"Hush, ngomong yang baik!" tegurnya.
Mulutku hanya bisa maju beberapa senti dari biasanya. Jelas bahwa aku kesal. Geram sejadi-jadinya pada Fiona.
"Ngeselin bangettt, Mas..." rajukku pada Mas Doni. Dia tahu aku sedang marah, tapi tak mampu aku luapkan disana saat itu juga. Mas Doni memandangku maklum, dia mungkin juga sedang kesal namun dia berhasil menetralkan perasaannya. Senyumannya mampu membuatku menurut untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Fiona dan pacarnya berboncengan hingga tiba di rumah Boy. Mas Doni mengiringi ku sesekali di samping, sesekali di belakang ku. Dia bersenandung lirih tanpa ku dengar jelas lagu apa yang dia nyanyikan. Matanya menyipit menatapku, tandanya dia tersenyum dari balik helm yang menutup penuh wajahnya.
Tak ada kesulitan yang berarti, intinya aku berhasil tiba di rumah Boy sekitar delapan menit setelah Fiona dan pacarnya sampai. Mereka duduk di teras menunggu kami datang. Disitu aku memarkirkan motor dan melirik ke arah Fiona, drama dimulai.