"Tuan Putri Lilian! Selamat pagi! Cuaca hari ini sangat lah indah bukan? Burung berkicauan menyambut pagi yang cerah! Seakan melantunkan melodi untuk anda!"
Suara para pelayan yang menyambut ku begitu keras dan ceria. Seakan memaksaku untuk bersemangat setelah bangun tidur.
Sudah hampir 1 Minggu sejak aku terbangun di dunia yang aneh ini.
Dan ada beberapa hal yang sudah ku ketahui. Yang pertama adalah namaku.
Jika namaku di dunia sebelumnya adalah Lilian Rachel, di dunia ini namaku menjadi Lilian Rachael.
Iya.
Aku tahu.
Namaku tidak berubah banyak kan?
Hanya ada sedikit tambahan huruf 'a' di kata Rachel.
Karena namaku tidak begitu terlalu berubah, aku tidak terlalu memusingkannya.
Satu hal yang lainnya, entah kenapa aku mempunyai kakak laki-laki.
Aku tahu aku memang mempunyai kakak laki-laki di dunia sana.
Namun hal yang anehnya adalah wajah kakak laki-laki yang ku miliki di dunia sana sama dengan yang ada di dunia ini.
Hanya saja warna rambutnya berbeda. Jika disana warna rambutnya adalah hitam, disini warna rambutnya adalah silver.
Dan kalian tahu?
Kakak laki-laki ku itu memiliki bola mata berwarna biru indah seperti lautan.
Padahal di dunia sebelumnya warna bola mata kakak laki-laki ku itu adalah hitam. Namun sepertinya dia penampilannya berbeda jauh di dunia ini.
Dan nama kakak laki-laki ku adalah Zen Wolfred, pangeran dari Kerajaan Wolfred ini. Sama dengan namanya yang berada di dunia sana.
Aku sebenarnya sedikit bingung kenapa aku tidak punya nama kerajaan. Padahal mereka memanggilku dengan sebutan Tuan Putri, namun kenapa aku tidak punya nama kerajaan?
Bukannya menamaiku dengan nama Lilian Wolfred, aku malah diberikan nama Lilian Rachael.
Aku mencoba untuk mencari tahu akan hal itu, namun ketika aku menanyakan hal ini pada para pelayan, mereka hanya diam sembari mengembangkan senyuman.
Tidak menjawab pertanyaanku sama sekali.
Tapi ya sudahlah.
Aku nanti akan mencoba mencari informasi ini lagi. Yang sekarang aku harus lakukan adalah berjalan menemui Raja di Istana ini.
Atau lebih baik ku panggil dengan sebutan Kaisar?
Entahlah.
Karena aku hidup di zaman Modern, apalagi negara yang ku tinggali bukan lah berdasarkan sistem Kerajaan, aku cukup kesulitan hidup di dunia ini sebagai Tuan Putri.
Apalagi aku tidak terbiasa memakai gaun panjang atau pun dibantu oleh para pelayan.
Dan saat aku sedang berganti pakakan, secara tiba-tiba aku mendapatkan kabar panggilan dari dirinya.
Dan disini lah aku, sekarang sedang berjalan untuk menemui Raja itu.
"Tuan Putri Lilian, selamat pagi. Apa Anda akan menemui Yang Mulia hari ini?"
"... Iya."
"Ohhh... Kalau begitu boleh saya menemani anda? Anda pasti akan lebih cepat tiba disana jika saya mengawal anda."
Kepala ku hanya mengangguk pelan saja dan menerima tawaran dari penjaga kerajaan tersebut.
Karena aku hampir tidak mengingat apa pun tentang seperti apa sosok gadis muda ini atau pun bagaimana sebenarnya dunia ini. Aku jadi waspada dan curiga pada segala hal. Selalu bersiaga dan tidak memercayai siapa pun.
Kenapa?
Ohh...
Itu pertanyaan yang mudah.
Alasannya simple saja.
Itu karena novel kerajaan yang biasanya aku baca adalah cerita dimana Tuan Putri adalah sosok yang sering menderita.
Entah itu menderita di dunia luar atau pun dalam Istana Kerajaan itu sendiri.
Itu sebabnya aku selalu waspada akan segala hal dan orang-orang di sekelilingku. Apalagi aku sama sekali hampir tidak ingat apa pun tentang orang-orang di Istana Kerajaan ini.
Waspada sedikit tidak akan ada salahnya bukan?
Hmm...
Mataku terpejam sebentar seraya benakku mulai mencari informasi. Mencoba mengingat apa saja yang ada di dalam ingatan gadis muda ini.
