Chereads / Like i Need / Chapter 14 - 'Halo... Aster'

Chapter 14 - 'Halo... Aster'

Aster menutup kencang pintu kamarnya, dadanya masih berderup kencang, nafasnya pun masih berat. ia benar-benar tidak bisa berpikir apa yang sebenarnya telah terjadi. Ia seakan mau gila, kenapa harus dia yang merasakan semua ini.

Tanpa sadar, air matanya keluar dan isak tangisnya mulai terdengar tipis dari balik kedua tangan yang menutup wajahnya. ia hampir saja menjadi seorang jalang, ditangan atasannya sendiri. dengan segala cara ia mencoba mencari logika yang benar, atau paling tidak terdengar benar atas apa yang baru saja terjadi.

setelah 15 menit berlalu, Aster sudah mulai bisa tenang. ia mencoba memahami bahwa atasannya sedang mabuk, dan diluar kendali. ia hanya memikirkan apakah besok atasannya akan mengingat kembali kejadian itu.

dengan sisa tenaga yang ia miliki, ia berjalan menuju kasurnya. Berniat ingin segera mengakhiri hari ini, dan menyambut esok yang semoga lebih waras.

Tanpa terasa, sinar matahari mulai masuk dan membelai wajah Aster. Perlahan matanya terbuka, ia mencoba membiasakan cahaya terang yang mengahalagi pandangannya. menarik nafas panjang, sampai ia menyadari seseorang tengah berdiri dan memandanginya.

"Halo... Aster"

"Bagaimana bisa anda disini?" Aster terkejut bukan main, saat mendapati Leon yang tengah berdiri bersandar pada sudut meja dan memandanginya dari jauh.

"Selamat Pagi, Sun Shine. tidurmu nyenyak?" Alih-alih menjawab, Leon malah berjalan menuju sebuah meja, disudut kamar. meja itu kini sudah dipenuhi dengan berbagai macam makan dan minuman yang terlihat seperti 'Paket Sarapan'.

"Anda belum menjawab pertanyaan saya, bagaimana anda bisa masuk?" Aster mencoba memposisikan dirinya untuk lebih waspada, ia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

"Aku meminta Akses tambahan, dan mereka memberinya. aku akan jelaskan lebih nanti, sebaiknya sekarang kita sarapan, Ayo" jelas Leon sembari ia menyeruput kopi dan memakan potongan roti dengan tangannya.

Aster hanya mematung menggamati, Ada yang salah dengan semua ini, bukan lagi mengenai mengapa Leon menyiapkan makan dikamarnya. Tetapi sejak kapan, Rambut Leon pendek. kapan ia mengganti gaya rambutnya. apakah ia punya kembaran.

Aster tersadar saat tiba-tiba sebuah roti masuk melalui mulutnya. Leon yang tadi sedang makan ujung ruangan, kini sudah duduk di hadapan Aster dengan memegang setangkup roti margarin dan gula putih. Hal mengejutkan lainnya, Bagaimana Pria ini tahu makanan favoritnya.

"Kamu harus makan, setelah ini bukankah kita ada meeting?" Leon melontarkan senyuman yang sebelumnya bahakan tidak pernah Aster lihat.

Wajah Leon ternyata jauh lebih manis, saat ia memiliki ramput pendek. Tidak ada lagi kesan keras dan menyeramkan seperti singa. kini ia lebih seperti anak kucing polos dan menyenangkan.

"Apa aku terlihat tampan?" Godanya, mengalihakan lamunan Aster

"Aku akan bersiap" Aster langsung turun dari kasur, dan berjalan menuju kamar mandi, sembari menghabiskan sisa roti. tiba-tiba berhenti dan menghadap Leon.

"Sebaiknya, anda tunggu diluar. karena saya harus bersiap" ucapnya

Leon menaikan satu alisnya, dan meletakan piring berisi roti itu dimeja rias dan berjalan keluar kamar. Aster yang merasa mulai kehilangan kewarasan langsung berlari menuju kamar mandi dan membanti pintunya.

//

Kegiatan meeting berjalan lancar, namun tidak seperti biasanya. Aster tidak lagi melihat garis wajah kaku, kini suasana rapat terkesan lebih menyenangkan dan santai. apa perubahan rambut benar-benar bisa seberpengaruh itu.

Leon terlihat sesekali mencuri pandang pada Aster. Aster yang tersadar jika ia sedang diamati. langsung membuang muka dan mengalihkan pandang pada layar laptopnya. terukir senyum diwajah Leon.

Meeting berakhir, usai berjabat tangan tanda sepakat ke-empat orang itu memohon izin untuk meninggalakan ruangan terlebih dahulu. tersisa Leon dan Aster, yang tengah merapikan beberapa berkas dan dokumen hasil pertemuan.

