Bagi Arvan, ini kali pertama dia akan memasuki rumah Larisa yang mewah bak istana. Sangat berbanding terbalik dengan rumahnya yang sekarang dia tempati. Mungkin jika dibandingkan rumahnya yang dulu saat sang ayah belum melakukan dosa besar yang membuat seluruh keluarga terkena imbasnya, Arvan bisa mengatakan rumah ini sebelas dua belas dengan rumahnya yang sama-sama mewah. Namun, sekarang dia menyadari kondisinya tak lagi sama seperti dulu. Tiba-tiba saja perkataan ibunya kembali terngiang tentang bagaimana perasaan Larisa saat harus meninggalkan semua kemewahan yang selalu dia dapatkan di dalam rumah mewah ini tiba-tiba harus menerima hidup serba sederhana di rumahnya yang kecil hanya karena gadis itu lebih memilih dirinya dibanding sang ayah.