Chereads / Immense / Chapter 2 - Perjalanan

Chapter 2 - Perjalanan

Pagi - pagi sekali bahkan saat matahari belum menampakkan dirinya dan ayam jantan belum berkokok, mereka semua sudah berkumpul di pondok manusia serigala untuk bersiap - siap. Pondok manusia serigala merupakan tempat paling dekat untuk menuju ke Avernus sehingga mereka memutuskan untuk berkumpul disana agar tidak memakan tenaga yang terlalu banyak. Mereka sekali lagi memastikan tidak ada barang yang akan tertinggal.

Setelah selesai mengecek dan memastikan semuanya siap, tanpa basa - basi lagi, para penyihir langsung mengeluarkan portkeynya masing - masing. Total ada 8 portkey yang digunakan, mereka dibagi menjadi 8 kelompok, dan seluruh anggota dari masing - masing kelompok langsung menyetuh portkeu. Saat dirasa semua sudah terhubung dengan portkey, para penyihir langsung merapalkan mantra. Seketika itu juga, mereka semua sudah berpindah tempat ke puncak gunung dimana Avernus berada.

Avernus adalah gerbang penghubung antara dunia atas dan dunia bawah, Avernus terletak di puncak gunung yang sangat terasingkan dengan jalan yang menyeramkan, tetapi selama kalian mempunyai portkey, kalian tidak perlu melewati jalan menyeramkan itu.

"Rasanya pusing banget, mual." Ucap Dean.

"Kamu aja yang ga biasa pakai portkey. Lainnya ga kenapa - kenapa tuh, alay!" Ejek Cedric.

"Enak aja, itu aslinya mereka pusing, tau!" Jawab Dean.

"Sok tau!" Balas Cedric.

"Sstt! Kalian bisa diam ga?" Tanya Edzard sambil menahan amarahnya.

Salah satu kelemahan Edzard, ia sangat tidak sabaran dan tidak dapat mengontrol emosinya yang membuatnya sering marah.

"Maaf, Kak." Ucap Dean dan Cedric secara bersamaan.

Edzard hanya acuh, tak menanggapi permintaan maaf kedua lelaki itu dan memilih untuk terus berjalan.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki karena Avernus adalah tempat yang sakral, sehingga sihir atau hal lainnya tidak diperbolehkan untuk digunakan. Hanya kekuatan milik Hades dan anaknya yang boleh digunakan disitu. Jika ada yang melanggar, hukumannya akan sangat fatal.

Saat mereka tiba di jembatan Avernus, Felix mendekati penjaga jembatan yang merupakan 2 raksasa yang terlihat sangat kuat. Tugas raksasa adalah tidak boleh membiarkan ada yang melewati jembatan itu tanpa ijin. Felix berbincang dengan kedua raksasa itu. Setelah menunggu agak lama, akhirnya Felix menoleh pada teman-temannya dan memberi isyarat untuk lewat. Mereka berbaris untuk melewati jembatan itu secara satu - persatu. Mereka harus sangat berhati - hati, kalau salah sedikit saja, mereka akan terjun bebas ke jurang yang bahkan tidak bisa mereka lihat dasarnya.

"Aku takut, Kak. Kalau nanti aku kepleset terus jatuh gimana?" Ucap Cedric sambil bersembunyi di belakang Joshua.

"Penakut! Masa gitu aja ga berani?" Ejek Renji sambil menjulurkan satu lidahnya.

"Sok banget! Emangnya kamu berani?" Ucap Cedric tidak terima.

"Kamu nantangin aku?" Tanya Renji.

"Kalian bisa diam ga, sih? Ribut terus daritadi, kalian mau mati?" Tanya Sean.

"Ampun, Kak. Kita diam sekarang." Ucap Cedric dan Renji bersamaan.

"Vampir kok pada galak semua, sih?" Bisik Cedric ke Renji.

"Heh, kalian berdua! Ngomong apa barusan? Aku denger ya." Ucap Sean dan memberi tatapan mematikan pada kedua orang itu.

