Lili sekarang tinggal di rumah Pak Sumi. Kamar tidurnya adalah kamar tidur Marie juga. Mereka berdua akan tidur satu ruangan, dengan kasur dua tingkat(1). Marie berada di bawah dengan segala peralatan dan alat penunjang hidupnya, sedangkan Lili akan berada di bagian atas. Tak lama setelah Pak Warno pulang, Bu Rati menunjukkan kepada Lili letak kamarnya. Dia juga memperkenalkan Lili bahwa anak yang sedang berbaring itu namanya Marie.
Kebetulan Marie sedang tidur. Bu Rati tahu bahwa anak itu akan segera lupa akan semua ini. Maka dari itu, ia menyiapkan 'stiky note' yang bertuliskan segala hal seperti: Nama anggota keluarga (termasuk Lili), cara melakukan kegiatan olahraga bersama Marie, arah toilet rumah itu, dan sebuah tulisan jika semisal lupa, Lili bisa melihat 'handycam (sebuah alat perekam video) yang diletakkan di atas TV di ruang keluarga dan yang lainnya.
Isi video itu tidak lain adalah video tutorial oleh Bu Rati tentang bagaimana cara dan kapan melakukan kegiatan olahraga Marie. Video itu sebelumnya telah disiapkan oleh Bu Rati sebagai antisipasi jika pembantu barunya akan lupa bagaimana cara mengolahragakan tubuh Marie.
Malam berselang. Marie bangun dari tidurnya. Marie mendengar ada suara aneh di atas kamarnya. Marie mengeluarkan suara "aaa~?". Lili yang mendengar suara aneh itu dia mengintip ke bawah. Kini mata mereka saling bertemu.
"Wah sudah bangun!" kata Lili bersemangat.
Lalu anak itu turun dari atas.
"Iapa (siapa)?" Kata Marie.
"Hihi, perkenalkan aku kakak barumu, Lili!, ah di catatan nomor 9 aku harus memanggil yang namanya Bu Rati. Oke kalau begitu aku keluar dulu ya!" Kata Lili sambil berlari keluar kamar.
Marie bingung dengan tingkah impulsifnya. Tiba-tiba ada anak yang tidak dikenal diatas tempat tidurnya lalu dia keluar. Kemudian Marie mendengar suara teriakkan dari luar kamar.
"BU RATI, ANAK ITU BANGUUN!!" Kata Lili.
Tapi saat itu hanya ada Pak Sumi di rumah. Bu Rati sedang berada di rumah sakit untuk shift malam. Pak Sumi segera menghampiri Lili, mengelus kepalanya. Lalu Pak Sumi masuk ke kamar Marie.
Marie yang bingung, berkata pada Pak Sumi.
"Iapa (Siapa)?" Kata Marie.
Lalu Pak Sumi menjawabnya. Dia menjawab jika mulai sekarang dia akan menjadi teman Marie. Langsung Pak Sumi mengolahragakan tubuh Marie, dan meminta Lili untuk melihatnya. Pak Sumi Saat itu lupa jika Lili mempunyai memori yang sangat buruk (amnesia). Tapi hal itu disengaja oleh Pak Sumi. Pak Sumi yakin jika video di handycam sudah cukup bagi Lili untuk menggerak-gerakkan tubuh Marie. Pak Sumi ingin mengajari Lili melakukannya. Seperti seorang induk burung elang yang akan melemparkan anaknya sendiri dari sarang untuk belajar terbang, Pak Sumi menyuruh Lili untuk mempraktikkan apa yang Pak Sumi lakukan.
Pak Sumi hanya melakukannya setengah jam, setengah jam yang kedua dia persilakan untuk Lili. Postur tubuh Lili yang kecil dan ramping tak disangka memiliki cukup tenaga untuk menggoyang-goyangkan badan Marie.
Marie terlihat malu ketika dipegang oleh Lili. Lili yang mengetahui hal itu, melihat Marie dan tersenyum. Kemudian dia mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Pak Sumi tidak menyangka, tapi Lili sangat terampil mengerjakan semuanya. Menurut Pak Sumi, gerakan itu sangat halus sampai-sampai Marie tidak merasakan sakit apa pun. Pak Sumi mengelus kepala Lili lagi. Lili menengok ke arah Pak Sumi dan tersenyum dengan gigi kelinci putihnya.
