Chereads / ~Tumbal~ / Chapter 1 - Tanda-tanda

~Tumbal~

Ikhwanul_Kirom
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Tanda-tanda

"yakin mau pergi berdua aja?" Kata Fatin, lalu menyeruput segelas teh hangat.

"Loh kok kamu nanya nya gitu?" Kata putra sedikit kesal. "Kan dari dulu udah janji mau pergi berdua aja, kamu lupa ya?"

"Aku sebenarnya ga setuju aja kalau kita berduaan di pulau, lagian ntar apa kata papa sama Mama

kalau mereka tau, kan kita belum nikah" jawab Fatin.

"Ya jangan sampe tau dong"

"Gila ya, jadi aku ga izin dulu gitu mau pergi ntar dicariin gimana?"

"Bukan gitu, maksud aku kamu ga perlu kasi tau kalau perginya cuma berdua"

"Ihhh ga mau ah, kok kamu gitu sih malah nyuruh aku bohong. Ga boleh tau Ama orang tua" jawab Fatin ngegas. Putra menghela nafas

"Nanti aja deh, tunggu udah nikah kita bulan madu sepuasnya, ke Bali kek ke Hawaii kek, terserah deh. Kalau udah legal kan ga perlu sembunyi-sembunyi lagi, ya ga?" Jelas Fatin sambil tersenyum pada putra.

"Iya deh" kata putra pasrah.

"Terus mau gimana?" Tanya Fatin.

"Kalau ajak teman-teman aku gimana?"

"Boleh, tapi siapa?"

"Anwar, mau ga?"

"Jadi aku sendiri cewek?"

"Hmmmm, kalau ajak Sela juga gimana?"

"Oh yang anak kedokteran itu ya?"

"Iya, sekarang dia udah kerja di rumah sakit Kasih Andalas" jelas putra

"Boleh juga tuh, kan jadinya ada teman ngobrol nanti"

"Tapi nanti aku hubungin dia dulu, dia bisa ambil cuti atau ngga"

***

Angin senja berhembus, langit jingga mulai memerah, hari mulai gelap tetapi Putra masih sibuk berbenah di atas kapal untuk persiapan pergi Minggu depan, ia tak mau perjalanan mereka terhambat karena masalah teknis, sebagai lulusan sarjana teknik pelayaran ia seharusnya lebih dari bisa untuk memperbaiki mesin kapal pesiar tua ini.

Putra menatap sekitarnya, mencoba memutar kembali ingatan masa lalunya. Setiap kali ia berada di atas kapal ini, ia selalu teringat almarhum ayahnya, sosok yang sebenarnya sangat ia rindukan, tapi ia tak ingin membuang-buang waktunya hanya untuk meratapi yang telah tiada, ia menyakinkan diri bahwa ia kuat, tak seperti ayahnya yang memilih untuk mengakhiri hidup nya sendiri, ia tak sebodoh itu, ia merasa masih pantas untuk hidup dan membahagiakan orang-orang yang ia cintai, Ibunya dan tentu saja calon istri nya Fatin.

Putra selesai berbenah, hari sudah malam, ia memutuskan untuk pulang. Sebelum ia pulang ia pergi ke Lambung kapal untuk mengambil pistol. Ia ingat bahwa di daerah ini sangat sepi dan sangat rawan kriminal. Ia berpikir jika ada yang berani macam-macam di perjalanan pulang nanti ia bisa menodong kan pistol itu atau menembak mereka, itu konyol tapi bagi putra lebih konyol lagi jika yang ditakutkan adalah hantu, benar-benar tidak masuk akal, "Emang ada orang mati dimakan hantu" pikirnya.

Deg, deg, deg... Suara langkah kaki putra di atas anak tangga. Putra berhenti sejenak ketika merasa ada yang mengikuti nya, ia menoleh ke belakang, tidak ada apa-apa cuma hitam gelap ia menghidupkan senter HP nya dan tetap saja tidak ada apa-apa, ia segera keluar dari lambung kapal dan menutup pintu nya untuk segera dikunci, tapi ia malah membeku ketika mendengar suara tangisan yang sumbernya sudah dapat dipastikan dari dalam lambung kapal, awalnya ia tak percaya karena ia pikir ia baru saja keluar dari sana dan tidak ada apa-apa, tapi ia baru ingat kalau kapal ini lumayan luas dan ia belum pernah memeriksa semua ruangan terutama yang ada di lambung kapal, walaupun ia tau memeriksa semua ruangan yang ada di kapal ini di saat malam hari adalah ide yang buruk, tapi ia tetap saja akan melakukan nya, setidaknya untuk menghilangkan rasa penasarannya pada suara tangisan itu.

