Kenan menatap ibunya. Biasanya, ia akan menyimpan semua sendiri, tapi malam ini berbeda. Ia lelah. “Aku kira semuanya sudah lebih baik, Ma,” gumamnya, lirih. “Aku pikir Qia sudah bisa mempercayaiku lagi. Tapi ternyata, aku salah.”
Carla mengangguk pelan, tidak langsung menjawab. Ia membiarkan putranya meluapkan perasaannya. “Aku tahu aku salah di masa lalu. Tapi sekarang aku serius. Aku mencintainya. Aku mencintai keluarga ini. Tapi apa semua itu cukup untuk menambal luka yang pernah aku buat?”
Sunyi sejenak. Carla menggenggam tangan putranya, hangat.
“Mama tahu kamu ingin memperbaiki semuanya, dan Mama percaya kamu bisa,” ujar Carla pelan, suaranya nyaris berbisik di tengah heningnya malam. “Tapi sayang, kamu juga harus mengerti, hati perempuan itu rapuh. Sekali retak, butuh waktu lama untuk bisa percaya lagi. Dan kadang, rasa takut jauh lebih kuat dari cinta. Itu bukan salah Qia.”