Kemudian Pak Sumi meninggalkan mereka berdua dan menyerahkan semuanya pada Lili karena dia merasa anak itu sudah bisa melakukannya. Terlebih lagi, Pak Sumi harus mengerjakan pekerjaannya yang sore tadi dikirim oleh Pak Warno. Tinggallah mereka berdua. Marie merasa canggung karena tidak pernah melihat anak sebayanya (postur tubuh yang sama) selama tinggal di rumah Pak Sumi selama beberapa minggu ini.
Tapi tidak dengan Lili. Sifatnya yang riang dan ekstrover membuatnya gampang berteman dengan siapa pun, termasuk Marie. Lili selalu berinisiatif memulai obrolan, Dia tanpa ragu mengatakan kekurangannya pada Marie. Karena gaya bicara Lili yang sangat cepat, kadang Marie tidak bisa terlalu mengerti apa yang dibicarakannya. Marie hanya "ya" "ga (tidak)" dan memberi jawaban dengan gestur dan raut muka. Tapi lama kelamaan mereka semakin dekat hanya dalam waktu beberapa jam saja. itu semua berkat sikap Lili yang sangat mudah berteman.
Setelah selesai dengan urusan olahraga Marie, Lili mulai bermain dengan Marie, dengan benda apa pun yang ada di sekitar mereka. Lili juga tidak terlalu bodoh, dia tahu batasan-batasan Marie, itu semua berkat banyaknya sticky note yang disiapkan oleh Bu Rati. Hingga Akhirnya Marie tertidur lagi.
"Makasih (terima kasih)." Kata Marie dalam hati sebelum dia tertidur.
Besuk adalah hari Senin kedua di bulan Februari. Hari ini adalah besuk.
Pak Sumi dan Bu Rati akan berangkat bekerja pada pagi hari. Sebuah hal yang tidak pernah mereka bisa lakukan selama beberapa minggu terakhir setelah Bu Rati dan Marie keluar dari rumah sakit. Kenyataannya mereka berdua (Bu Rati dan Pak Sumi) harus bergantian jika akan bekerja, meskipun mereka berdua saat itu harus datang pagi di jam yang sama.
Demi Marie, Mereka melalaikan pekerjaan. Tentu dalam hal ini Pak Sumi-lah yang sering mengalah. Meskipun begitu, hal Ini diusulkan oleh Pak Sumi sendiri. Dengan pertimbangan pekerjaan Bu Rati yang menyangkut nyawa banyak orang, maka Pak Sumilah yang sering bolos dan telat berangkat kerja.
Terlihat juga pada pembuatan laporan, tentang Bu Rati dan Marie yang ada di rumah sakit. Baru beberapa minggu baru Pak Sumi selesaikan semuanya. Laporan yang terdiri dari 50 lembar itu. Selain karena hampir semuanya adalah tulisan tangan dan Transkrip rekaman, Pak Sumi juga harus memberikan perhatian ekstra kepada Marie. Untung saja kondisi sekarang telah stabil, tidak seperti pada waktu-waktu awal Marie keluar dari rumah sakit.
Meskipun telah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, tapi sedikit saja Pak Sumi atau Bu Rati melakukan kesalahan (baik itu yang berupa kesalahan teknis atau sekadar menyinggung perasaan Marie) maka Marie dipastikan tidak akan ada di dunia ini lagi.
-hilangnya (non-aktif) 'Aquastor' membuat Marie seperti kehilangan sumber kehidupannya meskipun menurut ilmu medis hal ini hanya sugesti-.
Jam 5 pagi.
Lili dibangunkan oleh Bu Rati. Lili seperti orang kebingungan. Dia berpikir siapa wanita itu? siapa yang baru saja membangunkan dirinya? Bu Rati langsung menyuruhnya membaca catatan (sticky note) yang ditempel di tembok sebelah kiri. Ranjang mereka dirapatkan dan di samping kiri adalah tembok berwarna hijau.
