Chereads / Greentea Latte / Chapter 43 - -43- Coffe Shop

Chapter 43 - -43- Coffe Shop

Ghirel pulang dengan tatapan kosongnya. Dia merasa di tipu oleh dua orang sekaligus. Mereka adalah salah satu orang kepercayaan Ghirel. Keduanya adalah orang yang sangat dekat dan mengerti Ghirel. Mengapa harus mereka dari sekian banyaknya orang yang dia kenal?

Gadis itu memejamkan matanya sambil memijit pelipisnya yang sedari tadi terasa sakit. Dia penat dengan keadaan yang terus tak berpihak kepadanya. Mengapa dunia seakan tak memihaknya? Dosa apa yang pernah Ghirel miliki hingga mengalami rentetan masalah ini.

"Jie,sudah saatnya kamu pergi dari Afka."suara Bunda menyadarkan Ghirel dari lamunannya.

Lagi-lagi hatinya terasa dicabik-cabik ketika mendengar Bunda menuntutnya untuk meninggalkan Afka entah dengan alasan apa.

"Iya,"lirih Ghirel.

Dia memasuki kamar dan membuka ponselnya. Ada banyak chat dari Afka maupun Siska. Ghirel hanya menghela membaca sekilas tanpa menjawabnya. Dia cemburu sekaligus kecewa karena merasa di bohongi.

Tetapi dia juga berpikir bahwa ini bisa menjadi alasan yang tepat untuk meninggalkan Afka. Setidaknya alasan ini lebih logis dibandingkan yang lainnya.

"Kakak galau? Ini Kak Afka nelfon aku nanyain kakak udah makan apa belum?"Junco tiba-tiba masuk ke kamarnya.

Ghirel mengacak rambutnya frustasi. Dunianya sudah berputar pada Afka. Hanya ada nama pemuda itu di setiap kesehariannya. Bahkan Afka berteman baik dengan Junco layaknya kakak beradik.

"Bilang aja kakak lagi tidur,"suara Ghirel menyiratkan semuanya,seakan-akan ia tak memiliki semangat hidup lagi.

Junco memutar bola matanya,sejenak berpikir. "Kakak mau bayar aku berapa?"

Ghirel yang tadinya sedang rebahan manja spontan duduk dan menganga. Jadi Junco menjual informasi tentang dirinya kepada Afka?

"Kamu jual kakak kamu?"tanya Ghirel sedikit kesal. Rahangnya mengetat menahan amarah.

Junco dengan tidak tau malunya mengangguk santai seakan tak melakukan kesalahan sedikitpun.

"Cuman informasi aja. Kak Afka kasih uang 100K tiap aku ngasih info tentang kakak dan 200K buat foto aib kakak,"kata Junco.

Sebuah bantal melayang begitu saja mengenai wajah tampan Junco. Pemuda itu mulai menyadari jika kakaknya marah. Dia dengan cekatan memotret wajah kakaknya untuk dikirim kepada Afka.

Menyadari hal tersebut,Ghirel segera bangkit dan mengejar Junco mencoba mengambil alih hp milik adiknya.

"Hapus gak lo!"seru Ghirel.

Junco mengangkat tinggi-tinggi tangannya agar Ghirel tak bisa meraih hpnya. Meskipun jarak usia keduanya terpaut jauh,tetapi Junco lebih tinggi daripada Ghirel.

"Kakak gak tau apa aku lagi cari nafkah!"oceh Junco.

Ghirel menyerah,dia melipat tangannya di depan dada sambil menatap penuh kebencian kepada adik laknatnya itu.

"Cari nafkah tuh yang halal bukan malah jual informasi kakaknya sendiri!"protes Ghirel.

"Makannya kalau Kak Afka telfon sama chat tuh dijawab bukan cuma dibaca!"balas Junco.

"Kamu anak kecil gak usah ikut campur bisa gak sih?"

Melihat kakaknya yang sudah semakin emosi dengan wajahnya yang mulai memerah,Junco menjulurkan lidahnya dan memasang pose mengejek sambil melangkah pergi meninggalkan kamar kakaknya. Tetapi beberapa detik kemudian ia kembali hanya untuk memotret Ghirel yang sedang memasang wajah kecutnya dan segera mengirimkannya kepada Afka.

***

Suara deru motor saling adu menimbulkan rasa tak nyaman. Seorang pemuda dengan hoodie berwarna navy yang melekat pada tubuhnya tengah duduk sambil menghisap rokok di tangannya yang tinggal setengah. Matanya menikmati pemandangan sekitar yang memanjakan mata.

Terdengar helaan nafas berat darinya. Dirasa tak dapat lagi menikmati rokoknya,dia akhirnya berhenti. Suatu hal tengah berkecamuk dalam pikirannya akhir-akhir ini.

Tangannya meraih ponsel berwarna hitam dengan logo apel setengah dibelakangnya. Jari-jemarinya mengetik pesan kepada seseorang. Rahangnya terlihat mengetat menahan amarah. Emosi sedang melingkupi dirinya.

"Van!"panggil seseorang.

