Bara mengentikan mobilnya di depan sebuah villa kecil nan asri itu. Septi melepas seat belt-nya kemudian bergegas turun, ia merogoh kunci dari dalam tasnya lalu membuka pintunya.
"Ini punya Dokter Yudha?" tanya Bara sambil melangkah masuk ke dalam.
"Iya, dan mereka berbaik hati menyuruhku tinggal di sini sampai aku bosan," gumannya lalu duduk di sofa, "Oh ya mau aku buatkan teh?"
Bara duduk di samping Septi, ia kemudian merengkuh tubuh itu dalam pelukannya. Mendekap erat-erat tubuh yang beberapa hari ini hilang dari dekapannya.
"Aku mau kamu, aku rindu kamu," bisik Bara lirih.
Septi tersenyum, ia melingkarkan tangannya ke tubuh Bara. Sebenarnya sama, dia juga rindu, walau kemarin rasa benci dan kesalnya pada sosok Bara lebih mendominasi, namun ia tidak bisa memungkiri bahwa dia rindu sosok ini.
"Sayang, kita nikah ya, kumohon!" pinta Bara lirih, ia masih mendekap erat tubuh itu, mengelus lembut kepala dan punggungnya.