"Apa Kamu sudah lapar?" Ucap Leon memecah keheningan

Aster masih tidak bergeming. tidak ingin membuang waktu Leon berjalan mendekati Aster, dan menutup begitu saja layar laptop hingga membuat Aster langsung menoleh kesal.

Yang Aster tidak sadari, jika rekasinya membuat wajah mereka tepat berhadapan. Leon menatap dalam gadis yang kini ada dihadapannya, sorot mata penuh rindu terpancar jelas dari matanya. untuk beberapa detik mereka seperti saling memandang satu sama lain.

Aster merasakan kedekatan yang berbeda, ia seakan mengenali tatapan itu padanya. entah dimana logika Aster saat itu, ia menyadari jika wajah Leon semakin maju mendekati dirinya, bahkan hembusan nafasnya bisa ia rasakan dipipi kanannya.

"Boleh?" Kata itu terdengar seperti sihir ditelinga Aster. ia hanya mematung dan perlahan menutup kedua matanya, membiarkan kedua bibirnya perlahan terbuka seakan siap menyambut.

'Tok..tok..tok' Seseorang terdengar mengetuk pintu.

Seakan seperti alarm pagi yang mengejutkan, ketukan itu berhasil menyadarkan kedua manusia ini untuk kembali berpikir rasional. Leon berdeham dan mulai berjalan menuju pintu, sedangkan Aster mulai memasukan benda-benda yang ada diatas meja kedalam tas bawaannya.

sembari berfikir, apa yang salah dengan dirinya. baru saja semalam ia menangis karena hampir berakhir menjadi Jalang, dan baru saja ia membenarkan diri bahwa ia benar-benar seorang jalang.

'ayo Aster, dia itu atasanmu! dia sudah bertunangan! apa kau ingin dicap sebagai pelakor?' debat dalam hatinya.

"Aster, sudah siap? Kita makan siang bersama" Ucap Leon, suaranya terdengar sangat ramah.

sebenarnya Aster hanya ingin kembali ke kamarnya, tetapi sebagai seorang manusia hidup perutnya ingin mendapatkan hak untuk diisi, jadi 'YA' untuk makan siang.

Selama di restoran, Leon menjadi cukup sering berbicara dan terlihat sangat menyenangkan. tanpa sadar batasan yang sebelumnya ada tiba-tiba menghilang. Bahkan Aster bisa sedikit tertawa ringan karena ceritanya.

"Seperti yang ku bilang, kamu harus lebih sering tertawa" , "Cantik" Ucap Leon

Aster yang tadinya sedang tertawa, tiba-tiba merasa kikuk dan bingung harus merespon seperti apa.

"Aster, ada satu hal yang harus aku tanyakan padamu" Ucap Leon tiba-tiba, menarik tangan Aster perlahan

"Apa kau merindukan ku?" Aster hanya menatap bingung perlakukan dan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Leon. "Aku sangat.." Kalimat Leon terhenti, sikapnya kembali aneh.

Leon seperti mulai kehilangan fokus, tubuhnya perlahan limbung kesamping meja, Aster yang panik langsung berteriak minta tolong. beberapa pelayan membantu mengangkat tubuh Leon.

waktu berjalan cepat, jam sudah menunjukan pukul 16:45. matahari sudah mulai turun perlahan. Ruangan mulai berubah menjadi oranye karena efek cahaya. Leon belum kembali sadarkan dirinya, sejak ia terjatuh di restoran.

Aster, hanya duduk menatap khawatir pria dihadapannya. Dengan segala keanehan yang terjadi, paling tidak dia berterima kasih karena untuk sehari ini, Leon tidak menatapnya sinis atau berbicara kasar.

"Mau sampai kapan Anda menatap ku, Nona Morterz" Suara Bariton itu terdengar lemah

"Kau sudah sadar?" Tanya Aster.

"Dimana ini? Pukul berapa ini? berapa lama aku tidur? mengapa kau tidak membangunkanku? aku meninggalakan Meeting hari ini?" Begitu banyak pertanyaan keluar dari mulut Leon, bahakan Aster bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu.

"kita masih di restoran, ini ruang management. kau tidak sadar saat makan siang usai meeting tadi" jelas Aster sekenanya, ia memberikan segelas air untuk Leon.

"Aku mengahdiri Meeting?? Kapan??" Leon mengelus kepalanya gusar, dan menyadari bahwa sesuatu terjadi pada rambutnya. "Kemana Rambutku??!!" Teriaknya.