sebagai orang modern yang tak percaya hantu, ia yakin ada penjelasan ilmiah terhadap suara yang mirip tangisan itu "pasti itu suara mesinnya" pikirannya. Ia kembali menuruni anak tangga, bermodalkan senter HP ia menyelusuri setiap ruang yang ada, sampai saat ia menemukan sebuah ruangan yang sangat sulit untuk dibuka, ia mendorong Dengan sangat keras hingga pintu berhasil dibuka, ia mencari saklar lampu di sekeliling nya dan berhasil menemukannya. Belum sempat ia menghidupkan lampu ruangan ia tersenggol sesuatu yang membuatnya jatuh tersungkur, HP nya terjatuh dan secara Otomatis senter HP nya mati, suasana Menjadi gelap total, ia meraba-raba berusaha menemukan HP nya tapi setelah ia berhasil mendapatkannya ternyata HP nya tidak bisa hidup, ia berdiri berjalan ke depan dan kembali meraba-raba untuk mencari saklar lampu yang tadi ia lihat. "Hah apa ini?" Pikirnya ketika ia tak sengaja meraba sesuatu yang aneh. Rasanya hangat, berdetak, dan bergerak seperti bernafas, ia juga mencium bau busuk. Putra membeku, ia merasa seperti dalam mimpi ia segara menarik tangannya dari sesuatu yang mencurigakan itu lalu akhirnya berhasil mendapatkan saklar lampu, cahaya menerangi seluruh ruangan, tidak ada apa-apa selain tumpukkan beberapa kotak kayu dan sebuah senter diatas salah satu kotak kayu tersebut, tapi ia masih berpikir keras terhadap apa yang barusan ia sentuh tadi, itu sangat aneh, ia memutuskan untuk segera pergi sebelum hal-hal aneh lain ia menggunakan senter di atas kotak kayu itu yang kebetulan masih masih bisa berfungsi, ketika baru saja mulai menaiki anak tangga sesuatu tiba-tiba melompat ke arahnya, berwarna hitam gelap, dan bertaring serta tatapan yang tajam "anjir!!!" Kata putra sambil berteriak terkejut, namun ia segera menghela nafas setelah melihat dengan jelas ternyata itu hanya seekor kucing liar. Ia menutup pintu dan segera pergi meninggalkan kapal.

Di kafe...

"Gimana Sel, bisa ga?" Tanya Putra

"Bisa sih, tapi berapa lama kira-kira disana?"

"1 Minggu..."jawab Putra

"Widih... Lama banget, kalau gitu sih gue ga bisa kan gue mau ngurus persiapan buat praktek mandiri gue'

"Loh, jadi Lo ga lagi praktek di rumah sakit?" Tanya Anwar

"Ga, gue ga suka kerja terikat"jawab sela

"Lah ngapain Lo mau jadi dokter?"

"Terserah gue lah,... Sewot aja Lo"jawab Sela ketus

"Jadi gimana?"tanya Putra

"Emang harus ya pergi selama itu?" Tanya Fatin

"Berangkat dari sini ke pulau nya aja 2 hari baru sampe" jawab putra

"Ha?" Anwar kesal

"Makanya gue bilang sekitar 1 Minggu, di perjalanan pergi dan pulang aja kalau dihitung-hitung 4 hari di pulau nya 3 hari"

"Gue sih OK-OK aja, noh si Sela mau diapain"

"Aduh gimana ya" kata Sela

"Mau dong Sel, plissss..." Bujuk Fatin

"Iya Sel, sekali-kali lo juga kan setelah ini pasti sibuk benget, jadi kali ini Lo puas-puas bareng kita setelah itu lo fokus deh sama kerjaan lo, lagian kita juga kerja kok" kata Anwar, putra tersenyum.

"Hmmm, iya deh" kata Sela

"Horeee..." Kata Fatin sambil memeluk Sela " Makasih Sel"

"Oh iya aku ajak teman aku juga ya, namanya Bella" kata Anwar

"Hmmm, tapi kita kan ga kenal, ntar canggung lagi" jawab Sela

"Ya makanya kenalan dong, ribet amat" jawab Anwar

"Terserah sih, makin rame makin seru" kata Fatin

"Ok, nanti gue ajak dia, dia sih udah pasti mau, dia jago masak juga biar nanti ada yang masakin kita disana"

"Wah mantap juga tuh" kata Sela

"Sip, Minggu depan siap-siap ya, kumpul di rumah gue, biar berangkat dari sana"

***

Semalam sebelum keberangkatan Fatin mulai packing barang-barangnya ia tidak ingin ada satu barang pun yang lupakan. "tok-tok-tok" suara pintu diketuk "masuk" kata Fatin. "Mama..." Kata Fatin sembil melanjutkan kegiatannya "kamu bawa adik kamu juga ya" kata ibunya Fatin

"tumben mama bolehin Suci pergi jauh-jauh" kata Fatin

"Kan perginya sama kamu" jawab ibunya Fatin

"Ya terserah sih,... Suci nya mana?"