Namun nihil.
Semuanya kosong dan gelap.
Sama sekali tidak ada apa pun.
Aku merasa hampa karena tidak menemukan informasi yang berguna saat mencoba melihat ingatan dalam otak gadis muda ini.
Walau memang ada beberapa hal yang sudah aku ketahui, tapi informasi yang aku punya masih terlalu sedikit. Aku butuh informasi yang lebih banyak dari ini.
Kalau tidak bisa-bisa aku nanti malah hidup dalam bahaya tanpa aku sadari!
Kan bahaya!
Sudah terbangun di tempat dan dunia yang berbeda, hidupku malah terjerumus dalam penderitaan dan masalah!
Tidak!
Tidak!
Tidak!
Jangan sampai deh!
Aku tidak mau hal itu terjadi!
Tap Tap Tap
Kakiku terus berjalan maju masuk ke Istana Utama. Istana dimana biasanya sang penguasa Kerajaan Wolfred ini menerima tamu undangan.
Dan karena aku yang menerima undangan itu pun berjalan masuk untuk menemuinya, penjaga kerajaan itu terus menuntunku ke dalam ruangan tersebut.
Hmm...
Raja Kerajaan Wolfred huh...
Seperti apa ya rupanya?
Apakah ia tampan?
Wanita itu ahh... maksud ku Ibu dari gadis ini merupakan sosok perempuan yang sangat cantik dan menawan.
Apa Ayahnya juga akan berparas tampan? Sama seperti Ayah tokoh novel yang sering ku baca dulu?
Hmm...
Aku jadi penasaran bagaimana rupa penguasa kerajaan ini.
Sembari berpikir seperti itu kakiku terus melangkah dan masuk ke Istana Utama. Aku menunduk hormat pada dirinya seraya bola mata milikku perlahan memandangnya.
Ketika aku melihat paras penguasa kerajaan Wolfred ini, aku cukup terkejut karena pria itu sangat lah tampan.
Raja yang memimpin Kerajaan ini adalah seorang pria tampan nan gagah! Pria itu mempunyai rambut berwarna silver sama seperti Zen dan mempunyai bola mata berwarna biru lautan.
Ini sih bisa dikatakan Zen versi dewasa!
Atau mungkin sosok pria ini bisa dibilang kakak laki-laki Zen!
Dia terlihat muda!
Dia seperti sosok pria berumur pada umumnya!
Kalau ada yang bilang kalau dia sebenarnya adalah kakak tertua dari Zen dan gadis ini, aku pasti akan langsung percaya!
Cringg Cringg Cringg
Huwaa...!
Pria ini...!
Dia benar-benar sangat tampan namun di satu sisi aku juga bisa melihat aura kecantikan mengelilingi dirinya.
Benar-benar aura yang biasanya dikeluarkan oleh anggota kerajaan dalam dunia novel fantasi!
Aku masih terlihat terkejut dan masih memandangi sosok pria tersebut. Pria itu tengah duduk di kursi singgah sananya sembari menopang dagu dengan sebelah tangannya.
Manik biru lautan itu memandangku dengan raut wajah datar sebelum akhirnya ia pun membuka suaranya.
"Lilian Rachell."
"Ya, Yang Mulia?"
"Tidak ku sangka kau masih punya muka untuk datang menemui ku."
"Eh?"
Ketika ia mengucapkan kalimat itu, aku langsung di buat menjadi kebingungan. Kepalaku aku miringkan sedikit sembari mataku ku kedipkan beberapa kali karena tidak mengerti kenapa pria tampan tersebut memandangiku dengan tatapan tajam dan melontarkan kalimat dingin ini.
"... Uhh... Maksud Yang Mulia? Maaf, saya kurang mengerti."
"Hah...! Kurasa otakmu sudah jadi bodoh karena terlalu lama tiduran di kasur empuk! Apa kau lupa kesalahan yang kau perbuat huh? Atau kau sekarang pura-pura lupa?"
Eh?
Apa?
Tunggu dulu!
Kenapa dia terlihat kesal saat memandangiku?
Memangnya kesalahan apa yang pernah dilakukan gadis muda ini dulu padanya?
Kenapa dia tiba-tiba berubah menjadi dingin seperti ini?!
Ada apa ini?!
Jangan bilang kalau aku baru saja menginjakkan kaki di bendera kematian!
Melihatku yang masih terlihat kebingungan, Raja itu pun menghela nafas panjang dan memandangku dengan tatapan bola mata yang malas.
