★aku adalah semu dan kamu nyata, aku adalah parasit dan kamu inangnya. terkadang seperti itulah perumpamaan hubungan kita★
Shinta berdiri didepan pintu kamarnya, ia mengeryit bingung saat melihat Erlangga diruang makannya. sepagi ini? dengan pakaian milik kakak nya. untuk apa?
"ngapain berdiri disitu dek?" tanya Mario keluar dari kamarnya dengan seragam yang sama sekali tidak rapi
Shinta menengok, lalu menunjuk kearah Erlangga "bang Erlang nginep disini kemarin?"
sambil mengancing seragamnya. Mario menjawab, "iya. lo kesana gih, dari kemarin kaya orang stress dia"
"maksudnya?"
"galau" jawab Mario lalu memasuki kamarnya, lagi.
Shinta mengendikan bahunya acuh. jangan salahkan dia yang memiliki otak lemot, tapi salah kakak nya yang bicaranya setengah setengah!.
∆∆∆
Shinta mengendap endap mendekati Erlangga yang duduk membelakanginya. lalu,
"EH KAGET" celetuk Erlangga tiba tiba
"astagfirullah, gue yang kaget bang!" kesal Shinta memegang dadanya. jantungnya mungkin berdetak dengan kecepatan 100 km/detik.
"gue cuma respect aja. biar lo seneng"
"respect ndasmu! gue aja belum ngagetin lo"
Erlangga terkekeh, "yaudah ulang deh ulang" ujarnya lalu berpura pura sedang melamun
"auah, gak mood gue"
"lah kok gak mood sih? yaudah deh maaf. jangan ngambek, masa pagi pagi udah ngambek? ntar mukanya kaya gini loh" Erlangga meletakkan lidahnya didalam bibir atas, sambil meniru gerakan monyet
Shinta tertawa karenanya, tadi dia yang disuruh menghibur Erlangga, tapi sekarang justru Erlangga yang menghiburnya. ntah siapa yang tidak waras disini
"apasih bang, gaje tau gak?! minggir. gue mau masak"
"hum?" Erlangga menetralkan wajahnya, "katanya gaje, tapi kok ketawa?"
"gue cuma respect" Shinta menirukan perkataan Erlangga lalu berkutat didepan bahan yang akan dia masak didapur
"respect ndasmu. gue gak ngelawak" Erlangga menyusul Shinta, "ada udang? mau lo masak apaan?"
"oh udang itu, gak tau. bang Mario gak suka udang, sedangkan gue gak doyan"
Erlangga menatap shinta dengan wajah terkejut, "lo gak doyan udang?" . Shinta mengangguk
"wah ada yang gak beres nih sama lidah lo. bisa bisanya gak doyan udang. asal lo tau ya, udang itu makanan wajib yang harus dikonsumsi setiap hari" ucap Erlangga dengan gaya santainya memakai celemek merah muda bergambar setengah hati dari celemek biru yang dipakai Shinta
"eh lo mau ngapain?"
"masak lah, emangnya berenang pake celemek?" jawab Erlangga melantur
"masak apaan? mending lo mandi sana deh, jangan gangguin gue"
"masak udang. biar lo suka sama udang, gak boleh ada yang gak suka sama udang buatan gue. apalagi lo, masa orang yang gue suka gak suka masakan gue?" sudah ngomong panjang kali lebar, gak nyambung lagi. dasar Erlangga
"lo ngomong apa apasih? belibet" cibir Mario tiba tiba duduk di meja makan, "sekolah ga?"
Erlangga mengangguk tapi tangannya masih berkutat dengan alat dapur, "ntar gue berangkat waktu habis istirahat pertama, gue mau pulang dulu soalnya"
"pake seragam gue, berangkat sama adek gue"
Erlangga hanya bergumam lalu meniriskan udang gorengnya, "ntar kalau udah tiris, taruh piring trus bawa keruang makan. gue mandi dulu"
udah tidurnya numpang, main nyuruh nyuruh aja kaya majikan, "iya"
∆∆∆
"udah belum?"
"udah"
"turun kalau udah"
Shinta menatap kesal wajah Erlangga dari kaca spion, "buruan berangkat deh er, udah setengah tujuh tau"
"terus?"
