::This chapter based on Doni's point of view::
_
"Gobl*k!" Berkali-kali hanya kata itu yang berdengung di telingaku.
_
Sebisa mungkin aku menahan diri dengan tak menampakkan kegalauan hatiku. Bagaimana mungkin, Mika bersikeras ingin menggagalkan kehamilannya. Aku tahu, aku tak punya hak atas dirinya, aku bukan suami dia. Tapi, ada anakku, dan aku tak bisa begitu saja mengabulkan keinginannya.
Selanjutnya, aku menyasar ke rumah Boy. Tak ada naungan lain yang bisa ku tuju selain padanya. Tergesa aku memasuki halaman rumahnya. Dia terkejut dengan kedatanganku yang mendadak. Biasanya aku datang sebulan sekali, tapi kali ini terbilang belum seminggu, aku sudah bertemu dengannya lagi.
"Don. Gak kuliah kamu? Jebas-jebus aja sana sini.. enak benerrr.."
Tak perlu ku jawab, aku langsung menyeret Boy ke kamar belakang. Di ruang TV ada Fiona dan temannya sedang mengobrol. Aku tak ingin melibatkan mereka.