๐_Masa lalu memang terlihat menyakitkan karena tak ada hal yang bisa mengubah kejadian yang terjadi di masa itu_๐
Suara motor besar itu bersahutan membelah keramaian malam. Masing-masing pengendara mengenakan Hoodie hitam berlogo serigala di atas dada kiri mereka. Mereka pergi hendak pulang ke markas yang bertempat di sebuah gedung tak berpenghuni yang sudah mereka tempati 3 tahun lamanya.
Perkumpulan mereka telah berdiri selama 3 generasi hingga saat ini. Sudah 3 kali mereka dipimpin oleh sosok yang berbeda. Selama 3 tahun mereka berkumpul bersama dan melakukan sesuatu bersama.
Ceklek
Terdengar suara dari pintu yang terbuka. Pintu markas itu sudah terbuka menampilkan keadaan di dalamnya. Banyak sofa yang sudah tak terpakai yang mereka usung ke dalam markas untuk tempat bersantai. Tak banyak barang yang ada di ruang itu. Hanya ada salah satu meja besar yang menjadi hiasan di tengah ruangan itu.
Lelaki berpawakan tinggi, bermata hitam dan sejumlah tato di tangannya memasuki ruangan disusul oleh keempat temannya. Lelaki itu adalah Deon Callum Brixton panggil saja Deon. Ia adalah ketua angkatan ketiga.
Plak
Terdengar suara tamparan membuat tangan sang empu memerah. Yang menampar segera berlari menjauhi sang empunya tangan. Jika sudah seperti ini sudah dipastikan akan terjadi kejar-kejaran. Sudah menjadi kebiasaan mereka berdua selalu berulah baik itu kejar-kejaran ataupun kegiatan jahil lainnya.
"WOI BABI ! " Seru yang mengawali pertengkaran ini.
"ANJING ! MAIN TANGAN YA LO ! " Protes lelaki yang menjadi korban sembari mengusap tangannya yang mulai memerah.
"Ampun mang!!" Sergah pembuat onar tadi.
Pembuat onar tadi adalah Andreas Jayden Kaison anggota The Wilders paling usil dari anggota lainnya. Biasa dipanggil Jay,salah satu anggota hiperaktif yang selalu memperkeruh suasana karena kelakuannya yang agak melenceng dari kebiasaan. Entah mereka bisa mendapat anggota seperti Jay yang selalu ngelawak tak tahu waktu dan tempat.
"Ck,,sini sini sama akang,," Ajak Lelaki yang menjadi korban keusilan Jay.
Lelaki itu adalah Alsan Kyrie yang biasa dipanggil Alsan. Lelaki tampan dengan kedua mata sipitnya. Dia adalah lelaki yang selalu menjadi korban keusilan Jay. Alsan Kyrie adalah lelaki paling tenang dari semuanya dan selalu memberikan saran-saran dan solusi dalam perkumpulan ini.
"Woi! Main kabur aja!!" Seru Alsan sembari berlari mengejar Jay.
"Wlekkk,,,coba aja kalo Lo bisa ngejar gue! Hahaha,,"
"Babi Lo!!" Seru nya dengan suara yang bergema dalam ruangan itu.
Mereka berdua berlarian di dalam ruangan itu menjadi tontonan bagi anggota lain.
"Zi,,,ada rokok kagak?" Tanya seorang dari mereka yaitu Haiden Jahziel yang biasa dipanggil Iden.
Haiden Jahziel terkenal dengan keberingasannya walaupun masih beringas sang leader. Berbagai macam jenis bogeman pernah ia layangkan kepada sang musuh. Deon dan Iden memang selalu mampu mengalahkan musuhnya dengan luka yang tak bisa disepelekan.
Yang dipanggil langsung menoleh sekilas dan langsung melemparkan sebungkus rokok kepada sang peminta. Lelaki itu adalah Enzi Kieran Huxley seorang gamers dalam perkumpulan itu. Enzi adalah panggilan untuk dirinya. Lelaki itu tengah serius menatap layar ponselnya dengan kedua ibu jari yang aktif bergerak.
"Makasoyy brooo,,,"
Enzi hanya mengangguk lalu meneruskan kembali permainannya.
Sedangkan sang leader Deon Callum Brixton tengah duduk di atas sofa yang ada di pojok ruangan itu dengan sebotol alkohol di dalam genggamannya. Sorotan matanya menyurut seiring dengan mengalirnya cairan laknat itu di dalam tenggorokannya.
Deon memang dikenal dengan sosok yang tak banyak bicara. Tak banyak kata yang ia ucapkan untuk menyampaikan sesuatu. Deon memang selalu menyendiri karena kepribadiannya yang sedikit tertutup.
Deon pun meletakkan botol cairan laknat itu diatas lantai karena telah habis ditenggaknya. Dia berdiri dari tempat dimana ia duduk tadi. Kedua tangannya ia masukan ke dalam kedua saku celananya dan mulai berjalan meninggalkan tempatnya.
"DEON !! NGAPAIN BRO?!" Seru Iden yang melihat sang leader ingin meninggalkan markas. Teriakan Iden berhasil membuat anggota lain menoleh menghentikan kegiatan mereka.
