Suatu malam yang sangat sepi. Bulan sedang bersinar dengan terangnya. Tampak pria menunggu sesuatu dengan gusar. Sedangkan di dalam ruangan seorang wanita sedang berjuang dengan sekuat tenaga untuk melahirkan anaknya. Sang tabib yang menanganinya terus mengarahkan sang wanita untuk mengatur nafasnya
"Ayo nyonya tinggal sedikit lagi", ucap sang tabib. Wanita itu terus berusaha untuk mengatur nafasnya dan berusaha mengeluarkan anak yang dikandungnya. Sementara diluar bulan purnama semakin bersinar dengan terang dan saat itulah terdengar suara tangisan bayi
"Selamat nyonya anak anda adalah laki laki dan dia sangat tampan" ucap sang tabib
"Apa boleh aku melihatnya?" ucap sang wanita
"Tentu nyonya" lalu tabib itu memberikan bayi yang dipegangnya kepada wanita itu, saat wanita itu melihat bayinya dia tersenyum lalu bicara
"Namamu sekarang adalah Kirigaya Kirito" saat memberikan namanya sang pria yang tadi diluar masuk karena mendengar snag wanita sudah melahirkan
"Bagaimana bayi kita?" Sang pria bertanya
"Dia baik baik saja" ucap sang wanita dengan senyum yang belum hilang dari wajahnya
"Dia pasti akan menjadi anak yang hebat" ucap sang pria
"Ya"
malam ini adalah malam paling bahagia bagi kedua suami istri tersebut
9 tahun kemudian
Seorang bocah bersurai hitam terlihat sedang mengayunkan kampak ke sebuah pohon dengan bersemangat
"Empat puluh delapan...empat puluh sembilan....lima puluh"
Setelah hitungan kelima puluh dia pun berhenti mengayunkan kapaknya dan menaruhnya di dekat pohon yang tadi ingin dia tebang
"Hoi Kirito"
Bocah yang dipanggil kirito itu menengok kebelakang untuk melihat orang yang memanggilnya
"Ada apa?" ucap kirito
"Kenapa kau tidak menungguku?" ucap bocah di samping Kirito
"Kau sih kelamaan Eugeo" Ucap Kirito ke pemuda disampingnya yang bernama Eugeo
"Baiklah kalau begitu giliran ku kan?" Ucap Eugeo
"Ya silahkan, kalau kau bisa melebihi lima puluh ayunan aku yang akan membelikan mu makan siang" Ucap Kirito
"Yakin?" Ucap Eugeo sementara Kirito hanya mengangguk
Akhirnya Eugeo mengayunkan kampak yang ada ditangannya terus menerus sampai ke 45
"Empat puluh tiga....empat puluh empat....empat puluh lima" dan Eugeo pun menyerah untuk mengayunkannya lagi
Kirito yang melihatnya hanya tertawa kecil
"Ya ampun kau ini. Artinya kau yang membelikan makan siang ya"
"Ya aku tau"
Saat mereka masih mengobrol, ada seorang bocah perempuan yang menuju kearah mereka sambil membawa keranjang kayu di tangan Kanannya. Kirito melihat Eugeo dan dimulailah kejahilannya yaitu menggelitik Eugeo
"Kirito hentikan ini geli!" ucap Eugeo dengan sedikit tawa
"aku tidak akan berhenti" ucap Kirito. Tapi beberapa saat kemudian posisi mereka bertukar, yaitu Kirito yang di gelitiki oleh Eugeo
"Oi kalian berdua!"
