Chereads / Ayuka kenshin (sudah terbit) / Chapter 8 - Will You Marry Me?

Chapter 8 - Will You Marry Me?

Lima Tahun Kemudian…

Tokyo university

Dava melihat orang yang sangat mirip dengan seseorang yang selama ini dinantikan. Ia bahkan belajar dengan giat untuk bisa kuliah ke negara matahari terbit hanya untuk menunggu janji yang entah sampai kapan orang itu akan datang untuk menepati janjinya. Dan sekarang dia melihatnya, duduk di bangku taman sambil membaca sebuah buku. Namun, ada yang berbeda dengan gadis itu, gadis itu kini menggunakan kacamata dengan rambut di kuncir ke belakang, memperlihatkan leher jenjangnya.

Ia baru sadar kalau tubuhnya sudah berada di belakang gadis itu. menyadari seseorang yang menghalagi cahaya menembus bukunya. Gadis itu menoleh menatap Dava penuh tanya. Mata mereka beradu sekian detik, di dalam matanya ada tanya yang terlihat jelas bagi Dava. "Apa kau tidak ingat siapa aku?". Tanyanya kemudian.

"Maaf, Anda siapa?".

"Saya Dava, kamu Ayuka kan?".

"Iya, aku Ayuka, tapi aku tidak mengenal anda. Apa kita pernah bertemu sebelumnya"

"Bukan pernah bertemu, tapi kita saling mengenal satu sama lain. Kamu adalah pacarku". Akunya.

"Anda mungkin salah orang" Lalu, gadis itu pergi begitu saja meninggalkannya sendiri.

"Bagaimana kamu akan menepati janjimu?, jika kamu sendiri melupakanku" Keluhnya menatap punggung gadis yang bernama Ayuka.

"Mungkin hilang ingatan" Berusaha menguatkan diri. Ia berlari mengejar gadis itu. setelah sejajar dengannya Dava mengalungkan lengannya ke leher gadis itu.

Gadis itu langsung menarik tangan Dava membalik dan menempelkannya pada punggungnya. "Sudah ku katakan, kalau anda salah orang. Aku minta kepada anda untuk berhenti menggangguku" Bisik gadis itu ditelingan Dava.

Ia hanya tersenyum menahan sakit. "Aku tidak akan menyerah untuk membalikkan ingatanmu".

Tangannya yang bebas, meraih sebelah tangan gadis itu menaruhnya di lehernya sendiri. Setelah itu, ia membanting tubuh itu ke depan. Dengan cepat ia maju ke depan bersiap menangkap tubuh gadis itu agar tak sampai jatuh. Tatapan mereka beradu satu sama lain, tak mempedulikan orang yang berlalu lalang melihat mereka. Lewat mata ia berusaha mencari sebuah kebenaran. Apakah benar gadis itu kini tak mengenalinya lagi?.

Setelah tersadar, gadis itu mendorong tubuh Dava, dengan cepat ia memutar tubuh dan sialnya gerakannya terlalu cepat. Keadaan jalan yang licin bekas hujan, ditambah sepatu boot yang digunakannya hak-nya cukup tinggi, membuatnya kembali terjatuh. Sontan dia memekik, pasrah. Dengan cepat Dava menyambar tubuh gadis itu memegang pinggangnya membuat gadis itu mengerjap dan mendongak.

Ia terpaku menatap wajah yang telah menolongnya untuk ke dua kalianya, walaupun yang pertama itu disengaja.

Napasnya tampa sadar berhenti di tenggorokan. Ia berusaha menelan ludah dengan susah payah. Sementara Dava terseyum lega karena orang yang disanyangnya tak sampai jatuh.

"Maaf, telah membuatmu lama menunggu". Ucapnya dengan susah payah. Jantungnya berpacu terlalu cepat, hingga membuatnya sulit untuk mengatur napas.

Sebelah tangannya yang bebas menyampingkan anak rambut gadis itu soraya berkata " Aku akan selalu menunggu, sampai rambut hitamku berubah menjadi putih" ia terus memandang gadis yang ada di hadapannya dengan lekat. Tampa sadar, Dava semakin mendekatkan wajahnya hingga berjarak satu senti. Kemudian sedikit memiringkan wajahnya mendekatkan bibirnya ke bibir Ayuka. Gerakannya terhenti lantaran ponsel Ayuka bordering. Segera Ayuka meraih ponsel dalam saku celanya dan mengangkatnya sedikit menjauh dari Dava.

Setelah lama berbincang, ia kembali menemui Dava yang setia menunggunya. "Maaf, Dav. Kita bicara lain waktu saja. Aku ada urusan"

Andai saja ia mempunyai nyali, ingin rasanya ia berlari memeluk Ayuka, melepas rasa rindunya selama lima tahun.

"Ayuka…!". Teriak Dava membuat orang yang di panggilnya menoleh. Ia tidak ingin Ayuka pergi untuk kedua kalinya.

"Will you marry me?" Teriaknya lagi, membuat orang yang ada di sana menoleh kagum. Lantas ia berlari ke arah Ayuka yang masih terdiam. Bertekuk lutut di hadapan gadis yang dicintainya dan mengeluarkan sebuah kalung dari saku celanya. "Jika kau menginginkan kalungmu kembali, kau harus menikah denganku, jika tidak kau tidak akan melihatnya kembali". Ancam Dava, ia sengaja menggunakan bahasa Indonesia agar tak satupun mengerti sekaligus mereka akan beranggapan kalau itu bukanlah ancaman melainkan kata yang romantis.

"Kau mengancamku!" Ucap Ayuka sambil mengambil kalung tersebut dari tangan Dava.

Dava tersenyum bahagia. Ia kemudian berdiri untuk memasangnya dileher jenjang Ayuka sambil berbisik di telinganya. " I Love You"

Tepuk tangan mulai terdengar riuh, rasa kagum dan iri akan sebuah kebahagian meliputi tempat itu.

End