Aster yang menatap bingung menjawab "Kau yang memotongnya sendiri semalam, kau yang bercerita sendiri tadi"

Leon langsung berdiri dan menatap pantulan dirinya pada cermin yang ada disudut ruangan. tatapannya tajam, seakan ia tidak suka dengan apa yang sudah terjadi. Dengan kasar, ia mengambil kunci mobilnya, dan berjalan keluar ruangan dengan penuh emosi.

Aster berlari mengejar Leon, dan langsung masuk kedalam mobil. sambil terus menatap heran tingkah orang yang ada disampingnya ini.

saat mobil melaju kencang, Leon mencari sesuatu diponselnya lalu mendekatkan benda itu ketelinganya.

"kau dimana?? Aku perlu berbicara dengan mu" ucap Leon

"Oke, Sebentar" Tiba-tiba Leon membanting Stirnya, dan menepikan mobilnya.

"Kau Turun, dan kembali ke Hotel terlebih dahulu, Nona Mortez" Ucap Leon yang bahkan masih coba dicerna Aster. Leon ingin dia turun ditengah jalan. "Turun sekarang, atau kutarik kau dari luar" Ancamnya,

tanpa berpikri lama lagi, Aster melepaskan sabuk pengamannya dan turun. Tepat saat Aster menutup pintu, tanpa aba-aba Leon langsung memacu mobilnya sangat kencang. dan meninggalakan Aster sendiri dipinggir jalan.

"Aku sepertinya seudah benar-benar menjadi Gila"

//

Aster kembali ke hotel dengan taxi, syukur sore itu jalanan masih cukup ramai dan jarak dari tempatnya diturunakan paksa ke hotel tidak terlalu jauh. Dengan langkah letih ia berjalan masuk menuju kamarnya, melewati lobby.

"Aster!" Seseorang memanggil dirinya

Sejenak Aster berhenti dan memastikan bahwa benar nama nyalah yang dipanggil, terlihat seorang wanita berbaju kuning melambai kearahnya.

"Laura" ucap Aster saat mengenali sosok yang kini tengah berlari kecil kearahnya, dan memeluk dirinya erat.

"Bagaimana kabar mu? Seneng banget bisa ketemu sama kamu disini" Ucap Laura sembari melepaskan pelukannya.

Laura adalah teman Aster semasa kuliah, mereka cukup dekat. namun sejak lulus Laura memutuskan pindah keluar negeri, untuk tinggal bersama kekasihnya.

"Aku kangen banget sama kamu" Peluk Laura sekali lagi.

"Iya, aku Juga. ngomong-ngomong apa yang sedang kamu lakukan disini?" Ucamp Aster sembari mengajak Laura duduk disalah satu sofa lobby

"Aku sedang berlibur dengan Massimo, lalu kamu sendiri?" Jelas Laura antusias

"Perjalanan Bisnis, aku ada pertemuan dengan salah satu penulis pagi tadi disini, sebenarnya atasan ku yang punya pertemuan, aku hanya mendampingi" Ungkap Aster.

"uuwwh, Sekertaris Bos besar" goda Laura

Setelah itu mereka saling bercerita, banyak hal satu sama lain dan berakhir dengan undangan untuk makan malam disalah satu bar terkenal di kota. Laura menjelaskan ia sangat ingin mengahabiskan malam panjang berpesta bersama dengan Aster. Jujur, ia sudah sempat menolak. tetapi Laura mengatakan bahwa mereka hanya akan minum-minum santai saja dan tidak akan sampai malam, akhirnya Aster setuju

Pukul 20:00 mereka janjian bertemu dilokasi, Laura datang 10 menit lebih lambat dari janji. Aster sudah memesankan kursi disalah satu jajaran ditengah ruangan. suasana Bar cukup ramai, usai makan malam mereka memutuskan membuka satu botol wine. Laura, Aster dan Massimo bercerita banyak hal mengenai diri mereka. Mereka juga mengatakan, kesedihannya atas apa yang terjadi pada Joan, dan meminta maaf tidak bisa hadir pada pemakamannya.

Aster menjelaskan itu semua sudah lewat, dan saat ini ia cukup berbahagia dengan apa yang dijalaninya. Tiba-tiba Massimo berbisik pada Laura, kemudian pergi. Aster menatap penuh tanda tanya.

"Apa yang sedang kalian rencanakan?" Aster mengenal sekali kelakukan pasangan yang ada di hadapannya ini

"Tenang saja Aster, kami akan memberikan malam yang tak terlupakan untuk mu" Ucap Laura,

Massimo kembali, dengan membawa 3 gelas kecil minuman berwarna biru. "Semua kesedihan harus terhapus malam ini, jadi ayo kita ganti dengan kesenangan dan kebahagiaan" Ucap Massimo

ia memberikan satu gelas pada Aster dan sisanya pada Laura, mereka menenggaknya bersama. Malam semakin larut, dari Wine, lalu bergulir menjadi 2 botol Gin. Aster hanya tersenyum melihat pasangan ini mulai menggila karena minuman-minuman itu, Laura menarik tangan Aster untuk ikut dengannya ke Lantai Dansa.

