Chereads / BARA / Chapter 5 - Kirana

Chapter 5 - Kirana

Hari ini semua tanggungjawab Bara selesai sudah. Masih ada beberapa hari berikutnya, dan Bara harap semuanya tetap baik-baik saja seperti ini. Bara buru-buru masuk ke kamar mandi, hendak mengguyur tubuhnya yang terasa lengket dan tidak nyaman itu.

Shower itu sudah hidup, mengguyur seluruh tubuh Bara dari atas kepala hingga ujung kaki. Rasanya Bara ingin berlama-lama berdiri di sana. Matanya terpejam, menikmati guyuran air itu. Dan sialnya wajah itu malah tergambar dalam benaknya!

Mata tajam nan teduh itu, senyum manis itu ... dan ingatan Bara kembali pada saat-saat dulu mereka bersama. Terlebih saat itu, saat mereka masih duduk di bangku kelas sebelas SMA, saat itu sepulang sekolah ...

"Bara aku takut!" desah Kirana dengan wajah memerah.

Bara mengangkat wajah yang tertunduk itu, matanya menatap lurus ke dalam mata Kirana.

"Jangan takut, kamu percaya padaku kan?" nafas Bara memburu, tangannya mengelus lembut bibir merah merona itu.

Kirana menatap dalam manik mata Bara kemudian ia menunduk pasrah. Bara meraih bibir itu, mengulumnya penuh nafsu. Kirana hanya pasrah, bahkan ketika lidah Bara menerobos masuk dan mempermainkan lidahnya, ia hanya melenguh pelan.

Tangan Bara mulai bereaksi, dengan pelan tapi pasti tangan itu mulai melepas satu persatu kancing seragam sekolah Kirana. Kemeja putih dengan bagde OSIS itu sudah berhasil Bara tanggalkan dari tubuh mungil Kirana.

Tangan Bara mulai menyusup masuk ke pakaian dalam kekasihnya itu, nafasnya makin memburu. Sungguh rasanya ia ingin sesegera mungkin melampiaskan semuanya.

"Bara ... jangan ...," Kirana masih mencoba menolak ketika Bara hendak menyusupkan tangannya kembali ke dalam Bra kekasihnya itu. Namun Bara tidak peduli, ia meremas lembut payudara itu sambil sesekali memilin puting Kirana.

"Ssssshhhh ...." Kirana berusaha sekuat tenaga menahan desahannya. Kenapa rasanya seperti ini? Rasa ingin berontaknya sontak hilang seketika. Ia terus melenguh pasrah menerima serangan Bara di sore hari itu.

Bara menjilat seluruh leher hingga payudara Kirana, menghisap puting yang mulai mengeras itu. Kirana sudah hanyut dalam permainannya! Bara makin bersemangat ketika Kirana sudah tidak malu-malu lagi untuk mendesah, membuat darah Bara makin mendidih.

Nafas Bara memburu, ia langsung menarik rok abu Kirana berserta pakaian dalam gadis itu, hingga kini tubuh yang terlengtang di kasurnya itu polos tanpa sehelai benang pun! Mata Bara terbelalak melihat pemandangan indah itu di depannya. Jakunnya naik turun, tubuhnya memanas luar biasa. Dengan cepat ia melucuti pakaiannya sendiri. Juniornya sudah menengang luar biasa.

Perlahan Bara menggesekkan juniornya dikewanitaan Kirana. Gadis itu mendesah luar biasa ketika sensasi itu menjalar di sekujur tubuhnya. Nafas Bara makin memburu ia bergegas melakukan apa yang sudah lama ia lakukan.

"Aaaaaaakkkhhhh ... Bara .... sssssaakkiiitttt ...." Kirana menjerit sekencang-kencangnya saat benda tumpul itu merobek pangkal selangkangannya.

"Bara .... saaakkkiittt ...." air mata Kirana meleleh, membuat Bara menghentikan sesaat aktivitasnya. Ia menunggu sampai Kirana bisa menerima barangnya itu. Sensasi rasa hangat, sempit, dan nikmat itu benar-benar membiusnya, rasanya Bara ingin langsung melanjutkan aktivitasnya, namun air mata itu sedikit membuat Bara iba.

"Leeepass ... saaaakkiitttt ...." rintih Kirana sambil berusaha mendorong tubuh Bara yang setengah menindihnya itu.

Bara menghela nafas panjang, belum semua masuk padahal, kepalang tanggung, Bara langsung mendorong lagi dengan sekali hentakan hingga keseluruhan miliknya masuk ke dalam milik kekasihnya itu.

"Aaaaaaakkkhhhh ... Baaaaarrrraaa ... sakit!" Kirana kembali menjerit sekencang-kencangnya, selangkangannya terasa sangat pedih perih menusuk! Air matanya tak henti menetes.

"Aku janji, sakitnya cuma sebentar." bisik Bara lalu mengecup lembut bibir Kirana.

