Kejadian gua dengan Felix masih gua ingat saat gua kerja. Kali ini bukan Felix yang menemani gua tetapi June dan Marie mau ikut. Mungkin karna mereka bingung kenapa gua bisa bolos pelajaran.
Setelah kejadian itu dengan Felix, gua langsung berdiri dan berlari turun. Untung aja, gak ada guru yang lagi lewat.
Tante Kiana sedang berjaga kasir dan gua ditugaskan membuat red velvet. Mungkin tempat bersembunyi gua paling bagus di cafe Tante Kiana. Walaupun ada temen gua didepan, tapi mereka gak bisa ganggu gua disini.
"Tante, kuenya udah jadi. Aku mau ke temen-temen aku dulu."
Tante Kiana sambil membuat expresso menyuruh gua untuk mendatangi teman-teman gua.
"Hai, guys. Sorry, gua harus buat cake dulu. So, tumben banget lu pada ikut kesini," tanya gua sambil mendudukan diri ke sofa.
"Cher, gua sama Marie dapet undangan ke pestanya Logan. Dan gua tau itu bukan karna dia yang undang, lu ada dibalik semua itu yah," kata June sambil memakan kuenya. Marie pun memberikan tatapan penasaran ke gua. "Yes, masa gua bisa diundang ke pesta begituan. Lu emangnya ngapain aja kemaren sama Logan ?"
Gua memerosotkan diri kedalam sofa. Sambil mengambil macaroon gua pun menjawab, "Sebenernya gua gak tau apa yang terjadi waktu itu." Dan gua menceritakan tentang pertemuan gua dengan Raven dan pesta Logan.
"Menurut gua, lu kayanya diincer sama Logan. Kalau beneran, gua mau lu buat hati-hati aja sih," ucap Marie dengan memberikan tatapan kasihan ke gua. Dia seperti mengisyaratkan kalau gua akan patah hati karena Logan.
Mungkin karna semua cewe yang pernah bersama Logan gak pernah ada yang berlangsung lama. Dan kali ini Logan menargetkan gua. Tapi sikap Logan gak menunjukan kalau dia mau menyakiti gua. Tapi bukannya cowo semua berawal dengan bersikap berbeda ke kita.
Gua menjatuhkan kepala gua sambil frustasi, "Sumpah deh, gua kena apa sih. Tiba-tiba Logan malah jadi deketin gua." June mulai menepuk-nepuk punggung gua.
Dan akhirnya gua kembali bekerja berisi pikiran penuh dengan Logan dan Felix.
-
"Mom, Dad. I'm home."
Gua bisa mendengar suara mereka yang berisik dari ruang makan. Mom and Dad, keduanya bekerja di rumah sakit yang sama. Hmm, mereka membanggakan kisah cinta mereka. Mereka mengatakan kalau takdir yang membawa mereka berdua bertemu. Cliche, memang.
Tapi karna pekerjaan mom sebagai suster memang membantu mempertemuka dia dengan Dad. Dad juga bekerja sebagai dokter. Tapi yang pasti gua gak mau jadi dokter, gua udah pusing sama yang namanya ipa.
"Mom, Dad." gua mendatangi mereka dan mencium pipi. "Mom, Dad. Aku diundang ke acara temen aku."
"Tumben banget kamu mau ikutan. Emangnya ada apa ???" tanya Mom.
Louis yang daritadi terlihat tidak peduli langsung terlihat sangat antusias.
"Enggak, itu aku cuman mau merasakan aja."
Dad mengambil makanannya dan langsung menghadap ke gua, "Yah, dad setuju aja. Cuman jangan sampe pulang subuh-subuh."
Louis langsung terkikik sendiri. Mom dan dad yang mendengar itu langsung mempertanyakan dia. "Kamu kenapa sih tiba-tiba ketawa sendiri, serem tau." ucap mom dengan memukul tangan Louis.
