Chereads / COUPLE DREAM [INDONESIA] / Chapter 14 - DIBALIK BOM WAKTU ITU SENDIRI

Chapter 14 - DIBALIK BOM WAKTU ITU SENDIRI

"Munafik," ejek Sadewa saat melihat satu teman sekolahnya berjalan melewatinya menggunakan jaket kulit hitam tebal.

"Lo berjuang banget ya jadi cowok baik didepan pacar lo," sambungnya lagi, Sadewa tertawa mengejek. "Jadi humoris, pura-pura romantis, hangat, berisik, semua itu bukan lo banget. Perjuangan lo keras banget ya, sebenernya lo enggak perlu usaha sekeras itu. Satu hal yang perlu lo tahu, Salsha sayang banget sama gue dan mungkin sampai sekarang juga Salsha cuma jadiin lo pelampiasan," Aldi menutuk kedua matanya menahan marah.

"Sialan," Sadewa tersenyum puas melihatnya. "Ternyata benar, orang bajingan terlahir dari kepercaya dirian terlalu tinggi," celetuk Aldi membuka oenutup kepalanya untuk melirik Sadewa yang melihat padanya meremehkan.

"Lo bajingan," Aldi memutar bola matanya malas. "Gue bajingan? gue kasih saran sama lo sedikit aja, bercerminlah satu detik untuk memperbaiki diri, lo terlalu congkak!" ucap Aldi menasihati Sadewa yang terlihat tidak memperdulikannya.

"Congkak bukan sifat gue," Aldi menaikan bahunya tidak perduli. "Berhenti sekarang buat terlalu percaya diri, hubungan lo sama Salsha sudah selesai. Dan berhenti percaya diri, lo bukan anak presiden yang bisa dapetin apa yang lo mau!" Aldi berjalan meninggalkan Sadewa berjalan sangat santai.

Dipersimpangan jalan, Aldi hilang dengan jaket hitam punggung lebar yang terakhir Sadewa lihat dengan tidak suka. "Si brengsek itu akan terus melakukan seenaknya, dan gue juga enggak akan berhenti buat ambil Salsha yang awalnya milik gue," ucap Sadewa sepeninggalan Aldi.

"Lo lihat apa?" tanya satu cowok lagi yang melihat Aldi dan juga Sadewa saling bertengkar. "Bukannya lo baru aja pergi? kenala udah disini lagi?" cowok tadi tertawa lucu karena Sadewa melupakannya.

"Tadi itu Aldi, dan gue bukan Aldi. Mata lo rabu?" Sadewa mengucek kedua matanya memperbaiki penglihatannya. "Jadi?" tanya Dewa masih bingung tidak bisa mengenal siapa yang sedang berdiri didepannya.

"Bego lo masih ada, dan pantes aja lo kecolongan terus sama dia," cibirnya tersenyum dibalik topi yang dipakainnya. "Langsung aja, kenapa lo nyuruh Aldi deketin Salsha?" tanya Dewa kehabisan akal. Angin malam dan kegelapan membuat mereka berdua seperti orang misterius.

Cowok itu mengangkat bahunya acuh, dia menghisap rokok disela-sela narinya dan kembali tersenyum, sudah beberapa bulan belakangan ini dia sangat sering tersenyum. "Matiin rokok lo!" ucap tegas Sadewa, dia mengipas tangannya saat asap rokoknya mengenai wajahnya.

"Kenapa? Asap rokok buat lo mati?" Sekarang cowok itu terkekeh, dan ini merupakan pemandangan langka. "Gue enggak suka buat paru-paru gue enggak sehat, matiin rokok lo," ucap Dewa mengancam untuk mematikannya. Cowok tadi menghisap rokoknya untuk terakhir, dan membuang puntung rokok tadi ke sembarangan tempat. Dia menelan asap rokok yang baru saja dia hisap dan mengeluarkannya dari kedua lubang hidungnya.

