Chereads / BARA / Chapter 8 - Menikah?

Chapter 8 - Menikah?

Hanifa masih terpaku di tempatnya berbaring itu, apakah semua ini mimpi? Tidak! Ini nyata! Pangkal selangkangannya masih terasa amat pedih, tubuhnya masih sangat lemas seolah tak bertenaga, dan itu tandanya bahwa semua ini adalah nyata.

"Menikahlah denganku, Han!" pinta suara itu lagi.

"Mas Bara serius? Kita belum kenal lama, baru ketemu kemarin dan kenal hari ini, Mas." guman Hanifa sambil melirik Bara yang tengah telentang di sisinya itu.

"Dan kita sudah melakukan ini, bukan?" Bara balas melirik. "Aku ingin menikahimu."

"Saya tidak bisa menjawab itu sekarang, Mas." desah Hanifa lirih.

"Kenapa?" tanya Bara heran, ia ingin bertanggungjawab karena telah merusak gadis itu, kenapa ia seperti ragu?

"Karena pernikahan itu bukan untuk main-main."

Bara tersentak luar biasa. Benar memang bahwa pernikahan itu bukan ajang main-main. Sontak hati kecil Bara tersentuh dengan gadis itu. Apa susahnya sih menerima lamarannya dia? Toh Bara sudah merusaknya! Dan lagi, orangtua Bara kaya raya, ia harusnya tahu betul itu. Menjadi mantu orang kaya, siapa yang tidak mau? Jadi kenapa Hanifa masih harus berpikir? Apa yang hendak ia pikirkan?

"Aku tunggu jawaban mu, Han!" guman Bara lalu bangkit, ia menatap mata Hanifa dalam-dalam, dan ketika Bara hendak melumat kembali bibir itu, tiba-tiba dering Smartphone Hanifa mengejutkan mereka berdua.

"Astaga, berkasnya!" sontak Hanifa bangkit, meski tubuhnya masih terasa luar bias lemas, kemaluannya terasa masih begitu pedih, tapi ia memaksakan melangkah dengan tertatih menuju sofa yang ada di ruang bagian depan apartemen itu.

Bara yang masih polos itu pun mengikuti langkah Hanifa. Ia menyimak dengan serius ketika gadis itu menjawab telepon itu.

"Baik akan segera saya antar, Pak!" jawabnya lalu menutup telepon.

"Perlu diantar kemana berkas-berkas itu?" tanya Bara sambil menatap wajah Hanifa yang tampak panik itu.

"Ditunggu Pak Indro di kantor, Mas."

Bara menghela nafas panjang, ia kemudian meraih berkas-berkas itu. "Biar aku yang antar, kamu istirahatlah di sini!" Bara bergegas melangkah masuk, kembali memakai bajunya.

Hanifa hanya tertegun, ia sendiri masih belum mengerti apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran laki-laki itu? Dan kenapa ia tidak kuasa menolak ketika laki-laki itu melakukan semua itu terhadapnya?

"Istirahatlah di kamar! Aku akan segera kembali!" guman Bara lalu melangkah keluar.

Hanifa hanya menghela nafas panjang, dengan susah payah ia kemudian berusaha bangkit. Sungguh kemaluannya masih teramat sakit. Dengan tertatih Hanifa melangkah kembali ke kamar anak bosnya itu, lalu merebahkan tubuhnya di tempat dimana laki-laki itu merenggut kegadisannya. Mengenalkan dia pada sebuah sensasi nikmat yang tiada duanya itu!

Wajah Hanifa mendadak memanas, ahh ... hatinya dipenuhi kebimbangan. Yang mereka lakukan tadi apakah karena anak bosnya itu mencintai dirinya? Atau hanya karena dorongan nafsu semata?

Namun jika hanya karena nafsu, kenapa kemudian Bara ingin menikahinya? Apa hanya karena kasihan? Atau ada alasan lain? Hanifa masih dengan segala pikirannya, hingga kemudian ia terlelap, karena tubuhnya sudah begitu lelah.

***

Bara kembali menuju apartemennya setelah mengantarkan berkas-berkas itu. Bayangan wajah dan tubuh Hanifa tadi menggoda dirinya. Tubuh itu lebih indah dari tubuh Kirana, wajah itu juga cantik, tapi kenapa bayangan dan semua kenangan Kirana belum mau pergi?

Lantas kenapa Bara dengan spontan langsung ingin menikahi gadis itu? Balas dendam pada Kirana? Atau hanya sebagai pelampiasan nafsu birahinya saja? Ahh ... Bara memukul setirnya dengan gusar! Kenapa ia sampai terbawa nafsu tadi? Kenapa kemudian ia sampai menggauli gadis itu? Mana dia masih perawan lagi! Sial!