Seakan aku adalah orang yang membuang waktu berharganya.
"Hahh... Aku tidak mengerti kenapa Zen dan wanita itu terus mau melindungi mu. Kau itu sama sekali tidak berguna. Sosokmu disini hanya lah sebuah pengganggu."
"Aku harap kau tidur selamanya di kasur empuk itu sehingga kau tidak perlu membuat ku kelelahan karena melihat tingkah laku mu."
Raja Wolfred itu tanpa berusaha menyembunyikan perasaan malasnya mengucapkan kalimat kasar itu padaku.
Membuatku menjadi kesal dan tidak terima karena di perlakukan secara tidak adil.
Huh?!
Permisi Yang Mulia yang ada disana!
Apa alasanmu menghujat ku seperti ini?! Aku tidak mengerti dan tidak tahu apa yang kau bicarakan!
Setidaknya berikan alasan kenapa kau mengucapkan kalimat ini padaku!
"Hah... Bahkan kau sampai saat ini terlihat sama sekali tidak merasa bersalah! Aku muak melihatmu! Keluar! Renungkan apa yang kau perbuat! Pergi!"
Dengan mengucapkan kalimat kasar seperti itu, aku pun digiring keluar oleh para penjaga kerajaan. Memaksa ku keluar dengan perasaan kebingungan dan keheranan.
Eh?
Apa?
Kenapa aku menerima hal seperti ini?
Karena merasa tidak mengerti dengan apa yang Raja itu ucapkan, akhirnya aku pun mulai melangkahkan kakiku untuk menemui Zen dan wanita cantik itu.
Bermaksud untuk menanyakan kejadian apa yang Raja Wolfred itu ujarkan.
Ahh...
Kalau di pikir-pikir aku juga tidak tahu nama Ibu dari gadis ini.
Aku sama sekali tidak ingat siapa nama wanita cantik itu karena aku hanya bertemu dengannya satu kali.
Dan ingatan dalam gadis ini pun sama sekali tidak memberikan informasi apa pun padaku.
Setelah ia menemui ku saat aku pertama kali terbangun di dunia ini. Sosoknya tidak lagi ku temui.
Dan walau aku berusaha untuk menemuinya sendiri, aku tidak tahu ruangannya dimana.
Terlebih lagi aku sedikit canggung jika duduk berdua bersama wanita cantik.
Tapi kali ini aku harus menemuinya dan meminta penjelasan agar aku tahu apa yang sudah gadis ini perbuat sebelum aku terbangun di dunia ini.
Tap Tap Tap
Aku terus berjalan dan berjalan menyusuri lorong Istana, bermaksud untuk bertemu dengan sosok Zen dan Ibu gadis ini.
Namun walau sudah ku mencari, sosok mereka berdua tidak dapat ku temukan.
"Ahh... Kenapa Istana Kerajaan ini begitu besar? Aku lelah mencarinya. Perlu kah aku meminta bantuan pada penjaga kerajaan?"
Manik bola mataku pun melirik ke arah sekeliling. Mencari orang yang berkemungkinan besar bisa membantu ku.
Namun tidak ada seorang pun.
Yang membuat ku kembali berjalan dan mencari sendiri dengan kemampuanku.
Prang Prang Prang
Ketika aku sedang berjalan di lorong Istana, secara sayup-sayup telinga ku mendengar suara besi yang di adu.
Seperti suara pedang yang sedang di adu dengan pedang yang lainnya.
"?"
Karena merasa penasaran dengan hal itu, kaki ku pun mulai berjalan mendekati sumber suara itu.
Aku bersembunyi di semak-semak saat melihat Zen sedang beradu pedang dengan beberapa ksatria di taman belakang Istana.
Tunggu.
Apa dia sedang berlatih dengan para ksatria itu?
Dia ternyata bisa mengayunkan pedang ya.
Prangg Zraangg Zrringg
Suara ayunan pedang terdengar cukup keras saat kedua besi itu diadu.
Zen terlihat berkilauan saat mengayunkan pedang miliknya.
Entah itu karena ada cahaya sinar matahari terik menyinarinya atau memang aura-nya saja yang keluar dengan sendirinya.
Tapi jika dilihat seperti ini Zen terlihat tampan.
Berbanding terbalik dengan Zen, kakak yang aku kenal di dunia sana.
Prangg Zraangg Zringgg
Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya latihan adu pedang mereka pun berakhir. Semuanya berakhir dengan Zen yang keluar sebagai pemenang.
Wooahh...!