"Lo cowok munafik yang terlalu benci sama asap rokok, coba lo rasa. Pasti lo ketagihan, cemen emang!" Sadewa berdecit, dia kesal. "Gue bebasin lo berargumen, tapi kalo urusan kaya gitu. Lebih baik gue dibilang cemen, daripada harus membunuh diri gue sendiri pelan-pelan," Cowok itu hanya mengangguknya pelan, dia memang sudah menjadi penikmat semua jenis rokok, alkohol, berbau sama sudah dia rasakan. Menginap dipenjara juga sudah menjadi pengalamannya, jadi apa lagi yang harus dia lakukan? Toh orang tuanya juga akan mengangguk menyetujuinya.

"Jawab pertanyaan gue! Kenapa lo nyuruh Aldi pacaran sama Salsha?" Cowok tadi tertawa licik. "Padahal gue enggak nyuruh, tapi dia udah gerak aja. Oke, itu buat gue semakin gampang," Dewa kes, dia benar-benar merasa dipermainkan.

"Mau ngapain, sialan!" Dewa mendorong cowok didepannya dan membuatnya terhuyut ke belakang.Untung saja keseimbangannya masih kuat, dia berjalan mendekat dan memegang bahu lawan bicaranya seperti orang mengajak bersahabat.

"Lo tanya gue mau ngapain? Kenapa lo tanya seakan-akan lo bego enggak tahu jawabannya," Dia terkekeh lagi, kemudian dia membuka tutup kepalanya. "Harusnya lo tanya, ada hubungan apa gue masa Alsi. Karena itu akan jauh lebih penting banget buat lo, dan untuk hubungan lo sama Salsha kedepannya," Cowok tadi kembali memasang topinya dan berjalan menjauh. Dia akan pulang.

"Sejauh gue kenal lo, gue rasa lo enggak pernah ngomong jelas. Semua ucapan lo selalu berbelit-belit, itu yang buat gue bener-bener males ngomong sama lo," Cowok tadi tertawa sumbang.

"Tapi gue bener-bener suka saat tahu kalo sahabat gue punya cewek cantik. Kenapa lo enggak pake dia selama lo pacaran sama dia, gue aja sekali liat langsung pengen," Dewa mengeraskan rahangnya, Sadewa sudah cukup sabar menghadapi mantan sahabatnya itu.

Dan siapa yang tahu, jika pacarnya sendiri memang akan diambil kehormatannya oleh sahabatnya sendiri. Memang, Sadewa lah yang mengenalkan cowok ini dengan Nita dan Dewa benci fakta itu.

"Gue juga heran sama lo, dengan gampangnya lo buat gue masuk penjara. Dan dengan santainya juga lo mau ngebebasin gue, gue juga yakin lo pasti ada maunya,"

"Gue cuma mau minta bantuan sebagai balas budi, gue minta tolong banget. Rusak hubungan Salsha sama Aldi, gue udah enggak tahan lihat mereka bahagia," Cowok tadi seperti ingin meludah diwajah Sadewa.

"Wah wah wah, apa lo udah merasa menjadi sahabat gue lagi? Sebenernya gue sempet mau bunuh lo aja. Tapi ngelihat lo yang.." Dia menghentikan ucapannya, meneliti Sadewa yang sangat mendetail.

"Kalut, gue enggak bisa janji. Sayangnya gue suka sama mantan lo itu, gue juga mau minta imbalan dari lo. Kalo gue berhasil lakuin apa yang lo mau,"

"Gue akan kasih lo apapun, kalo cara lo berhasil," jawab Sadewa mantap, apapun yang terjadi. Sudah cukup Dewa menjadi gila, dia sudah tidak tahan dengan rasa bahagianya melihat kebersamaan mereka yang menusuk hatinya. "Bentar, gue mau tanya satu hal sama lo," Sadewa mengangguk.

"Menurut lo, kalo diposisi gue yang saat ini lagi genting kaya gini. Pilih saudara atau sahabat?" Tunggu, Dewa terkejut.

"Aldi saudara lo?" tanya Sadewa benar-benar dibuat tercengang dengan fakta ini. Cowok tadi mengangkat bahunya, namun sebagai jawabannya dia membuang wajah dan menjawah. "Dia sepupu jauh gue," What the hell, story crazy! "Apapun yang terbaik buat lo," jawab Sadewa sekenanya.

