Arvan baru saja hendak membaringkan tubuh di kasur empuknya ketika tiba-tiba dia mendengar pintu kamarnya diketuk seseorang. Jika bukan ibunya pasti pelakunya adalah Larisa. Arvan sangat berharap yang mengetuk pintu itu adalah Larisa karena sungguh dia senang mengingat gadis itu kini tinggal serumah dengannya. Dengan begini setiap saat mereka akan selalu bersama dan tak akan terpisahkan lagi. Arvan juga tak perlu khawatir Larisa akan didekati mantannya lagi karena Larisa akan selalu ada dalam pengawasannya. Entah kenapa Larisa memutuskan untuk pergi dari rumahnya dan bersedia tinggal di rumah ini membuat Arvan puas sekaligus sangat bahagia.
Arvan bangkit berdir dan berjalan menuju pintu kamar. Dia lalu membukanya dan raut kecewa langsung terpancar begitu melihat bukan Larisa yang berdiri di depan pintu, melainkan ibunya.
"Boleh Mama masuk, Van?" tanya Widya karena dia yakin putranya hampir tertidur sebelum dia datang.