Kehebatan pangeran di Kerajaan Wolfred ini memang sangat mengagumkan!
Dia bisa menang dengan mudah walau bertarung dengan beberapa ksatria kerajaan sekaligus!
Sreek
"Siapa disana?!"
Ketika mendengar suara semak-semak sedikit bergoyang, Zen yang awalnya tadi fokus berbicara pada ksatria langsung mengalihkan pandangannya ke arahku.
Dan entah kenapa detak jantung ku langsung berdetak kencang. Seakan aku baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang buruk.
Zen berjalan mendekati sembari ujung pedangnya ia arahkan ke arah ku.
Itu membuat ku ketakutan karena baru pertama kali ada yang menodongkan senjata padaku.
Hey!
Jauhkan ujung pedang tajam itu dariku!
Kau mau melukai adik perempuan mu sendiri?!
Karena tidak mau ditusuk oleh pedang tajam, akhirnya aku pun perlahan segera keluar dari tempat persembunyian.
Keluar dari semak-semak tersebut dengan kedua tangan yang aku angkat ke atas. Memberitahu bahwa aku lemah dan tidak mempunyai senjata apa pun.
"Ng? Lilian? Kenapa kau ada disini?"
Ketika Zen melihat sosokku, wajahnya yang tadi menyeramkan segera berubah menjadi biasa.
Dahinya mengerut sedikit dan alisnya bertautan karena melihat bahwa sosokku lah yang tengah bersembunyi di balik semak-semak sana.
"A-aku mencarimu, Zen. Ada yang harus aku tanyakan padamu."
"Hmm? Kau mau menanyakan apa padaku?"
Aku terdiam dan melirik ke arah ksatria yang ada di dekat sana. Memandang mereka dengan tatapan curiga dan waspada.
Zen yang tahu kenapa aku diam pun melirik ke arah ksatria itu dan mengisyaratkan mereka untuk segera pergi.
Setelah kami tinggal berdua, Zen kembali memandang ku.
"Mereka sudah pergi. Jadi apa yang ingin kau tanyakan padaku?"
Aku pun memandangnya dengan sedikit khawatir. Masih sedikit ragu untuk menanyakan hal ini padanya.
Tapi aku memutuskan untuk memberanikan diri dan menanyakan pertanyaan ini, karena jika tidak aku tidak akan tahu apa alasan Raja Wolfred itu bersikap dingin seperti itu.
"Zen, aku baru saja bertemu dengan Yang Mulia."
Zen sedikit membulatkan bola matanya saat aku mengucapkan kalimat itu. Namun beberapa saat kemudian dia pun terlihat biasa lagi.
"Ohh... Lalu?"
"Tadi beliau sempat mengatakan kalau aku tidak tahu malu."
"Hahh... Memangnya kau melakukan apa sampai di sebut seperti itu lagi?"
Ng?
Lagi?
Tunggu.
Jadi aku memang pernah melakukan hal yang buruk sebelumnya?
Sampai Raja Wolfred dan Zen terlihat menghela nafas panjang seperti ini?
"U-Umm... Tidak tahu. Aku tidak tahu kenapa, aku tiba-tiba saja di sebut seperti itu oleh beliau saat aku menemuinya. Padahal aku hanya datang memenuhi panggilannya dan membungkuk menghormatinya."
"Kau yakin tidak melakukan hal yang aneh?"
Zen terlihat masih curiga padaku. Namun aku mengangguk sembari memandangnya dengan serius.
"... Hahh... Yah... Tidak bisa disalahkan juga sih jika Ayah bersikap seperti itu padamu. Lagi pula itu juga memang awalnya karena salahmu sendiri."
Eh?
Salah?
Memangnya aku melakukan apa sehingga dia bersikap seperti itu?
"A-Aku memang melakukan kesalahan apa ya? Karena aku tertidur terlalu lama, aku tidak tahu apa yang ia bicarakan."
Ujarku dengan kebingungan. Terlihat sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Zen.
"Huh? Kau tidak ingat ya? Waktu itu kau pernah marah dan membuat keributan di pesta sebelumnya."
"Kau tiba-tiba berkata bahwa ada orang yang mengincar nyawamu dan membuat semua orang panik."
"Semua orang gempar dan mencari sosok pembunuh bayaran yang kau ceritakan. Namun nyatanya pembunuh bayaran itu sama sekali tidak ada dan kau hanya mengarang itu untuk mencari perhatian."
"Itu membuat Ayah marah besar."
Ketika mendengar itu aku menjadi terkejut. Seketika tubuhku menjadi tegang dan kaku sembari membayangkan kejadian itu di dalam benakku.
