Doni tertidur pulas setelah merasakan pusing yang sedari tadi melanda kepalanya. Kini tersisa Mika duduk sendiri dengan sekotak roti dalam kamar Doni. Mulanya ia mengira akan mengantarkan roti dengan cepat lalu kembali pulang. Tapi kini dia terjebak dalam pilihan, apakah harus meninggalkan Doni yang sedang sakit atau menunggui kekasihnya itu hingga bangun.
Dua pilihan yang sama sulitnya. Pertama, jika Mika meninggalkan Doni saat ini, ia akan merasa sangat bersalah jika sesuatu yang lebih parah menimpa kekasihnya. Mika menggeleng, berkata tidak pada dirinya sendiri. Kedua, jika ia memilih untuk menunggu hingga Doni bangun, ia akan tertahan beberapa jam ke depan dan hanya duduk menunggu sedangkan dia meninggalkan rumah dalam keadaan peralatan kuenya yang berantakan. Tentu saja Mama akan memarahinya karena pergi terlalu lama. Mika menggaruk kepalanya. Dia betul-betul bingung dalam kondisi demikian.