"Lalu ngomong-ngomong, Daniel bilang kamu akan kuliah keluar negri?"
Vika mengangguk. "Aku sudah daftar di Waseda, kak."
Tunggu, Waseda? Nama itu tidak asing, aku seperti pernah dengar sebelumnya. Jangan bilang kalau...
Vika kembali mengangguk. "Iya di Jepang. Minggu depan aku berangkat."
Ya ampun cepat sekali. Aku berhenti dan menatap Vika yang keliatan bingung. Aku bertanya padanya apa aku perlu menemaninya, tapi dia menggeleng, dia bilang kalau dia akan baik-baik saja dan akan sering pulang. Lagipula menurutnya aku punya pekerjaan disini. Hmm, lalu aku memberitahunya kalau aku sebenarnya sudah mengundurkan diri dan aku malah akan berangkat ke Australia akhir bulan ini. Vika tampak terkejut.
"Aku akan ikut kemanapun kau pergi, Vi. Jepang? Tidak masalah, untung aku sering nonton anime." Kataku bangga.
Vika terkikik. Tapi dia bilang kalau aku tidak usah pergi bersamanya. Dia ingin aku melakukan hal yang aku inginkan. Hubungan jarak jauh bukanlah masalah besar bagi Vika karena menurutnya dia ke Jepang dengan tujuan kuliah, jadi dia akan melakukannya dengan baik dan menyelesaikannya sesegera mungkin. Baiklah, tidak ada yang bisa menolak keinginan Vika bukan? Aku juga akan mencari pekerjaan di Australia dan mempersiapkan segala hal untuk masa depan kami berdua.
Kami kembali berjalan ke parkiran, meski setelah ini kami tidak akan berada di satu jalan yang sama dalam menggapai impian, namun langkah kami berada dijalan yang sama untuk menata masa depan. Aku sanggup meski harus menunggu beberapa tahun sampai Vika lulus kuliah, baru aku akan menikahinya. Jika dia belum siap, yah aku akan menunggunya sampai dia siap. Yah, sampai kapanpun akan aku tunggu.
END