"Sayangnya gue akan pilih lo," Dia berjalan menjauh benar-benar akan pulang. Namun, dia berbalik badan. "Apa yang gue dapet?" tanya lagi, Sadewa sedang berfikir. "Up to you," Sadewa tersenyum, dia akan menang kali ini, dengan cara apapun.

"Gue mau Salsha satu malem, kalo gue berhasil. Deal?" Sadewa tercengang, ini dirinya sedang dipermainkan? "Gak ad--" ucapan Sadewa terpotong dengan suara cowok tadi lagi.

"Atau enggak sama sekali," Dengan berat hati, dan keinginan yang besar. Dewa mengangguk menyetujui persyaratan tadi, tidak tahu jika rencana itu akan terjadi atau tidak sama sekali. "Deal," dja tersenyum dibalik jaket kulit berwarna hitam da mematikan alat yang baru saja dia simpan dibalik jaket kulitnya. Itu bukan apa-apa, hanya bukti.

•••

"STRES," teriak Salsha mendorong tubuh Aldi, bisa-bisanya Aldi melakukan pelecehan padanya. Aldi terkekeh, bukankah Salsha sendiri yang mau Aldi menjadi dirinya sendiri? Kenapa sekarang Salsha marah?

"Kenapa lo marah, bukanya lo sendiri yang bilang. Kalo gue harus jadi diri gue sendiri didepan lo? Ini diri gue sendiri Sal," ucap Aldi kesal saat menjelaskannga, dia menepuk pantatnya untuk membersihkan debu. "Ta-tapi enggak gini juga," jawab Salsha gugup, dirinya seperti tersengat listrik saat Aldi melakukan hal aneh padanya.

"Apa saat lo tahu, gue lebih ini o akan tetep sama gue? Ragu kan? Gimana gue mau jadi diri gue sendiri dimata pertama lo sedangkan gue humoris buat lo sama gue makin sering berkomunikasi, gue enggak ada pilihan lain selain pura-pura. Dan sepertinya, leediksi gue benar,"

"Gimana? Masih mau gue jadi diri gue sendiri?" tanya Aldi melihat Salsha yang masih menunduk takut, dia benar-benar ingin mati jika Aldi tidak sedang ditempat umum. Salsha mengangkat kepalanya, dia melihat Aldi penuh harap. "Gue mau lo berubah, gue mau lo jadi Aldi yang sebenernya. Gue mau lo jadi pacar gue yang manis, bukan pacar yang kasar dan gila napsu!"

"Tapi, gue gitu orangnya. Gue kasar, gue gila, gue gila hasrat, dan gaya pacaran gue enggak sehat," jelas Aldi, dan sekarang Aldi mulai kesal dengan melihat Salsha yang masih menilai jika Aldi akan baik-baik saja. 'Sudah dia katakan jika dia tidak bisa lembut, tapi Salsha terus saja menekannya'

"Kalo lo mau berubah, lo pasti bisa kurangi sedikit demi sedikit sifat buruk lo," ucap Salsha menenangkan Aldi dengan suara lembutnya.

"Gue enggak bisa," jawab Aldi cepat saat itu. "Lo belum berusaha dan lo udah nyerah gitu aja?" Aldi terdiam.

"Masih mau berubah? Kalau lo mau berubah buat gue sebagai tujaun lo beruah. Itupun kalau gue terlihat penting dihidup lo, kalau sebaliknya hubungan kita sampe disini aja,"

"Gue enggak suka cowok kasar, emosional dan punya nafsu kaya binatang!" Salsha berdiri, dia membenarkan baju yang sempat Aldi acak-acaki, entah apa yang Aldi lakukan hingga dia melakukan hal yang tidak wajar bagi seorang siswa. Salsha mendapat pelecehan, dari pacarnya sendiri! Itu yang harus Salsha catet hari ini. 'Dia benar-benar takut," Jalan satu-satunga hanya itu, jika di tidak ingin melakukannya atau sekedar tidak ingin merubahnya. Salsha akan menjauh dari Aldi. Ini janji Salsha pada dirinya sendiri.