"Cabut," Jawabnya singkat dengan posisi badan yang tak menoleh sedikitpun.
Tak menanggapi reaksi para anggotanya,Deon kembali meneruskan perjalanan untuk pergi dari tempat itu.
"Si Bos kenapa dah? Nggak kayak biasanya,,," Celetuk Jay bertanya-tanya.
Semua orang yang ada di sana bersamaan mengedikkan bahunya tak tahu menahu alasan sang leader meninggalkan markas.
******************
Motor besar berwarna hitam itu melejit ke tengah jalanan yang tak terlalu ramai malam itu. Suara deruman nya menghiasi lengangnya jalanan pada tengah malam. Kedua bundaran beruji itu melesat mengikuti perintah si empu.
Ternyata sang empu mengarahkan motornya untuk melesat ke arah kompleks yang nampaknya sangatlah elite. Tampaklah sebuah gerbang masuk ke areal kompleks itu.
" STARS TWENTY FIVE "
Tulisan itu terpampang jelas di atas gerbang masuk. Motor itu terus memasuki kompleks dimana ia tinggal. Motor hitam yang dikendarai oleh Deon telah sampai pada salah satu rumah di areal kompleks " STARS TWENTY FIVE ".
Rumah itu nampak besar dibanding dengan rumah lainnya. Bangunan bercat putih itu terlihat klasik dan rupawan. Bangunan itu terlihat gagah di tengah hamparan taman bernuansa hijau yang di sertai air mancur di tengahnya.
Deon langsung turun dari motor itu dan mulai berjalan memasuki bangunan itu dengan tas punggung yang ada di samping bahu kanannya. Kaki panjang itu mulai memasuki areal rumah yang terlihat lengang. Rumah itu terlihat sepi ditambah dengan ukuran yang terlampau besar.
Ceklek
Tangannya mulai membuka pintu besar yang ada tepat di tengah bangunan itu. Kakinya memasuki areal itu dan tak lupa menutup kembali pintu kayu jati berkualitas tinggi tersebut.
Kakinya mulai berjalan kembali untuk memasuki lebih dalam bangunan itu dan terhenti saat ia mendengar sebuah suara bergema di dalam ruangan itu.
"Baru pulang? " Suara berat itu milik papa Deon yang bernama Leon Callum Brixton.
Bukannya menyapa ataupun menjawab pertanyaan dari salah satu orang yang ikut andil dalam kelahiran dirinya, Deon malah meneruskan aktivitasnya untuk menaiki tangga untuk menghampiri kamar dirinya yang ada di lantai dua.
"Tak punya mulut?! " Tegas papa nya yang melihat kelakuan anak tunggalnya yang tak ada sopan santunnya.
Mendengar pertanyaan itu membuat tangannya mengepal dan rahangnya mengeras saat itu juga. Langkahnya terhenti dan dengan pelan ia berbalik. Deon tersenyum miring menanggapi pertanyaan yang keluar dari mulut sang papa.
"Bukan urusan papa " Ucapnya datar dengan suara yang menajam.
Kembali ia berbalik dan meneruskan pergerakan kaki panjangnya. Setelah sampai di anak tangga teratas, tubuh tinggi itu menoleh tepat di hadapan papanya yang agak jauh dari tempatnya sekarang.
"Tanya kan pada diri papa sendiri,,mengapa anakmu seperti ini !! " Serunya langsung memasuki kamarnya dan membanting pintu berwarna kecoklatan tersebut.
Jangan tanyakan seberapa kagetnya Leon tatkala mendengar seruan sang putra. Dirinya mulai merutuki kembali kesalahan yang pernah ia lakukan dahulu. Kesalahan yang sangat berakibat fatal.
"Maafkan papa nak,," Lirihnya menahan air mata yang sudah ada di penghujung mata.
Deon sangat berantakan saat ini. Gejolak amarah kembali menusuk ke dalam relung hatinya. Kejadian 15 tahun lalu kembali memasuki areal memori yang ada dalam pikirannya. Dirinya sakit mengingat itu.
"Shh,,," Erang nya tatkala merasakan sakit di area dada.
Deon lalu merosot kan tubuhnya untuk duduk di atas lantai kamarnya. Sakit itu diabaikan saja oleh dirinya tatkala mendengar notif pesan yang ada dalam ponselnya. Dirinya langsung menyambar ponsel itu yang berada di atas meja kecil di dekat ranjangnya dan membukanya.
087645321xxx
Apa kabar?
Melihat pesan itu membuat keningnya mengerut. Dengan gusar ia ketik perlahan beberapa huruf di sana.
Siapa?
Send
Tak lama terdengar kembali bunyian di dalam ponsel itu setelah kata itu terkirim.
087645321xxx
Kau lupa?
"Bajingan ! " Umpatnya detik itu juga.
Jawab!
Send
Dirinya kesal jika ada yang mempermainkan dirinya seperti ini. Deon memanglah pria yang tak suka berbasa-basi.
087645321xxx
Kawan lama
Deg!
Dirinya menegang saat itu juga tatkala melihat kedua kata itu kembali.
Apa mau mu?!