Memori Lili sebagian besar benar-benar bertahan hanya selama satu hari. Lalu Lili sedikit mengingatnya. Bu Rati berpikir hal ini mungkin akan terjadi terus menerus selama Lili disini. Setelah itu mereka pergi meninggalkan mereka berdua sendiri di rumah.
Pintu rumah akan selalu terkunci. Mereka berdua tidak akan bisa keluar melalui pintu depan. Pintu belakang juga dikunci oleh Bu Rati tapi dengan kunci yang masih terpasang. Meski begitu, Bu Rati masih khawatir dengan mereka berdua.
"Pak, apa tidak apa-apa kita meninggalkan kedua anak itu di rumah?" kata Bu Rati.
"Percaya saja sama Lili." Jawab Pak Sumi dengan terus melihat ke depan.
Sekarang Pasutri itu sedang di dalam mobil. Pak Sumi sedang menyetir mobil.
"Tapi pak, bagaimana jika Marie mau pipis, bagaimana jika Marie infusnya macet atau habis, bagaimana jika mereka lapar, bagaimana.."
"Bu, mau mendengar alasanku? Mereka tidak akan kenapa-kenapa, ada Allah yang melindungi mereka. Lagi pula bukannya sudah ku siapkan makanannya dan ibu juga sudah menyiapkan catatannya?" Kata Pak Sumi.
"Kalau itu..." Kata Bu Rati dengan menunduk.
"Ya alasan sebenarnya aku tidak terlalu khawatir ialah..." Kata Pak Sumi terpotong.
"Ya baiklah aku percaya jika mereka tidak akan kenapa-kenapa. Omong-omong pak, kenapa ya di sms banking-ku ada mutasi debit 4 juta? seingatku kita tidak punya cicilan barang apa pun?" Tanya Bu Rati.
*Deg, batin Pak Sumi.
"Ee itu loh anu." Kata Orang berkepala botak itu mencari alasan.
Sebuah kenyataan jika mereka berdua menampung semua kekayaannya dalam satu rekening karena mereka berprinsip satu keluarga satu kesatuan ekonomis.
"Anu? Apa itu anu? kita sudah sepakat kan untuk menabung buat operasi Marie?" Kata Bu Rati.
Aura negatif kini terpancar dari wanita itu.
"Sebenarnya aku membeli CCTV, ahaha." Kata Pak Sumi.
"Ha? sampai 4 juta kamu habiskan!?" Kata Bu Rati.
Aura itu telah pekat menyelimuti udara di dalam mobil.
"I-itu loh.. CCTV, kamera yang dipasang di dinding ehehe, ya... karena sepaket belinya." Kata Pak Sumi.
"SU-MI-TRO!" Kata Bu Rati yang marah.
"Maafff." Kata Pak Sumi yang kaget dan tanpa sadar hanya mengucap kata maaf.
"Maksudku... maaf, ee.. itu.. aku beli buat...ee ah sebenarnya karena kita kedatangan pembantu baru, makanya aku yakin kita tidak akan ada di rumah disaat saat tertentu, jadi aku beli saja untuk melihat keadaan rumah. Kau tahu jika CCTV-nya bisa tersambung di telepon genggam loh." Lanjut Pak Sumi.
"MANTAB OTAKKU." Batin Pak Sumi.
"Hoo-begitu-hemm... kemarin aku lihat keranjang belanjamu di Tokopedia (2) kosong..."
"Pait-pait-pait-pait...." Batin Pak Sumi.
"...Harusnya dari beberapa bulan yang lalu harusnya di keranjang belanja ada CCTV. Jangan bilang kalau kau sudah merencanakan beli CCTV dari beberapa bulan yang lalu. Bukannya aku sudah bilang jika aku tidak setuju, tapi kenapa tetap kau beli sekarang!?" Kata Bu Rati.
"Ee... ma-maaf Bu." Kata Pak Sumi.
"Tidur di luar!" Kata Bu Rati.
"I-iya." Kata Pak Sumi lemas.