Kirana menggelengkan kepalanya kuat-kuat, air matanya masih menetes, rasa pedih sakit menusuk itu belum mau hilang. Bara masih terdiam, belum berani bergerak lebih jauh lagi. Hingga ketika Isak Kirana mulai hilang, Bara mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Tubuh Bara bergetar hebat, merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan itu. Hangat, sempit, nikmat ... rasanya Bara ingin menggerakkan pinggulnya secepat mungkin, namun melihat Kirana yang belum terlalu nyaman itu, ia mengurungkan niatnya.

Bara masih dengan lembut dan perlahan menggerakkan pinggulnya, hingga kemudian desahan itu keluar juga dari mulut Kirana yang pasrah ia tindih itu.

"Ahhhhhh ... eeemmhhh ... ahhhhhh ...." desahan itu membuat Bara makin berani, ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan cepat.

"Aaaakkhh ... Sayang ...." Kirana kembali menjerit ketika hentakan pinggul Bara begitu keras. Pedih itu masih ia rasakan, namun mulai muncul rasa aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Rasanya ... rasanya begitu nikmat!

"Gimana? Masih sakit?" bisik Bara lembut dengan nafas memburu. Keringat mulai mengucur membasahi tubuhnya.

Kirana hanya memejamkan matanya erat-erat, mencengkeram kuat bantal yang ada di bawah kepalanya itu, rasanya ada sesuatu yang hendak keluar dari miliknya, rasanya sungguh Kirana sudah tidak tahan lagi.

"Bara ... Bar ... aku mau pipis, Bar!" jerit Kirana yang makin kewalahan menerima semua serangan Bara yang makin brutal itu.

"Jangan ditahan, Sayang ... jangan ...." Bara tidak sekalipun melepaskan gadis itu, ia malah mempercepat hentakan pinggulnya, hingga kemudian Kirana memekik luar biasa kencang.

"Bbbaaaaarraaaaaa ...." Kirana sudah tidak dapat menahannya lagi! Tubuhnya mengejang luar biasa, ia dapat merasakan ada sesuatu yang keluar dari kemaluannya! Apa ini? Apa? Rasanya ... ahh ... Kirana benar-benar lemas luar biasa. Keringat mengucur membasahi seluruh tubuhnya.

Bara tersenyum, ia berhenti sejenak, lalu kembali menghujam dalam-dalam daerah kewanitaan Kirana. Hentakannya ia percepat, ia benar-benar sudah tidak tahan!

"Nikmat banget sayang ...." desah Bara sambil menciumi leher jenjang Kirana.

"Ahhhhhh ... uuhhh ... Bara ...."

"Love you Kirana ...." Bara mendesah, tubuhnya mengejang luar biasa, keringatnya makin bercucuran. Ia makin kasar menyodok miliknya ke dalam hingga kemudian Kirana kembali memekik dengan tubuh bergetar luar biasa hebat.

Bara sama sekali tidak berhenti, ia terus menerus memompa tubuh Kirana hingga kemudian rasa itu menyergapnya. Rasa yang benar-benar belum pernah ia rasakan sebelumnya. Jadi seperti ini yang dirasakan bintang film panas yang sering ia tonton itu? Jadi seperti ini? Bara sudah benar-benar tidak tahan lagi.

"Kiiiirrrraaanaaaa ...." Bara memekik luar biasa ketika cairan itu menyembur keluar dari kemaluannya. Rasanya sungguh tidak bisa Bara ungkapan dengan kata-kata lagi, hangat, nikmat luar biasa!

Tubuh Bara ambruk diatas tubuh Kirana yang lemas itu. Keringat membanjiri tubuh mereka berdua. Nafas mereka tersengal-sengal luar biasa. Wajah Kirana memerah, begitupun dengan wajah Bara. Ini adalah pertama kalinya untuk mereka, meloncat jauh ke dunia yang semestinya belum mereka rasakan.

"Kamu jahat!" desis Kirana dengan nafas terengah-engah, tubuhnya basah kuyup oleh keringat mereka berdua.

"Aku mencintaimu, Sayang!" bisik Bara lalu mengecup lembut telinga Kirana.

"Kamu sudah mengenggut kesucianku, Bara!" Kirana kembali menitikkan air mata, Bara meraih gadis itu dalam pelukannya.

"Tenang, aku tidak akan meninggalkan mu, aku akan tanggungjawab jika sampai terjadi apa-apa."

"Janji? Jangan pernah meninggalkan aku?"

Bara tersenyum, ia mengelus punggung Kirana yang basah oleh keringat itu. "Tentu, aku berjanji!"

Bara memukul tembok kamar mandinya dengan penuh emosi! Kenangan itu masih sangat membekas di pikirannya. Dan sekarang siapa yang malah berkhianat? Siapa? Bara tidak pernah sekalipun mengkhianati Kirana, dan sekarang malah dia yang meninggalkan Bara? Kenapa?