"Haha.. sori.. sori.. apa gak kegedean duitnya?" tanyaku dengan cepat sebelum aku di demo lagi.
"Lah kan sudah deal. Gak bisa.." jawab Viki.
"Yaa Vikiii... duitmu paling sedikit keles.."
"Tapi belum tentu aku yang menang kan."
"Jangan-jangan kamu niat curang ya?"
"Eh enak ajaa.. ini belum mulai udah diintervensi gini. Don.. pacarmu tuh.."
Viki merajuk pada Mas Doni. Iya, aku khawatir. Bagaimana jika Mas Doni kalah. Bagaimana jika seluruh uangnya harus diberikan pada sang pemenang. Bagaimana kami akan makan besok, batinku.
Mas Doni hanya menggeleng tersenyum. Dia melepaskan rangkulannya pada pinggangku. Kedua tangannya bersiap membuka pelan kartu di dekat lipatan kakinya.
"Udah lah Sayang, tenang aja. Kamu protes sekali lagi, aku nekat cium kamu di sini biar diem. Mau?" bisiknya menggoda tepat di telingaku.