"Habis sudah kesabaran saya menghadapi kamu, Cha. Sekarang saya kasih kamu dua pilihan deh. Terserah apa pun pilihan kamu, saya kasih kebebasan." Anton terlihat menghela napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kamu pilih saya sebagai Papa kamu? Atau pilih pacar kamu yang berandalan itu? Kalau kamu pilih saya, tinggalkan cowok berandalan itu. Tapi kalau kamu pilih cowok itu, pergi sekarang juga kamu dari rumah ini dan jangan anggap saya sebagai papa kamu lagi!"
Bagai disambar petir, perumpamaan itu mungkin berlebihan tapi memang seperti itulah penggambaran suasana hati yang sedang dirasakan Larisa. Dirinya dihadapkan pada dua pilihan yang sulit namun jawabannya akan sangat menentukan takdir hidupnya. Larisa tahu dirinya tak bisa mundur, ayahnya sedang serius dan mau tak mau dia harus memberikan jawaban.
Kedua mata Larisa kini berkaca-kaca, masih tak menyangka ayahnya yang begitu humoris itu kini tega berkata demikian padanya.