Sepanjang perjalanan di dalam bus, hati Mika terasa hampa. Dia mencium tangan kanannya sendiri, menyesap perlahan dan dipejamkan matanya. Tangan itu yang terakhir menyentuh Doni sesaat sebelum mereka terpisahkan kembali oleh jarak. Rasanya ia tak ingin mencuci tangan sampai nanti tiba waktunya mereka bertemu kembali. Terlalu cinta.
Sementara itu Doni sudah tiba kembali di kosnya, dia mengaktifkan lagi ponsel yang berhari-hari dia matikan. Tak ada pesan masuk selain dari Mika beberapa hari sebelumnya. Perasaannya datar, tak ada sesal, sedih, atau kecewa. Apa benar dia bosan dengan Mika? Tapi Mika terlalu cantik untuk dilewatkan. Lagipula dia bukan perempuan lemah seperti perempuan lain yang sering ia temui.
Di kampus, Doni menceritakan hubungannya dengan Mika pada Gusti, sahabat barunya dari Bali. Pembawaan Gusti yang ceplas-ceplos dan seringkali muncul ide nyeleneh, membuat Doni merasa pikirannya lebih terbuka jika ia berbagi dengan Gusti.