Saat mendengar hal itu Rira, bertanya dengan muka sedikit tertawa.
"Waaaaa... Nero sudah punya anak padahal masih muda tapi sudah punya keluarga!"
"Bukan begitu, dia adik pangeran ke sembilan." Nero melipat kedua tangannya di depan dada sambil melihat anak berjubah itu.
"Namaku Neko, adik ke sembilan." dia mengakui hal itu dengan sedikit gemetar karena kesal.
Meskipun begitu, anak itu terpaksa melaksanakan karena untuk menjaga nama baiknya dari orang yang tidak mereka kenal yang di maksud Rira.
Terlintas kata-kata yang membuat Rira berpikir dan mulai berjalan mendekati Neko.
Rira memegang kedua pundak Neko dan langsung memeluk Neko dengan erat.
"Pasti berat kehidupanmu!" kata Rira.
"Lepaskan!! Kenapa kau ini?" Neko berusaha melepaskan pelukan Rira.
Rira merasa bahwa kehidupan yang selalu dia jalani sangat buruk tapi siapa sangka bahwa ada orang lain yang memiliki nasib sepertinya.
Tapi, Rira seperti pernah membaca sebuah buku tua tentang aturan kerajaan tapi Rira tidak ingat di mana dia membacanya.
Karena merasa heran, Rira melepaskan pelukannya dan membuat Neko langsung jatuh ke tanah karena Rira melepaskan pelukannya secara tiba-tiba.
"Nero kau tadi bilang Neko adik ke sembilan, kan? di kerajaan mana tadi?" Rira menatap Nero.
Nero menjawab dengan penuh percaya diri bahwa Neko berasal dari kerajaan ke sebelas. Setelah mengatakan itu Neko langsung membuka topengnya.
Neko berambut depan oranye dan memiliki mata seperti kucing. Neko menatap mata Nero dengan makna,
"(kau akan menemui tempat kuburanmu!)"
"Katanya tadi dari kerajaan sembilan." tanya Rira.
"Kau pasti salah dengar dan itu sudah pasti karena kau masih muda." Nero berusaha menyangkal pertanyaan Rira.
Lalu Rira memegang dagunya dengan salah satu jari telunjuknya. Rira menjelaskan sedikit mengenai aturan kerajaan, bahwa setiap kerajaan di izinkan punya anak tiga dan tidak boleh lebih.
Husss~ suara desiran angin...
"Hmmmm.. mu-mu-mungkin bo-boleh?" Nero terlihat gugup.
"Dan juga kau bilang seorang pengembara kenapa kau membawa adik Pangeran dari kerajaan sebelas?" senyum Rira.
"WAAAAAAAAH, so-soal itu a-aku di suruh mengawal adiknya be-benar kan, Neko?" panik Nero.
Neko hanya diam dan memilih untuk pergi jalan-jalan di sekitar padang rumput dan meninggalkan Nero.
"NEKOOOOOOO!!!" Suara putus asa Nero karena takut identitas dirinya terbongkar. Lalu dia berpikir bahwa perempuan ini (Rira) seperti mirip dengan seseorang.
Setelah Neko pergi Rira bertanya,"Apa matamu sudah merah karena kau tadi berkedip saat tertiup angin."
Nero berbalik badan dan menundukkan kepalanya sambil berharap, "Coba Rira lebih cepat pasti mataku sudah merah menyala seperti api." Namun, kejadian itu sudah lewat Nero hanya bisa mengingat kejadian itu tanpa bisa merubahnya.
Rira memberikan beberapa cara kepada Nero tentang membuat mata menjadi merah. Cara pertama yaitu tidak berkedip dan sebelum lanjut akan lebih baik jika di catat supaya selalu ingat.
"Aku sudah melakukan itu tadi, aku tidak punya kertas jadi aku akan mendengarkannya." Nero terlihat sangat serius.
Kedua, silakan membuat jus cabai lalu tumpahkan jus itu ke mata supaya cepat memerah (berikut ini jangan di tiru khusus fiksi atau tidak nyata)
Tanpa berpikir panjang Nero pergi mengambil jus cabai di desa terdekat dengan berjalan sebentar untuk menemui Neko kemudian menyuruh Neko membelikan jus cabai dengan cepat.
lima menit kemudian...