Dengan sedikit paksaan dan Massimo yang mengatakan ia akan stay untuk menjaga tas mereka, akhirnya Aster mengikuti permintaan Laura, untuk sedikit berdasa. Entah karena, terlalu banyak minuman yang Aster sudah minum, atau alunan musik ini terlalu membuai, Hingga Aster tidak menyadari bahwa ia sudah bergerak dengan gemulai dan lepas mengikuti alunan.

bahkan ia tidak menyadari bahwa Laura tidak lagi bersamanya, melainkan sedang berdansa dengan Massimo di sisi lain. Aster tidak peduli saat itu, ia hanya mengingat mungkin sesekali ia perlu untuk melepaskan semua beban yang ia simpan selama ini.

musik terus membelai tubuh Aster, untuk terus bergerak dengan indah di lantai dansa. gaun yang ia kenakan juga menambah nilai untuknya. Beberapa pasang mata mulai memperhatikannya dengan dalam, salah satunya adalah pria dengan banyak botol minuman di mejanya.

Pria itu sudah memperhatikan Aster sejak ia tiba di Bar, hingga saat ini pandangannya tidak pernah lepas dari gerak tubuh dan tarian Aster. setiap inci gerakan Aster, bagai candu untuknya. perlahan candu itu menjadi adiksi untuk menguasai. Dengan sekali gerakan, ia berjalan tegap ketengah lantai dansa.

tatapannya tidak pernah lepas dari Aster, seberapa banyak orang pun yang menghalangi, ia berhasil terlewati. ia menarik pinggang Aster dan mendekapnya. Aster yang terkejut hanya bisa menatap Pria tinggi yang kini memeluknya.

"Leon" Ucap Aster

seakan tidak mendengar, Leon masih menatap mata Aster dengan begitu intens. sebuah gerakan lembut menyentuh tengkuk leher Aster. ia membelai setiap helai rambut yang ia temui. memberikan sensasi menyegat dan menggelitik pada Aster.

Entah untuk sesaat, suara hingar bingar itu tiba-tiba sunyi. hanya terdengar suara nafas dan detak jantungnya yang bergerak tidak karuan. bola mata Leon menjadi coklat gelap, dekapannya juga semakin erat, Aster bisa mencium aroma Alkohol dari mulutnya.

sentuhan dan tatapan Leon seakan mebius Aster, untuk menolak alasan-alasan rasionalnya saat ini. aroma Alkohol semakin tercium, jarak diantara mereka hampir tidak ada. hingga tanpa aba-aba Leon untuk pertama kali berhasil mendaratkan sebuah ciuman dibibir Aster.

seakan mendapatkan dahaganya, Leon mulai memacu gerakan bibirnya untuk lebih dalam, dan tanpa sadar Aster mengimbangi. mereka mulai berbagi rasa satu sama lain, Rasa Rindu mendalam dari Aster, dan Amarah yang membara dari Leon memberikan rasa manis dari setiap kecupan mereka.

bagaikan magnet, lidah mereka saling bertaut. Aster mulai mengalungkan kedua tangannya terbawa suasana, Leon pun seakan tidak ingin membiarkan tubuh Aster menajuh. kecupan demi kecupan saling menyambut diatara mereka, sampai seakan mereka lupa cara bernafas.

setelah 10 menit pergulatan itu terjadi, Aster akhirnya mengingat satu hal, bahwa Pria yang tengah menghisap bibirnya ini adalah Bossnya, ia punya seorang wanita yang dicintai, ini salah. benar benar sebuah kesalahan. Dengan tenaga yang tersisa, ia mencoba menjauhkan wajah dari Leon.

"ini salah...tolong hentikan" ucapnya lirih, Leon yang terlihat tidak peduli kembali mencium lembut bibir Aster.

Leon yang tidak peduli terus berusaha mendapatkan kembali ciumannya. Aster berusaha melepaskan diri dari candu, dan terus mendorong tubuh Leon untuk menjauh. tetapi saat ia ingin mendorong sekuat tenaga, Aster tiba-tiba mereasa tubuh Leon mulai kehilangan keseimbangan, dan mulai melorot jatuh.

Massimo dan Laura yang ternyata memperhatikan sejak tadi, langsung dengan sigap menahan tubuh Leon yang kembali tidak sadarkan diri.

"Kita kembali ke Hotel" Ucap Laura dan Aster bersamaan.

Related Books

Popular novel hashtag