Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Ayat Cinta Neng Ismi

🇮🇩Cindy_ElfiraPutri
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.5k
Views
Synopsis
Ismi Hidayah Muzayanah, sering dipanggil Neng Ismi. Sikapnya yang sopan serta santun sering kali membuat laki-laki salah mengartikan. “Neng, ada anaknya pak Kiai. Katanya, dia bawa perasaan (baper) sama Neng. Gimana? Diterima hnteu (enggak) pinangannya?” tanya Umi Raudah. Beberapa kali mendapatkan pinangan dari laki-laki yang katanya bawa perasaan, nyatanya belum ada satu pinangan yang Ismi terima. Lantas laki-laki seperti apa yang Ismi inginkan? Siapakah laki-laki itu? #Langsung baca ya, tunggu up nya dengan sabar. #No plagiat.

Table of contents

Latest Update1
Prolog3 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

"Apa? Untuk kesekian kalinya anak Kiai Gringsing melamar, Neng?"

Itu sudah menjadi tradisi bagi keluarga Neng sendiri, jangan heran jika banyak sekali mobil dan motor parkir di halaman rumah. Bukan karena ada acara hajatan tetangga lalu menitip kendaraan, bukan juga karena ada orang yang meninggal dunia lalu berdatangan. Kenapa?

Seperti kejadian Minggu lalu, disaat aku berjalan menelusuri tempat yang Umi titah (Suruh), aku mencari rumah Nyai Sutinah, beliau adalah Bibi dari pihak Abi yang tak lain adalah adik kandungnya Abi.

"Kenapa nggak ketemu juga, ya? Perasaan dari tadi aku lewat di sini aja nggak ada beda nya. Masa, sih, aku kesasar di lembur (Kampung) orang. Dimana rumah bibi Sutinah?"

Menapaki jalan yang berlumpur becek mungkin saja kemarin hujan deras di lembur ini (Kampung ini). Akan tetapi, disaat aku berniat untuk menanyakan sebuah alamat pada orang yang ada, kejadian inilah yang terjadi lagi.

"Punten, Akang. Neng bade–."

Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku pada pria itu, dia langsung becir (Pergi) dari hadapanku, berlarian seperti orang yang kesurupan sembari berteriak.

"Maaa ... Hayang kawin ... Mak!"

Aku pun hanya bisa menghela napas dalam-dalam mendengarnya, segitunya, kah? Astagfirullah. Apa aku harus memakai helm kemana-mana, aku sudah pakai cadar Gusti. Haruskah pakai helm juga?