"nanti telat! bang Mario udah berangkat dari tadi, kalau tau gini gue mending naik ojek online aja" Shinta turun dari motor
"yaudah sana naik ojek online, dapet driver tua mampus. ntar jalannya kaya siput. lagipula, gak ada ojek online yang seganteng gue" dengan pd-nya Erlangga menyugar rambutnya kebelakang
"bodoamat" jawab Shinta sambil memencet aplikasi hijau di ponselnya, "eh kok paket data gue habis sih"
Erlangga terkekeh, "hp lo aja mendukung kalau lo berangkat sama gue"
"gak! ntar kaya tadi, cuma diem ditempat"
"terserah, gue berangkat sendiri aja. jam tujuh kurang seperempat"
mendengar ucapan Erlangga, Shinta menatap jam tangan bergambar menara eiffel ditangannya. "yaudah gue berangkat sama lo"
"tadi katanya gak mau?" goda Erlangga menggoyangkan motornya, "sana sama abang ojol aja, gak usah sama gue"
lah cemburu?
"jangan digoyang goyang dong er, nanti jatuh" Shinta memegang erat bahu Erlangga, "buruan berangkat. nanti kita telat"
"ogah" Erlangga kembali menegakkan motornya
"ish" baru saja Shinta melepaskan pegangannya, tetapi Erlangga langsung mengegas kendaraannya dengan kecepatan tinggi
"ERLANGGA GILAAA" umpat Shinta kembali memeluk Erlangga dan memejamkan matanya takut
∆∆∆
"meluknya kenceng amat neng? gak bisa nafas nih aa' "
"gila lo bang! kalo tadi gue jatuh gimana?!" omel Shinta sambil memukul punggung Erlangga keras
"aduh, belum apa apa udah kdrt aja lo! tadi katanya disuruh cepet. gimana sih"
"tapi gak gitu juga! tadi gue hampir jatuh tau ga?"
"gak" balas Erlangga kelewat santai
"CIYAKK! BETAH BANGET YANG BERANGKAT BARENG, BERDUAAN TERUS" celetuk Aliando dari kamar mandi dekat parkiran
Geovindra dan Adrian keluar setelah mendengar teriakan Aliando, "WADUH WADUH WADUH GAK KASIAN APA SAMA MOTORNYA?" ucap Geovindra
"kaya gak tau orang filing love aja" celetuk Mario membenarkan celananya
"lo ngelawak?"
Mario mengeryit, "gue salah?"
"fall in love. bukan filing love" koreksi Aliando sewot
Mario mengendikkan bahu acuh, "sama aja"
disaat ketiga sahabatnya ribut, Adrian justru nampak murung sambil memperhatikan Shinta dan Erlangga yang berjalan mendekat ke arahnya. siapa yang gak sakit hati saat orang yang kita cintai justru lebih dekat dengan lain?
"hoy" ujar Erlangga menyapa keempat sahabatnya
"tuh tangan kenapa tuh? nempel terus" selidik Geovindra tersenyum jahil
"jomblo harap diam" balas Erlangga mengibaskan tangannya
"SHINTA!"
"yuk kekelas, bentar lagi bel bunyi" ajak Kayla merangkul bahu Shinta
"bentar" Shinta melihat Erlangga, "lepasin tangan gue er"
bukannya menuruti ucapan Shinta, Erlangga justru lebih erat memegang tangannya "males"
"ih lepasin, gue mau kekelas!"
"gak"
"ngeselin banget sih! lepasin"
Erlangga mendekatkan wajahnya pada wajah Shinta, lalu menunjuk pipinya. "tapi aku belum dapat morning kiss baby" keluhnya dengan nada menyebalkan
"apaan sih ah, lepasin gak?!" Shinta bisa frustasi jika terus didekat Erlangga. virus kegilaan Erlangga pasti akan menular padanya!
"yaudah nunggu bel bunyi aja"
"modus ae terus lo kuda nil" celetuk Kayla menye menye
"nginggggggg~" Vista menirukan suara nyamuk dengan mulutnya, "banyak nyamuk ya?"
Aina tiba tiba menarik tangan Erlangga, "ikut gue sekarang!"