Hey, Lilian Rachael yang ada di dunia ini!
Kau ini melakukan apa huh?!
Kau kenapa mencari perhatian dengan cara bodoh seperti itu?!
Pantas saja Raja Wolfred itu marah!
"Ohh... Lalu apa yang terjadi? Apa aku dihukum berat?"
"Huh? Tentu saja kau di hukum berat. Kau dihukum untuk merenungkan tindakanmu di kamar dan diminta untuk meminta maaf pada ksatria dan juga orang-orang yang sudah kau buat susah. Tapi kau malah tertidur lama layaknya Putri Tidur. Itu membuat Ayah semakin kesal padamu karena menganggap kau kabur dari hukuman."
Ughh...
Semakin lama aku mendengar penjelasan Zen, entah kenapa semakin lama aku menjadi malu.
Mungkin karena aku kini mendiami tubuh gadis muda ini, rasa malunya terasa seperti aku yang melakukan hal itu semua.
"O-Ohh.. Jadi begitu. Pantas saja..."
"Ngomong-ngomong, Lilian. Kenapa waktu itu kau tiba-tiba mengatakan bahwa ada seseorang mengincar nyawamu? Bahkan kau mengatakan kalau kau serius akan dibunuh."
Zen menanyakan pertanyaan sulit ini padaku.
Membuatku kesulitan menjawab.
Aduh, Zen!
Kenapa kau menanyakan hal ini padaku?!
Yah mana aku tahu!
Aku saja baru bangun satu Minggu yang lalu di dunia ini!
Lagi pula ingatan dalam otak adikmu juga kosong melompong. Tidak ada informasi yang bisa aku dapatkan dari sana.
Jadi mana bisa ku menjawab pertanyaanmu ini!
"U-Umm... Entahlah... Mungkin aku... ngelantur?"
Karena tidak tahu akan menjawab apa, aku akhirnya menjawabnya seperti ini. Membuat Zen semakin memandangi ku dengan keheranan.
"Kau ini entah kenapa jadi sedikit berbeda ya. Biasanya kau melakukan sesuatu yang membuatku dan Ibu kerepotan. Tapi kenapa akhir-akhir ini kau tenang?"
"Kau seperti orang lain."
"... Apa ini hanya perasaan ku semata saja?"
Gawat!
Apa dia sudah mulai curiga padaku?!
Apalagi aku menanyakan pertanyaan ini!
Jangan sampai dia tahu kalau aku bukan lah adiknya!
Aku masih belum tahu cara pulang ke dunia asalku!
Kalau aku dibuang ke jalanan aku bisa mati karena tidak mengetahui apa pun tentang kondisi atau pun situasi dari gadis muda ini!
"M-Masa sih? Sepertinya aku biasa saja. Lagi pula bukan setiap hari kan aku membuat kekacauan?"
Elakku dengan nada sedikit gugup. Berusaha agar tetap bisa tenang dan tidak terlihat mencurigakan.
"Hmm... Benarkah...?"
Aku mengangguk pelan dan mengembangkan senyuman lebar. Berusaha menyakinkan Zen yang masih memandangku dengan tatapan curiga.
"Hmm... Ya sudahlah. Lagi pula kau memang tidak setiap hari membuat kekacauan."
Aku diam-diam menghela nafas lega ketika ia mengucapkan kalimat itu padaku.
"Sudahlah. Lupakan akan hal itu. Kau sebaiknya pergi ke kamarmu dulu dan tenang lah seperti ini sampai beberapa hari ke depan."
"Aku yakin Ayah akan redam amarahnya jika kau tetap tenang dan tidak melakukan kekacauan lagi."
Aku mengangguk setuju dan berpamitan pada Zen. Kembali ke ruanganku untuk tetap tenang sampai beberapa hari ke depan.
Namun hal yang tidak ku sangka malah terjadi.
Pada malam hari setelah aku berbicara pada Zen tentang kejadian memalukan yang pernah dilakukan gadis muda ini.
Sosok pembunuh bayaran yang katanya mengincar nyawaku benar-benar muncul dalam hadapanku.
Sosok pembunuh bayaran yang mempunyai manik Ruby indah itu menodongkan pedangnya ke arahku.
Mengarahkannya ke arah leherku, membuat sekujur tubuhku menjadi tegang dan kaku. Memaksa otakku untuk berhenti bekerja saat merasakan ujung pedang tajam itu perlahan-lahan menusuk kulit tubuhku.
-To Be Contiune-