Send
Tangannya mengusap kasar wajah tampan yang terpampang menggunakan tangan kanannya yang bertato.
087645321xxx
Mari bertemu esok
Kembali dia berpikir supaya tidak salah mengambil keputusan. Dia sudah tahu apa kebiasaan 'kawan lama' nya itu jika sudah menampakkan diri.
Penting?
Send
Deon tak sabar ingin melihat apa jawaban yang dikirimkan oleh 'kawan lama' nya itu.
087645321xxx
Besok kau juga akan tahu
"Baiklah jika dirinya ingin bermain-main dengan ku,," Gumamnya pada diri sendiri sembari mengenang masa yang telah lalu.
Baiklah
Send
087645321xxx
Temui aku di gracias wall pukul 07.00
Deon yang membaca pesan itu langsung menutup laman pesannya dan mematikan ponsel itu. Dirinya ingin menyendiri saat ini.
************
Hari ini hujan mengguyur bumi yang sudah mengering karena sinar matahari yang terus bersinar. Deon telah bangun saat matahari belum menampakkan diri. Dirinya terlalu penasaran apa yang akan terjadi esok sehingga ia hanya tertidur selama 3 jam lamanya.
"Sialan! " Umpatnya setelah mengetahui bahwa hari itu turun hujan.
Deon memang terlalu malas dengan hal yang menyangkut air. Dirinya tak pernah mengenakan mantel hujan sekalipun hujan deras yang mengguyur. Dirinya tak menyukai hujan karena disaat ini dirinya harus mengalami kejadian yang sangat menyesakkan untuk dirinya.
Deon langsung menghampiri motor besarnya dan segera menyalakan motor itu dan melajukan motor tersebut membelah derasnya hujan yang menerpa bumi.
Dirinya melajukan motor besar berwarna hitam itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Dirinya mengumpat tatkala melihat lampu merah yang membuat perjalanannya terhenti. Dia menggeber-geber kan motor besar itu sehingga orang-orang yang menutupi jalannya menghindar.
Dirinya tertegun karena ada suara yang telah menegurnya. Selama ini tak pernah ada yang mau berurusan dengan seorang Deon Callum Brixton. Dirinya mengernyitkan kening itu yang tak nampak karena helm full face yang menutupi wajah tampannya. Dirinya melihat seorang gadis yang mengumpatnya dan meneriakinya di tengah keramaian seperti ini.
Merasa tertantang dirinya mulai menggeber-geber kan motornya itu sembari melesatkan nya untuk melaju jauh ke depan. Dirinya tak terlalu memikirkan gadis itu karena itu hanyalah sebuah kebetulan dan tak akan memengaruhi hidupnya.
Deon akhirnya telah memasuki area gracias wall yang merupakan gedung tak terpakai. Dirinya turun dari motor besar itu dan melangkah memasuki gedung itu mencari dimana 'kawan lama' nya itu.
Saat ia memasuki gedung yang cukup besar itu, tiba-tiba pintu yang tadinya terbuka menutup dengan sendirinya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari dimana sosok dalang di balik rencana ini.
Bukannya mendapatkan 'kawan lama'nya itu,ia malah mendapat sambutan oleh anak-anak yang seumuran dengannya yang telah mengepung dirinya. Mungkin jumlah mereka ada 20 an. Bayangkan! Dirinya seorang diri dan lawannya ada 20 an, banyak tenaga yang harus ia habiskan pada pertarungan ini.
"Jadi begini, " Gumamnya miris pada rencana yang tergolong pengecut.
"Baiklah,,jika ini mau mu! " Ucapnya sembari tersenyum meremehkan.
Setelah ucapannya itu tadi ia lontarkan langsung saja dia menerima sebuah serangan secara tiba-tiba.
Bugh
"Arghh!"
"Shh,,"
Bugh
Srek
"Argh,,"
Srek
Bruk
Deon sangatlah lihai jika dalam pertarungan. Hal seperti ini sudah biasa ia temui bahkan tak jarang lawan yang memberikan pasukan yang lebih banyak dari ini. Namun, semuanya dapat dibabat habis oleh dirinya.
Bugh
Satu bogeman melukai ujung bibirnya membuat darah segar mengalir dari pori-pori kulit putihnya.
"ANJING ! " Umpat Deon kasar. Kali ini dia tidak mau menahan emosinya,ia ingin meluapkan segalanya.
Bugh
"ARGHHH! " Belum sempat ia menghindari pukulan dari samping kanannya ia telah mendapat bogeman lagi kali ini di area pelipisnya.
"BAJINGAN ! "
BUGH
BUGH
SREK
BUGH
BRUK
Kali ini Deon mengerahkan segala kekuatannya membabat habis hama-hama yang ada di sekelilingnya. Dia seperti sedang kerasukan menghantamkan bogeman nya ke segala arah dan ke segala tubuh hama itu.
BUGH
BUGH
BRUKK
Hingga akhirnya pertarungan itu telah usai dengan Deon Callum Brixton sebagai pemenangnya.
"Masih sama seperti dulu,," Ucap seseorang yang ada di sana dengan seringai yang menyeramkan.