"mau apa?" Erlangga menahan tangannya
"ayo ikut aja. sendirian!" ucapnya penuh penekanan
"cowok sama cewek itu gak boleh berduaan, nanti ketiganya setan"
Aina yang kesal langsung memisahkan tangan Erlangga dari Shinta, "shut up, come with me now!" Aina menarik tangan Erlangga kasar, membuat sang empunya terseret karena tidak siap
"iya sabar maemunah!" omel Erlangga tapi tetap mengikuti Aina
"buset tuh cewek jadi jadian. serem" celetuk Aliando bergedik ngeri
∆∆∆
Aina menatap Erlangga garang, yang ditatap juga menundukkan kepalanya takut. persis seperti anak yang ketauan mengambil uang arisan ibunya!
"awas tuh mata. copot ntar" celetuk Erlangga masih dengan posisi yang sama
Aina memijat pelipisnya, duduk disamping Erlangga. "gue mau tanya"
"wae?"
Aina menatap Erlangga serius "lo mau hancurin triple A?"
"museun mal-iya?" Erlangga bertanya dengan bahasa negara ginseng andalannya
"lo bisa gak sih, coba hargain perasaan Adri? setidaknya lo gak pamer kedekatan lo sama Shinta"
"hah? lo itu ngomong apasih?"
"lo deketin Shinta. lo pegang tangannya, lo goda dia didepan Adri. lo pikir Adri gak sakit hati? lo gak liat tadi ekspresinya gimana?" bukannya menjelaskan, Aina justru menyebutkan kesalahan Erlangga. benar benar sahabat yang baik
"jadi maksudnya, gue harus hargain drian gitu?"
belum sempat Aina menjawab, Erlangga sudah terlebih dulu memotongnya. "buat apa gue harus deketin Shinta dibelakang drian? biar drian gak sakit hati? terus kalau seandainya gue udah jadian sama Shinta, gue harus pacaran sembunyi sembunyi gitu?"
Aina melongo mendengar ucapan Erlangga, "ya gak gitu Erlangga Dewantara.... lo harusnya bersaing secara sehat, jangan lo embat sendiri Shinta nya"
"mwo? namanya bersaing itu gak ada yang saling ngalah. ga perduli dia sahabat atau saudara gue, kalau gue ngalah, otomatis ada kesempatan buat dia milikin cewe yang gue suka"
Aina tak habis pikir, "Adri itu sahabat lo! orang yang lo anggap kakak! harusnya lo paham dong sama perasaannya dia"
"lo bilang gitu seolah-olah cuma drian yang terluka na! gue juga korban disini. apa gue salah kalau gue sayang sama Shinta? cuma Shinta yang bisa buat gue menjadi diri gue sendiri"
"langga dengerin gue" Aina menatap dalam mata Erlangga
"gue bingung harus dukung siapa. lo sama Adri sama sama orang penting dihidup gue. tapi gue gak akan tinggal diam kalau salah satu dari kalian terluka. gue mohon ngga, gue mohon. adri udah sering ngalah demi kebahagiaan kita berdua. apa sulit bagi lo buat bikin adri bahagia?"
"sangat sulit" potong Erlangga penuh penekanan, "apapun itu, siapapun dia, gak boleh ada yang ngambil sesuatu yang udah gue genggam"
"lo baru kenal Shinta belum ada sebulan. lo harus yakinin perasaan lo dulu ngga. jangan bawa Shinta untuk cinta sama lo terlalu dalam lagi. gue tau lo belum cinta dia" nasehat Aina. biasanya Erlangga dan Adrian yang menasehatinya saat dia salah langkah, tapi sekarang giliran dia yang akan menyatukan kedua sahabatnya itu.
"gue sayang sama Shinta, gue nyaman sama dia"
"tapi itu semua bukan berarti lo cinta dia Erlangga! lo sayang dia seperti lo sayang gue, hanya sebatas kakak yang ingin melindungi adiknya! lo nyaman karena lo terlalu sering bersamanya!" Aina berdiri karena bel masuk berbunyi, "inget semua kata kata gue ngga. sekarang gue biarin lo lakuin sesuka lo, gue gak akan berkomentar lagi. I trust you Erlangga Dewantara"
★★★