Neko datang sambil membawa satu jus cabai dengan warna yang sangat merah. Neko memberikan jus cabai itu kepada Nero.
Kemudian Nero meninggalkan Neko dan bergegas ke tempat Rira. Setelah sampai Rira menyuruh supaya jus itu di tumpahkan ke kedua mata Nero.
"Kau yakin ini akan berhasil?" Nero ragu-ragu.
"Yakin." Rira percaya pasti akan berhasil.
Nero membuka tutup jus itu dengan cara memutar tutupnya supaya bisa terbuka dan pada saat terbuka, aroma khas cabai pun menyengat hidung Nero bahkan kedua mata Nero terlihat akan menangis.
Nero memasukkan jari kelingking tangan kanan karena tangan kiri sedang memegang jus cabai. Saat Nero mengangkat kelingkingnya hanya tersisa tulangnya.
Nero memperban kelingkingnya dengan daun liloia dari dalam kantong celananya. Daun liloia dapat menyembuhkan bagian tubuh yang terputus, jari terluka, dan sakit gigi saat sedang makan batu.
Nero bilang kepada Rira bahwa dia tidak ingin matanya menjadi merah lagi karena mata merah adalah mata yang tidak sehat. Nero berupaya supaya matanya tidak di tumpahkan jus cabai.
"Baiklah." Rira dengan senang hati tidak menumpahkan jus itu ke mata Nero.
Nero berhasil menghindar dari rencana dewa maut mata Rira ini, sungguh beruntung Nero bertemu orang yang baik hati tapi bermata sadis.
Di dalam hati Rira sangat ingin melihat mata Nero merah karena jus cabainya tapi Nero malah menghindarinya. Rira berteriak keras di dalam hatinya sambil berharap Nero mau mencoba membuat matanya merah.
Nero terlihat gemetar saat melihat mata Rira, di dalam hati Nero ia sedang memakai kacamata sembari membaca buku. Tapi membaca bukunya dengan cara membuka halamannya dengan cepat sampai-sampai kertas di buku tersebut beterbangan.
Nero begitu panik di dalam hatinya tapi di luar ia terlihat senang karena bertemu orang baik hati yang mau mengampuni kedua matanya.
Jika Nero tidak mengganti topik cerita maka rencana Rira pasti akan segera di jalankan. Itu yang di pikirkan Nero dengan di bantu keringat yang terus jatuh dari kepalanya.
Mau tidak mau Nero harus bertanya topik lain. Dengan mengusap keringatnya dia berharap rencananya berhasil dan topik yang Nero pilih adalah...
"Rira...apa kau sudah punya pasangan?" Nero tersenyum dan memamerkan wajahnya yang tampan ke Rira. Di dalam hatinya Nero berteriak keras karena kecerobohannya bertanya hal itu dan ia memamerkan wajahnya.
"Tidak! Oh iya...tadi Nero kau bilang kalau kau mengawalnya kenapa kau tidak bilang dari awal?" senyum Rira sambil mengabaikan pertanyaan Nero tadi.
Nero sekarang hanya di penuhi rasa putus asa dan sangat malu seperti burung yang tidak punya sayap. Sudah tahu kalau burung itu tidak punya sayap akhirnya dia meloncat dari pohon dan berakhir mati karena terjatuh.
"Karena kau tanya tentang mata merahku jadi aku menjawabnya dengan senang, tapi sekarang tidak dulu untuk membuat mataku menjadi merah dan jus ini akan kusimpan di tas sihirku." jus cabai itu tiba-tiba menghilang dari tangan Nero karena sudah di masukkan ke dalam tas sihir.
Nero terus melihat Rira seakan-akan dia mengenalnya karena tadi Nero belum sempat mengetahui nama Rira. Nero sepertinya di takdirkan untuk bertemu Rira tanpa ada alasan yang jelas.
Rira merasa dia belum memperkenalkan diri tapi Rira merasa bahwa dia pernah melihat Nero di suatu tempat, namun dia tidak tahu pasti di mana dia pernah bertemu Nero.
Dengan wajah yang sangat terkejut dia akhirnya tahu siapa Rira setelah berpikir cukup lama dan Nero langsung memegang kedua pundak Rira dan menatap matanya.
"Kau pasti Lyra sa Meliosa!!"