Mereka berdua melupakan fakta penting bahwa Vampir memiliki penglihatan dan pendengaran yang tajam. Sungguh, mereka merutuki kebodohan mereka sendiri.

"Ampun, Kak." Ucap Cedric memelas.

"Hm." Jawab Sean singkat dengan nada dinginnya.

Untung saja ia masih dijawab, tidak seperti Edzard yang tidak menjawabnya dan berlalu begitu saja—itu adalah hal yang ada di benak Cedric sekarang.

Mereka melewati jembatan secara satu - persatu dan hati - hati sehingga memakan waktu yang bisa dibilang lama. Butuh waktu 4 jam agar mereka semua bisa melewati jembatan itu.

Mereka tidak bisa bersenang - senang atau besantai, karena perjalanan menuju Erebos lebih susah daripada melewati jembatan tua rapuh di atas jurang yang tak berdasar. Perjalanan menuju ke Erebos harus melalui hutan yang begitu gelap dan mengerikan, hutan itu mendapat julukan hutan kematian. Banyak yang tidak selamat ketika melewati hutan itu.

Walaupun mereka bersama dengan Felix, putra dari Hades, Dewa penguasa bawah tanah, bukan berarti mereka dapat bersantai - santai dan menurunkan pengawasan mereka. Tetap banyak hewan buas dan mengerikan siap muncul dan menerkam mereka sewaktu - waktu.

Vampir berusaha melihat dan mendengerkan hal - hal yang sekiranya mencurigakan karena kemampuan spesial mereka. Para manusia serigala sudah siap untuk berubah dan bertarung jika ada sesuatu. Para penyihir membuat api dengan tongkatnya untuk menerangi jalanan. Para demigod memimpin perjalanan di depan.

Benar saja, seperti yang mereka prediksikan, Elden mendengar sesuatu bergerak mendekati mereka. Ia langsung menajamkan pendengarannya dan mencoba melihat dari balik semak - semak. Namun, itu hanyalah kelinci hutan yang sedang lewat.

Setelah sekitar 5 jam mereka terus berjalan tanpa istirahat sedikitpun, mereka belum juga sampai ke ibukota Erebos. Beberapa dari mereka mulai kelelahan dan memperlambat langkah kaki.

"Cepat!" Teriak Farrel yang berada di baris depan.

"Kak, istirahat sebentar, ya? Aku capek banget." Ucap Jaemin.

"Yaudah, kita istirahat sebentar di sini. Atau kita menginap disini? Karena kalau terus berjalan, kita baru bisa sampai di Erebos besok pagi." Jawab Felix.

"Kita istirahat dan bangun tenda di sini saja. Tim berburu tolong berburu buat makan malam ya, yang lainnya bangun tenda." Ucap Mark.

Setelah membagi tugas, semua langsung bekerja sesuai tugasnya masing - masing. Saling bantu - membantu sehingga semuanya dapat selesai dengan cepat. Saat tim berburu pulang dan hasil buruannya, Joshua dibantu dengan beberapa orang langsung mengolahnya. Mereka makan malam sambil terus berjaga. Mereka bergantian berjaga dan tidur agar tidak ada hal yang tidak diinginkan.

Saat tengah malam, giliran Jacob dan William untuk berjaga sedangkan Jeremy dan Raven pergi tidur. Saat Jacob berusaha menjaga nyala api unggun, William mendengar suara yang mencurigakan, Ia langsung menyuruh Jacob untuk diam.

"Kakak dengar sesuatu?" Tanya Jacob tanpa suara.

William hanya mengangguk sebagai jawaban dan berusaha menajamkan indera pendengarannya agar bisa mendengar dengan lebih jelas.

"Aku pergi cek dulu, sebentar." Ucap William kemudian pergi ke arah suara.

Jacob menjadi was - was dan berubah menjadi serigala serta mengawasi sekeliling secara terus - menerus tanpa menurunkan penjagaannya. Tidak lama William kembali.

"Hanya pemburu biasa." Ucap William serasa paham apa yang akan ditanyakan oleh Jacob.