"Ada di kamarnya, nanti kamu bantu dia siapin barang-barang nya ya"

"OK, nanti aku kasih Putra dulu ya"

Setelah semua barangnya beres, Fatin pergi ke kamar Suci. "Udah selesai?" Tanya Fatin.

"udah mbak" jawab Suci "tapi kayaknya tas nya kekecilan deh jadi susah nutup nya" lanjutnya.

"Tunggu kakak coba cek gudang dulu, kalau ga salah ada deh tas yang besar"

Fatin masuk ke gudang menyalakan lampu dan mencari tas untuk Suci, ia lumayan kesulitan karena barang disana menumpuk satu sama lain sehingga ia harus memindahkan barang satu persatu. Ia terhenti, ketika ada lagu Jawa yang tiba-tiba terdengar di telinga nya.

Bang-bang wis rahina

Bang-bang wis rahina

Srengengene muncul-muncul

Srengengene muncul-muncul....

"Siapa sih mutar lagu malam-malam gini, masak sih Suci" pikir Fatin heran.

Ia akhirnya pergi ke kamar Suci untuk memastikan kalau bukan Suci yang memutar lagu malam-malam seperti ini

"Suci kamu buka lagu ya?" Tanya Fatin

"Ga ada tuh"

"Masak sih" kata Fatin, ia mencoba mendengarkan kembali suara itu, dan mencoba untuk menebak sumber suaranya

Nimba aneng sumur-sumur

Sumur adus gebyar-gebyur

Sumur adus gebyar-gebyur

Segere kepati

Segere kepati-kepati

Bingar bagas kiwarasan

Suaranya semakin keras

"Kamu dengar ga sih" tanya Fatin

"Iya, lagu jawa kan?" Tanya Suci

"Iya, siapa yang mutar lagu malam-malam gini ya, udah jam 11 loh"

"Ada apa?" Kata ibu mereka sambil membawa teh hangat

"Itu bu, ada yang mutar lagu Jawa. Tapi ga tau siapa" jawab Suci, si ibu mencoba ikut mendengarkan

"Kok ibuk ga dengar apa-apa"

Fatin dan Suci saling menatap dan hanya terdiam

"Ah kalian ini, istirahat aja lah sana biar mama yang beresin barang kalian.

Pukul 12 malam...

Hujan turun sangat deras, suara lagu Jawa itu sudah menghilang tapi ntah kenapa Fatin tak bisa tidur. Ia membuka HP dan nge-chat si Putra

Fatin: say udah tidur?

Putra: nih udah mau tidur sayang

Fatin mengetik....

Putra: kamu kok belum tidur besok pagi kan mau pergi

Fatin: aku ga bisa tidur

Fatin: tadi aku sama adek aku ngalamin hal aneh

Putra: hal aneh gimana?

Fatin: besok aja deh aku cerita

Putra: ya udah kamu tidur aja, ga usah dipikirin

Fatin: iya

Putra: aku tidur dulu ya😗

Fatin: iya😪

Fatin menutup HP nya, lalu menarik selimut nya. Tapi matanya terbelalak ketika melihat sesuatu di cermin yang ada di depan nya. Rambut yang panjang, lidah terjulur dan mulut yang dipenuhi darah serta mata terjolor keluar sosok dengan wajah yang menakutkan itu tampak sedang berdiri di jendela dengan cahaya remang. Fatin segera berlari menyalakan lampu kamarnya dan tidak ada apa-apa di dekat jendela. Ia segera menutup tirai jendela yang terbuka, selesai menutup tirai lagi-lagi ia merasa ada sesuatu yang janggal. Ia melihat ada bayangan seseorang di balik jendela, spontan ia membuka kembali tirai untuk memeriksanya, tidak ada apa-apa selain pepohonan yang terguyur hujan. Tiba-tiba ada yang meraba bahu Fatin, ia kaget dan ternyata Suci

"Suci kok kamu belum tidur?"

"Aku takut, aku tidur sama mbak ya?"

Fatin mengangguk

...