"Kamu mengingatnya?"Afka berjalan perlahan mendekati Ghirel. Tetapi gadis itu seakan tak tersentuh. Ghirel menghindarinya.
Afka sangat terkejut mendengarnya hingga lupa mematikan panggilan telepon dengan bunda. Telepon milik Ghirel sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai marmer rumah tersebut. Afka masih berusaha,matanya sudah berkaca-kaca menatap gadisnya yang semakin menghindar.
"Kenapa kamu minta maaf Afka?!"teriak Ghirel dengan histeris. Tangannya bertumpu pada pegangan tangga di sampingnya. Kakinya terasa lemas.
Afka tidak bisa menunggu lagi,dia berlari dan mendekap Ghirel yang terus meronta-ronta minta dilepaskan. "Jawab dulu Afka! Jawab! Kenapa kamu minta maaf?!"teriak Ghirel di sela isak tangisnya.
"Maafin aku...maafin aku!"Afka tak henti-hentinya meminta maaf. Bahkan jika Ghire memintanya untuk mencium kaki gadis itu,Afka rela asal Ghirel memaafkannya.