Mendengar jawaban itu, Jacob segera kembali ke wujud manusia dan bernafas dengan lega karena tidak ada hal berbahaya yang mengancam mereka malam ini. William dan Jacob kemudian melanjutkan kegiatan jaga mereka sambil mempertahankan nyala api unggun.

"Ayo bangun, semuanya. Kita harus melanjutkan perjalanan." Juna dibantu beberapa orang sedang berusaha membangunkan mereka yang masih tidur.

Satu - persatu dari mereka mulai bangun dan bersiap - siap. Mereka memastikan tidak ada yang tertinggal dan melanjutkan perjalanan. Perjalanan kali ini tidak seseram kemarin karena ada matahari yang menemani mereka, namun tetap saja banyak hewan buas yang mengincar mereka.

"Apa masih jauh?" Tanya Thomas.

"Sekitar 3 jam perjalanan lagi. Kita sudah hampir sampai." Jawab Felix.

"Ada yang bawa air minum?" Tanya Delvan.

"Kak Joshua yang bawa, Kak." Jawab Kelvin.

"Minta minum dong, haus banget." Ucap Delvan.

"Ini. Siapa lagi yang mau minum?" Joshua menawarkan minuman.

"Aku, aku!" Ucap Jacob dan yang lainnya.

Mereka beristirahat sebentar untuk minum dan mengistirahatkan kaki mereka yang tidak berhenti berjalan selama beberapa jam terakhir. 10 menit cukup untuk mereka istirahat, dengan segera mereka melanjutkan perjalanan lagi. Saat kaki - kaki mereka mulai lemas karena terlalu lama berjalan, mereka tiba di gerbang kota Erebos.

Penjaga gerbang yang melihat Felix langsung membungkuk dan membukakakn gerbang mempersilahkan Felix dan teman - temannya untuk masuk. Begitu memasuki ibukota Erebos, terdapat lalu lalang dari berbagai orang dan berbagai makhluk yang tidak bisa ditemui di dunia atas. Mereka mengikuti Felix yang berjalan ke kastil yang ada di pusat ibukota sembari melihat sekelliling.

"Kita sudah sampai. Ayo masuk." Ucap Felix saat mereka tiba di depan gerbang kastil yang sudah dibuka oleh penjaga gerbang.

Tanpa menjawab sepatah kata, mereka mengikuti Felix masuk ke dalam kastil tempat dimana Hades, 1 dari 3 dewa terkuat, tinggal. Mereka hanya bisa melongo melihat isi kastil yang bisa dibilang cukup seram, mereka tidak menyangka isi rumah asli dari seorang Felix yang begitu ceriang dan bobrok seperti ini. Lorong yang panjang hanya diterangi oleh obor.

Mereka sampai di ujung loron di mana kamar Felix terletak. Membuka pintu dan memasuki ruangan, mereka segera beristirahat. Ruangan yang sangat besar dapat menampung mereka semua.

"Kalian disini dulu ya, jangan berisik, aku mau ketemu sama ayah dulu." Pamit Felix kemudian keluar dari kamar.

Mereka mengangguk dan kemudian diam sejenak, sebelum akhirnya para penyihir memantrai ruangan itu agar kedap suara dan mulai membuat keributan. Memang sifat alami mereka yang tidak bisa diam.

Di lain sisi, Felix sedang mengetuk pintu ruangan dimana tahta ayahnya berada. Setelah diperbolehkan masuk, ia membuka pintu dan melangkah masuk. Melihat Hades yang duduk gagah di tahtanya, ia membungkukkan badannya sedalam 90 derajat. Tidak melepas rindu ataupun berbasa - basi, Felix langsung menyampaikan inti pembicaraan yang ingin ia sampaikan.

Hades dengan berat hati menyetujui keputusan Felix dan teman - temannya yang ingin membantunya untuk menangkap para tahanan Azkaban yang kabur karena tidak bisa dibohongi ia juga butuh bantuan. Setelah berbicara, Felix langsung menuju ke kamarnya untuk mengajak teman - temannya makan malam.