Kirito dan Eugeo yang mendengar suara itu langsung menegang. Mereka mengenal suara itu, suara salah satu sahabat mereka, namanya Alice
"H-hai Alice, bukankah terlalu awal untuk mengantarkan makan siang" Ucap Kirito sedangkan Eugeo hanya mengangguk
"Tidak ini jam yang biasanya" Ucap alice
Kirito, Eugeo dan Alice memang sahabat dari dulu bahkan mereka tidak pernah lepas satu sama lain kecuali saat malam hari. Mereka selalu melakukan hampir semua hal bersama sama, seperti berlatih pedang contohnya. Dan bahkan Alice selalu membawakan makan siang untuk keduanya
Alice langsung menghamparkan kain yang tadi menutupi keranjang kayunya dan setelah itu mengeluarkan makanan yang ada di dalam keranjang serta menyusunnya
"Cepatlah makan" Ucap Alice dengan senyuman
""Baik"" ucap Kirito dan Eugeo secara bersamaan
Mereka makan siang sambil mengobrol tentang hal yang tidak penting. Setelah selesai makan siang mereka pun melanjutkan pekerjaan menebang yang tadi sempat tertunda
Timeskip
Hari sudah sore. Matahari sudah mulai tenggelam dan digantikan oleh bulan. Kirito, Eugeo dan Alice menuju ke gerbang masuk. Saat masuk mereka pun berpisah karena berbeda rumah
Kirito yang paling cepat sampai karena rumahnya tidak terlalu jauh dari gerbang desa. Kirito membuka pintu rumahnya
"Aku pulang" Ucap kirito
"Selamat datang Kirito" ucap ibunya ketika mendengar suara Kirito
"Apa kau mau makan" lanjut ibunya
"Ya" ucap kirito
Kirito dan ibunya pun makan di meja makan. Mereka hanya tinggal berdua karena ayahnya menghilang saat sedang menjalankan quest di serikat. Pekerjaan ayahnya adalah petualang sementara ibunya sejak ayah Kirito meninggal ibunya menjadi penjahit, sementara Kirito dia menjadi penebang kayu untuk menambah penghasilan
Setelah selesai makan Kirito langsung pergi ke kamar nya dan mengganti baju nya dengan baju tidur lalu membanting kan dirinya ke kasur
"Aku ingin mencoba menjelajahi gunung es yang ada di utara sana" gumam Kirito
Beberapa saat kemudian Kirito tertidur dengan lelap sampai keesokan paginya
.
.
.
.
.
Keesokan paginya Kirito langsung mandi di sumur dan langsung sarapan bersama Ibunya, dan setelah sarapan dia langsung pergi keluar untuk melakukan pekerjaannya
Saat diluar Eugeo sudah menunggunya
"Kirito!" ucap Eugeo sambil melambaikan tangannya kearah Kirito
"Yo Eugeo" Kirito membalas sapaannya
Mereka langsung menuju gudang penyimpanan untuk mengambil kampak mereka dan setelah itu langsung menuju ke hutan. Saat dijalan Kirito membicarakan sesuatu
"Oi Eugeo, bagaimana kalau kita coba menjelajahi goa di gunung es itu" ucap Kirito, Eugeo yang mendengarnya sangat terkejut
"Untuk apa?" Tanya Eugeo
"Hanya ingin menjelajahinya saja, siapa tau ada barang berharga yang ada disana" ucap Kirito
"Tetap tidak boleh, apa kau lupa peraturan desa 'dilarang mendaki ke gunung es di perbatasan' apa kau lupa!?" Ucap Eugeo
"Mereka kan tidak tau apa yang ada disana" ucap Kirito
"Dibalik gunung itu kan wilayah iblis, karena itu kita tidak boleh kesana" Eugeo tetap melarang Kirito untuk kesana
"Tapi kan kita hanya masuk ke goa dibawahnya, dan tidak ada peraturan yang menyebutkan tidak boleh masuk ke dalam goa di gunung perbatasan bukan?" Ucapan Kirito tidak bisa ditolak lagi oleh Eugeo karena kata katanya benar
Tapi aku harus melarang Kirito kesana ucap Eugeo dalam hati
"Lebih baik kita pikirkan itu nanti saja, untuk sekarang mari kita selesaikan pekerjaan kita dulu" ucap Eugeo untuk mengalihkan pembicaraan, sedangkan Kirito hanya mengangguk. Saat mereka sampai Kirito langsung memulainya dengan 50 ayunan sedangkan Eugeo hanya 47 ayunan
Mereka terus melakukan itu pada beberapa pohon sampai waktu makan siang. Mereka berhenti memotong pohon dan melihat Alice datang dengan makan siang mereka
Saat makan siang Kirito mulai membicarakan hal yang tadi Pagi kepada Alice
"Bagaimana menurutmu Alice?" tanya Kirito ke Alice, sedangkan Alice kelihatan sedang Berfikir. Eugeo merasakan firasat buruk saat ini, dia takut Alice menyetujui rencana Kirito untuk menjelajahi goa di gunung es perbatasan
"Baiklah aku setuju" ucap Alice menyetujui rencana Kirito. Firasat buruk Eugeo menjadi kenyataan, dan dia pasti harus ikut karena dia tidak ingin kedua sahabatnya itu terluka
Hah sudah kuduga akan jadi begini ucap Eugeo dalam hati sambil menghela nafas
"Baiklah sudah diputuskan kita akan menjelajahi goa di gunung es perbatasan!" Ucap kirito dengan semangat, sedang kan Eugeo sudah pucat karena mereka akan melakukannya besok saat sedang libur
Setelah makan siang mereka melanjutkan pekerjaan mereka
.
.
.
.
.
To be continued