Pemuda bermarga Zaida itu menoleh dan mendapati Gerald tengah melambaikan tangannya. Gerald menghampiri Hevan dan mendaratkan bokongnya tepat d sebelah Hevan. Dia menepuk pundak adik kelasnya yang akhir-akhir ini menjadi dekat dengannya.

"Kenapa lo mukanya suram amat kayak anak kos akhir bulan?"tanya Gerald.

"Gue gak nyangka cewek yang gue suka ternyata anak dari pembunuh ibu gue,"jawab Hevan.

Gerald berpikir sejenak,selama mereka kenal Hevan tak pernah bercerita sedikitpun kepadanya perihal wanita. Tetapi ada sebuah rumor di sekolah yang mengatakan bahwa Hevan menyukai kakak kelas bernama Ghirel Sananta. "Jangan bilang Ghirel?!"

Melihat Hevan yang hanya diam seakan membenarkan pertanyaan Gerald. Pemuda itu sedikit terkejut karena mereka memiliki musuh yang sama.

"Lo bisa balas dendam ke Ghirel pakai Afka,dan gue bisa sebaliknya."kata Gerald.

***

Suara adzan berkumandang menandakan memasuki waktu sholat isya. Langit sedang bersahabat,bintang-bintang bertebaran dan bulan menetap di antaranya. Angin malam berhembus menyapu rambut panjang seorang gadis yang tengah menikmati kopinya.

Kuku-kuku panjang dengan kutek berwarna biru ia potret lalu mempostingnya ke sosial media. Gadis itu terlihat puas dengan hasilnya. Ratusan like berdatangan menyerbu foto dengan akun bernama Caramelkristal.

"Hm aroma kopi sambil menikmati malam yang indah,"Kristal bermonolog.

Dia menyesap kopinya sambil menatap keramaian. Tak sengaja,matanya menemukan seseorang yang ia kenali tengah berada di coffe shop seberang.

"Afka?"gumam Kristal dengan mata menyipit mencoba memastikan.

"Tapi kok sama Siska bukannya sama Ghirel?"gadis itu terlihat sedikit marah.

Dia mengambil ponsel keluaran terbaru yang ia miliki dan menghubungi seseorang. Kesempatan seperti ini tidak boleh Kristal sia-siakan begitu saja. Lumayan di bisa menghancurkan dua orang sekaligus tanpa harus bersusah payah.

"Mau apa lo nelfon gue?"tersirat nada marah dari balik panggilan tersebut.

"Ada sesuatu yang harus lo tau tentang Siska dan Afka,sini temuin gue di coffe shop XXY."Kristal tersenyum sinis. Akan lebih baik jika semuanya seakan tak terencana.

***

Seorang gadis dengan celana kulot dan kaos hitam yang melekat pada tubuhnya membuka pintu coffe shop yang sedang viral saat ini. Suara lonceng berbunyi bersamaan suara langkah kaki gadis itu. Matanya menelisik mencari keberadaan seseorang yang tiba-tiba menelfonnya meminta ketemu. Walaupun dengan sempat menolak,dia pada akhirnya tetap mencoba menemui pemuda itu. Pemuda yang tengah duduk sambil memainkan ponsel berwarna rose gold miliknya.

"Hai Afka!"sapa gadis itu.

Afka-pemuda tersebut hanya tersenyum sekilas lalu meletakkan ponselnya dan menatap sekitar berjaga-jaga jika saja ada seseorang yang dikenalinya.

"Lucu ya? Dari dulu kita selalu ketemuan diam-diam,"mata Siska menerawang seakan mengingat kejadian di masa lalunya bersama dengan laki-laki di depannya.

"Maaf,"lirih Afka. Sudah hampir dua tahun lamanya mereka berpisah,namun baru kali ini Afka mengucapkan maaf yang seharusnya diucapkan sejak lama.

"Terlambat Af,"balas Siska dengan senyum pahitnya.

"Waktu itu gue bingung harus ngomong apa sama lo. Bukan gue yang mau hubungan kita berakhir saat itu,tetapi mau gimana lagi? Bokap lo nentang hubungan kita selain itu gue juga gak bisa cinta sama lo,"Afka menunduk tak mau menatap wajah kecewa gadis di depannya. Biarkan pemuda itu hanya mengingat wajah cuek milik Siska,bukan ekspresi sendu seperti saat ini.

"It's okay, by the way lo ngapain minta gue kesini?"tanya Siska.

"Lo keponakan Zaida kan?"tanya Afka to the point.

Siska tidak terkejut dengan hal ini. Dia sangat mengenal Afka lebih dari Ghirel mengenal pemuda itu. Siska tau rahasia gelap Afka,dia tau kebiasaan buruk Afka,bahkan Siska sangat tau bagaimana perjuangan laki-laki itu.

Afka tidak mungkin diam saja tanpa menggali lebih dalam musuh-musuhnya. Di balik wajahnya yang tenang,dia tau semuanya. Itulah Afka.

"Bantuin gue buat batalin perjodohan sialan ini,"mohon Afka.