Bara membelokkan mobilnya ke area parkir, lalu setelah memarkirkan mobilnya, ia melangkah kembali ke kamarnya. Sunyi menyapa dirinya ketika ia sudah masuk ke dalam. Kemana gadis itu? Apakah ia pergi? Rasanya tidak mungkin karena kemeja nya sudah koyak karena dirobek Bara tadi. Dan Bara mengunci pintu apartemennya, jadi kalau dia kabur, dia lewat mana?

Bara melangkah masuk ke dalam kamarnya, dan tertegun mendapati gadis itu tengah terlelap dengan tubuh tanpa sehelai benang pun! Hasrat Bara kembali muncul. Tubuhnya kembali memanas. Ia bergegas mendekati gadis itu, melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya dan mulai kembali permainan yang tadi sempat terhenti.

Gadis itu tersentak dan menjerit ketika Bara kembali menjejalkan penisnya ke dalam kemaluan Hanifa. Bara hanya mengangguk dan tersenyum, lalu kembali melanjutkan hentakan pinggulnya.

Hanifa hanya bisa pasrah, ia sendiri heran, kenapa ia tidak mau menolak? Kenapa ia sangat menyukai apa yang dilakukan bos muda itu kepadanya. Hentakan-hentakan benda itu dalam kemaluannya benar-benar membuat Hanifa seolah melayang tinggi.

"Aauuhhhh ... ooooohhhh ...." Hanifa mendesah sekuat tenaga, rasa itu kembali datang menyerangnya! Rasa luar biasa nikmat itu benar-benar membuat Hanifa seperti kesetanan.

"Jangan ditahan, lepaskan Sayang ...." bisik Bara sambil sesekali mengecup bibir itu, nafasnya memburu.

"Maaasss ... aaakuu keeluuaarrrr ...." pekik Hanifa dengan tubuh yang mengejang luar biasa.

Bara hanya tersenyum simpul. ia masih terus lanjut memompa tubuh itu. Tanpa memberi gadis itu jeda untuk menikmati pelepasannya.

"Malam ini aku tidak akan mengizinkan kamu pulang." bisik Bara dengan nafas terengah-engah, ia sendiri sudah hampir mencapai pelepasannya.

Hanifa tidak menjawab, ia fokus pada semua sensasi yang menjalar luar biasa tubuhnya itu. Keringat membanjiri tubuhnya, membuat tubuhnya terasa sangat panas dan lengket.

"Menikahlah dengan ku, Haaaaannn ...." Bara menjerit, terhentak sejenak dan Hanifa merasakan betul cairan hangat itu memenuhi kemaluannya.

***

Hanifa membuka matanya yang terasa amat berat itu, tubuhnya seolah-olah tidak memiliki tulang dan otot lagi, lemas luar biasa! Tubuh itu terlelap dengan memeluk erat tubuhnya. Tangan kekar itu melingkar memeluk tubuhnya yang masih polos tanpa sehelai benang pun.

Hanifa dengan susah payah menyingkirkan tangan itu, kakinya benar-benar terasa lemas tak bertenaga. Sejenak ia duduk di ujung ranjang, mempersiapkan dirinya untuk berdiri dan melangkah ke kamar mandi.

Hanifa bersandar pada tembok kamar mandi, badannya benar-benar seolah sudah tidak ada tenaganya! Entah berapa kali kemarin laki-laki itu menggarap tubuhnya! Hanifa memejamkan matanya, berusaha meresapi apa yang dirasakan tubuhnya itu. Rasanya semua tidak karuan!

***

Bara tersentak ketika indera penciuman nya menangkap bau yang sangat sedap itu. Bau apa ini? Seperti sup? Atau apa? Bara lantas membuka matanya, meraba kasurnya, gadis itu sudah tidak ada! Bara bangkit dan melangkah keluar kamar. Dan benar saja, gadis itu tengah sibuk di dapur, dengan memakai kaos milik Bara, ia tampak sangat menggoda! Sial!

"Kamu bisa masak?" tanya Bara lalu mendekati Hanifa.

"Mas sudah bangun? Iya nih, kebetulan bisa lah masak dikit-dikit." Hanifa tersenyum, parasnya memerah ketika menyadari anak bosnya itu masih polos tanpa pakaian.

"Oke, kalau begitu aku mandi dulu!" guman Bara lalu melangkah ke kamar mandi.

Hanifa hanya tersenyum melihat tingkah bos mudanya itu. Ahh ... satu malam yang merubah semuanya! Hanifa sendiri kadang belum percaya bahwa ia sudah menyerahkan miliknya itu pada Bara. Dan sekarang, bagaimana dengan ajakan Bara kemarin itu?

Hanifa masih belum bisa memutuskan, ia masih harus mencari tahu apa tujuan Bara langsung ingin menikah dirinya. Ia tidak mau jika pernikahannya nanti hanya karena terpaksa, hanya karena rasa bersalah Bara telah menggauli nya semalam.

Tidak! Ia tidak mau hanya menjadi lakon dalam pernikahan paksaan, karena bukan pernikahan macam itu yang ia impikan!