-san. Semua tidak akan selesai jika menggunakan kekerasan."

Riki mulai berhenti memukul Amano dan menarik Lenka dalam pelukannya "Aku tidak mau kehilanganmu, Lenka."

"Kau tidak akan kehilanganku, Riki-san."

"Terima kasih."

Dengan begini, Kurohaku Amano sebagai kepala sekolah SMA Akatsuki tertangkap dan ritualnya gagal....

****

"Lepaskan aku!!!"

"Ayo jalan!!! Katakan itu saat di penjara."

"Sial!!!"

Amano digiring oleh pihak kepolisian. Tidak ada yang mengetahuinya bahwa Mamoru dan Saori sengaja mengulur waktu untuk menelepon polisi. Riki yang melihat penangkapan teman lamanya tersebut hanya diam saja.

"Hoshikawa Riki, Sakumora Lenka, suatu saat nanti kalian akan mendapatkan balasannya. 10 tahun berikutnya, kegelapan ini terulang kembali dan putrimu kelak menjadi tumbalnya hahaha.... "

"Hanya dalam mimpimu, Amano!!!"

Brak!!!

Wiu wiu wiu....

Sirine polisi berbunyi dan mobil polisipun menjauhi SMA Akatsuki. Tubuh Riki langsung membeku seketika dan manik merah miliknya membulat sempurna.

"Apa kau baik-baik saja, Riki?" Hazuki menatap Riki yang terkesan ketakutan tersebut.

"Hazuki, sepertinya aku dan putrimu dikutuk."

"Aish, Amano cuma membual saja. Lupakan saja dan lanjutkan hidupmu." Pria bersurai coklat tersebut memeluk bahu pemuda bersurai hitam tersebut "Kau pantas bahagia, Riki."

"Hmm... ya." Tiba-tiba, Riki teringat sesuatu "Umur Lenka berapa, Hazuki?"

"16 tahun. Memangnya kenapa, Riki?"

"Boleh aku melamarnya setelah lulus SMA?"

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Tu-tunggu dulu, Riki!!! Apa otakmu sudah bergeser sejak bangkit dari kematianmu??" Hazuki bingung mendengar pernyataan Riki "Menikah tidak gampang. Kau harus punya kekayaan dan mengurus surat-surat untuk menikah."

"Rumit sekali, Hazuki."

"Zaman sekarang begitu, Riki."

Lenka yang mendengar ucapan Riki dan ayahnya dari jauh langsung tersipu malu. Dia tak menyangka Riki serius dengannya. Bahunya ditepuk orang 2 orang gadis yang tak lain adalah Saori dan Misaki.

"Aozora-san, Yuzunashi-san.... "

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kalian selama di dalam sana, tapi sepertinya kalian saling jatuh cinta, Lenka-san."

"Eh??" Wajah Lenka memerah seperti kepiting rebus "I-itu.... "

"Kau sudah bisa mendapatkannya, Lenka-chan."

Lenka hanya tersenyum mendengar ucapan Saori dan Misaki dan menatap Riki dan ayahnya berdebat "Kalian benar, teman-teman."

"Bantulah aku, Hazuki."

"Masalahnya, kau sudah lama mati dasar bodoh."

****

"Dari hasil yang kami lihat dari tubuh Tuan Hoshikawa Riki, kemungkinan besar anda tidak bisa kembali ke wujud manusia karena racunnya sudah menyebar ke seluruh tubuh."

"Begitu ya. Lalu, saya terus seperti ini?"

"Kemungkinan besar iya."

Cklek!!!

"Terima kasih, dokter."

Blam!!!

Pemuda berparas pucat tersebut baru keluar dari ruangan seorang dokter dan dia menjadi pusat perhatian banyak orang. Kebanyakan orang merasa takut padanya.

"Aku terlihat menakutkan karena sudah lama mati."

Tap tap tap....

"Riki-san, bagaimana hasilnya?" Gadis bersurai coklat tersebut menghampiri Riki dan menatap pemuda tersebut dengan tatapan penasaran.

"Sulit sekali kembali menjadi manusia, Lenka."

"Kau benar."

Manik merah milik Riki menatap semua orang yang menatapnya. Sebagian besar mereka takut padanya dan dia memakluminya karena dia sudah lama mati.

"Riki-san, apa kau baik-baik saja?"

"Ah, tidak. Aku baik-baik saja, Lenka. Ayo kita pulang." Riki memegang erat tangan kanan Lenka dan mengajaknya pulang.

"Ya."

Dan mereka berduapun pulang dari rumah sakit yang di mana ada ketakutan pada dirinya karena dia vampire....

"Kau suka nasi kare, Riki-san? Ayah suka merasakannya untuk kami."

"Wah, boleh juga."

****

Cklek!!!

"Kami pulang."

Riki dan Lenka melepas sepatu mereka dan memasuki kediaman keluarga Sakumora yang tak lain adalah rumah Lenka, kekasihnya sekarang.

"Benarkah, Hazuki-senpai?? Kakakku masih hidup??"

"Iya, Kyouka. Kakakmu masih hidup meskipun berubah total."

"Syukurlah kakak selamat."

Tap!!!

"Ah, Lenka, Riki, kalian sudah pulang."

Manik merah milik Riki menangkap seorang wanita bersurai hitam sebahu dan membelakangkan wanita tersebut. Wanita tersebut menyadari kehadiran kakaknya dan menoleh ke belakang.

"Kak Riki, kaukah itu?"

"Ya, ini aku, Hoshikawa Kyouka."

Tap!!!

Grep!!!

Wanita yang disebut Kyouka tersebut langsung memeluk Riki dengan erat. Riki hanya tersenyum dan membalas pelukan Kyouka. Lenka melirik ayahnya karena penasaran.

"Dia adik Riki, Lenka." Hazuki sepertinya menyadari tatapan putrinya yang penasaran tersebut.

"Begitu ya."

Riki melepaskan pelukan Kyouka dan menatap manik biru milik adiknya tersebut "Maaf kita bertemu kembali dalam keadaan seperti ini."

"Tidak apa-apa, kak. Aku senang kakak selamat." Kyouka menatap tubuh pucat Riki sejenak "Maafkan aku, kak. Seharusnya aku menyelamatkan kakak sebelumnya."

"Sudahlah, Kyouka. Kau sehat sejahtera saja kakak sudah senang."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Kyouka, apa semuanya baik-baik saja?"

Kyouka tidak menjawabnya. Manik biru safir milik Lenka melihat ada ketakutan pada adik Riki tersebut. Manik merah milik Riki melirik Lenka dan Hazuki sejenak.

"Se-sebenarnya, setelah 5 hari kau menghilang..... keluarga kita diserang sosok misterius. Ayah dan Ibu tewas sedangkan aku berhasil melarikan diri."

"Sosok misterius, Kyouka-san? Seperti apa rupanya?" Lenka angkat bicara setelah lama bungkam.

"Sama seperti yang kau alami, Lenka."