"Ma, Minggu depan bisa kan?" Bara tengah menelepon sang mama, inginnya sih Minggu depan kedua keluarga berkumpul dan membahas lebih lanjut rencana Bara untuk segera menikahi Septi.
"Telpon lah papa kamu, kalau mama sih oke-oke saja, Bara!" balas suara itu dari seberang.
"Papa sulit banget dihubungi, dikirim berkas hasil meeting kemarin juga cuma dibaca doang nggak dibalas, Ma!" desis Bara kesal, selalu seperti itu sang papa, heran dia dulu mama kok ya mau-maunya jadi isteri laki-laki gila kerja macam papanya itu.
"Dicoba lagi, tau sendiri kan papamu itu sibuk banget," Justina mencoba menengahi, suaminya memang seperti itu kok, sejak dulu terlalu ambisius. Ada untungnya juga sih, saking fokusnya pada pekerjaan dan goals-goals yang ia buat, ia sampai tidak sempat untuk melakukan hal-hal nyeleneh misalnya minum atau main perempuan.
"Oke lah, nanti Bara coba lagi, Ma."