This Chapter Based On Doni's Point Of View
------------------------------------------------
Aku menyayanginya, tapi aku tidak memilikinya secara serakah. Aku biarkan dia berjalan semaunya. Kenyataan yang terjadi malam itupun atas kemauan mika, bukan paksaan dariku. Aku memang lelaki yang pasif, tidak dominan, tidak banyak bicara, tidak mau berulah. semua karena Mika telah menguasai hati dan hidupku.
"Aku menyesal, ya Tuhan.. ijinkan aku memperbaiki semua ini. Buat Mika baik-baik saja.. ku mohon ..." tangisku tak lagi terbendung. Boy, sahabatku sejak SMP, membenamkan kepalaku dalam dadanya. Aku yakin, dia merasakan sesak yang sama saat ini.
Aku dan Boy menunggu Mika di rumah sakit hingga nyaris pagi sembari menunggu Mama dan Papa Mika datang. Tapi sayangnya hanya Boy yang diijinkan masuk melihat dia, sedangkan aku cukup berpuas mengelus pipinya dari kejauhan, karena kami terpisahkan dinding kaca tebal yang tembus pandang.