"Mom, dad. Tau gak kemaren, cici." Sebelum dia mengucapkan kata lainnya gua langsung menutup mulutnya dan menyela, "Kemaren aku pergi bareng temen. Lupa bilang,tapi aku tetep pergi aja. Soalnya mom and dad juga lagi keluar. Tapi aku juga udah titip pesen ke Lou," sela gua sambil menatap tajam Louis. Louis dari matanya mengisyaratkan kaya dia sedang mau mengerjai gua.
Mom dan dad terlihat puas dengan jawaban gua. Mungkin karna gua adalah anak baik-baik, jadi mereka langsung percaya. Aduh, butuh berapa banyak kebohongan lagi sih.
-
"Okay, semuanya sekarang lari keliling lapangan 10 kali," ucap Pak James. "Ayo, langsung lari dong."
Gua yang daritadi cuman duduk dipinggiran lapangan langsung berlari. Emang gua dari awal paling gak suka sama yang namanya olahraga. Kurus enggak, cape iya. Fisik gua gak sekuat yang lu pada bayangin. Mungkin tahan, tapi kalau gua udah cape, duh bisa bikin orang lain ribet.
"Mar, lu duluan aja. Lu tau sendirikan lari gua lama."
"Iya tau kok. Yaudah gua duluan yah." Dan dengan begitu gua sendirian. Mungkin sepuluh kali putaran gak seburuk itu.
Gua berlari mungkin baru 6 kali dan yang lain udah pada menyelesaikan itu. Mungkin tenaga mereka dibuat lebih kuat daripada gua. Aduh, masa lari aja gua gak kuat sih. 4 lagi, ayo Cher gampang
Hosh
Hosh
Hosh
Ternyata 4 putaran itu gak gampang. Gua duduk dipinggiran lapangan dan mencoba untuk menangkap nafas gua.
"Nih, gua tau lu cape." Huh ? Gua membuka mata dan melihat ada Logan. Dia berdiri didepan gua dan menyodorkan minuman. Ada apa sih dengan Logan dan Felix. Kayanya gua bulak-balik ketemu mereka terus.
Logan yang melihat keeganan gua mengambil minuman itu pun langsung menempelkan ittu ke muka gua. Owh my, muka gua langsung dingin. Tapi dingin yang sakit.
"Ishh," jawab gua sambil mengambil minum itu. Logan yang melihat gua mengambil itu menempatkan dirinya disebelah gua. "Thanks."
"Udah, cuman thanks ??" tanya Logan dengan menghadap ke gua. "Gak ada tambahan apa lagi gitu?"
"Hmm. No," jawab gua dengan cepat dan menjulurkan lidah gua ke dia.
Gua baru sadar. Kalau semua anak kelas gua kaya menyingkir dari daerah ini, termasuk Ian dan Gab. Padahal mereka kan satu geng. Okay. Apa Logan se-intimidasi itu ???
"Cher, lu lucu juga yah," jawab Logan. "Ada yang kasih minuman ke lu, cuman balesannya cuman itu. Sakit hati itu orang."
"Huft." Gua keselek. "Jadi, sekarang lu kaya sakit hati gitu ???"
Logan pun menganggukan kepala. "Yes, jiwa lelaki gua tersakiti."
Sumpah, orang-orang kenapa bisa takut sama Logan. Mereka selalu bilang jangan ikut campur sama dia. Tapi yang ada dihadepan gua cuman ada dia. Logan yang baik-baik aja ke gua.
"Jadi, lu maunya apa ?" No, jangan begitu. Nanti malah dia minta macem-macem. "No, gak jadi. Hmm, kalo kaya begitu nanti gua bikinin lu kue aja, okay."
Logan berdiri dan langsung meninggalkan gua dengan senyuman diwajahnya. "Gua pegang janji lu." Dan dia pergi.
Mungkin itu lebih baik daripada gua harus jalan lagi sama dia. Eh, kok tumben ada Felix. Gua melihat Felix disebrang lapangan. Dan langsung saja gua melambaikan tangan ke dia. Tetapi bukannya dia membalas gua, malah dia langsung pergi.
Apa jangan-jangan dia ngeliat gua sama Logan ? Mungkin. Tanpa berpikir lebih jauh gua langsung mengejar dia.