Hanya mual hebat. Tak ada muntahan yang keluar. Tapi kepalaku sangat pusing. Badanku dingin.
Dalam pikiranku hanya satu, telpon Mas Doni segera! Tapi tanganku tak sanggup meraih ponsel di dalam tas. Aku terduduk lemas di kursi chitose dengan bersandar pada Mas Indra.
***
"Mika, kenapa.." dengan perlahan Mas Indra memijat area punggungku. Berharap aku sedikit rileks atau membaik karena aku betul-betul lemas rasanya.
Aku hanya sanggup menggeleng, berusaha memberitahu bahwa aku baik-baik saja -bukan sakit parah yang harus segera dibawa ke UGD. Beberapa teman yang masih berkelompok di kelas seketika mendekat berkerumun mengitariku. Semua saling bertanya satu sama lain, ditujukan padaku juga pada Mas Indra, ada apa dengan Mika?
Tapi Mas Indra tak menjawab satupun tanya mereka. Dia sibuk mengurut punggung dan lenganku. Yah, karena Mas Indra dan aku tak ada hubungan apapun, tentu dia canggung melakukan itu semua. Sebatas punggung dan lengan, mungkin masih wajar menurutnya.