Rira melihat gadis itu, pakaian gadis itu seperti jubah bewarna hitam pekat yang membuat Rira penasaran kenapa dia berpakaian seperti itu?
"Kamu siapa?" tanya Rira sambil melihat kedua mata gadis itu yang menarik perhatian dirinya.
"Kenapa kau tidak membunuh mereka semua?"
"Apa?" Rira bertanya lagi,
"Kenapa kau tidak membunuh mereka? kau itu pantas membunuh mereka karena sudah membuatmu terluka bahkan kau hampir mati."
Rira yang mendengar hal itu langsung mundur perlahan-lahan karena takut dengannya dan gadis itu tiba-tiba memutuskan rantai yang ada di kedua tangannya dan berjalan ke arah Rira.
Rira di paksa untuk membunuh mereka tapi Rira menolak yang membuatnya lari dari gadis itu dengan perasaan bimbang, sebelumnya dia sangat ingin marah tapi kenapa dia tidak bisa, jadi dia terpaksa melakukan apa yang Mama Zera katakan.
Saat Rira lari di tempat itu suara gadis itu terdengar jelas di telinga Rira meskipun sudah sangat jauh jarak Rira dengan gadis itu dan juga tempat itu seperti tidak ada ujungnya.
"Kenapa kau menolak? mereka sudah membuatmu menderita! Dan aku tidak lupa atas perbuatan mu dulu kenapa sekarang kau jadi lembek!" paksa gadis itu serta mengatakan sesuatu yang cukup membingungkan.
Rira terus berlari dan akhirnya dia mulai menangis karena mengigat masa lalunya yang begitu suram dan dingin. Dia ingin mengubah masa lalunya yang begitu suram dengan tawa dan canda.
Harapan Rira hanya ingin memiliki teman karena dia tidak ingin sendirian selamanya. Gadis itu seperti sudah mengetahui harapan Rira tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa dan gadis itu tampak sangat kesal tapi dia seakan bersandiwara untuk menutupi kekesalan nya.
Lanjut...
Saat Rira masih kecil dia paling suka menatap langit saat sore hari, namun saat malam tiba Rira tidak bisa pulang karena dia tidak bisa melihat jalan pulangnya.
Karena terlalu gelap, Rira hanya bisa mengandalkan kunang-kunang yang sedang beterbangan. Dengan hembusan angin malam suasana hati Rira begitu tenang.
Dengan di bantu kunang-kunang dan di temani hembusan angin malam, Rira terus berjalan ke depan tanpa ada rasa takut. Rira sampai di desanya dengan keadaan basah kuyup.
Karena terlalu senang berjalan bersama kunang-kunang, tanpa sadar Rira jatuh ke danau yang begitu dingin. Kesalahan yang Rira buat itu adalah tidak melihat danau tepat di depannya.
Senang dan sedih Rira pasti selalu merasakannya tapi sekarang dia hanya bisa merasakan kesedihan dan rasa ingin tahu tentang gadis itu.
Harapan Rira akan terkabul tapi harapan itu tidak akan bertahan lama. Rira pasti akan menemukan kebahagiaannya selama dia tidak berbuat kejahatan. Itulah masa lalu Rira saat masih kecil.
"Kenapa..aku harus membunuh mereka? jika aku membunuh mereka aku pasti akan menyesal...aku tidak ingin membunuh siapa pun!!!"
"Jangan cengeng...dengarkan aku. Hal itu tidak bisa diterima, karena aku tidak akan membiarkan kau mati Rira, kita punya dendam kepada semua manusia." gadis itu menjawab dengan nada sedikit marah.
Gadis itu bilang akan membantu Rira supaya hal ini tidak terulang-ulang lagi dan lagi. Gadis itu sangat misterius dan terus bilang sesuatu yang tidak jelas dan perkataan gadis itu membuat Rira berhenti berlari,
"Apa maksudnya terulang-ulang?" Rira bertanya sambil menangis.
Gadis itu datang dari depan Rira seperti sihir berpindah posisi yang di sebut Move Vast dan dia berjalan ke depan Rira dan menyentuh kedua pipinya dan mengusap air mata Rira yang mengalir.
"Kau akan tahu nanti dan aku percaya kau pasti akan menghancurkan segalanya aku percaya itu." yakin gadis itu seolah-olah dia tahu apa yang akan terjadi nanti.
Rira bertanya kepada gadis itu, "Siapa sebenarnya kau ini? dan kenapa kau menyuruhku untuk melakukan hal jahat itu?"
"Jahat?" gadis itu seperti akan tertawa tapi dia menahan-nya.
Rira berhenti menangis dan mendorong gadis itu sampai terjatuh, Rira terlihat sangat sedih dan menderita tanpa tahu apa yang terjadi padanya.
Gadis itu mencoba berdiri lagi setelah terjatuh di dorong oleh Rira, tapi dia tidak jadi berdiri lagi karena Rira masih sedih tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku tidak tahu KENAPA!! AKU SANGAT INGIN MEMBUNUH MEREKA SEMUA?" Rira mengepalkan tangan-nya dan bersiap meninju gadis itu.
"Tenang semua akan kuatasi karena itu aku memanggilmu kemari dan aku minta maaf atas apa yang kukatakan tadi?" gadis itu berdiri.
"Maaf juga, aku hanya tidak ingin melukai mereka atau bahkan membunuh mereka." Rira tidak jadi meninju gadis itu.
"Oh iya, ngomong-ngomong namaku Lyra, kita memiliki takdir yang sulit jadi, maukah kau menjadi temanku."
"Namaku Rira aku anak panti asuhan senang bisa berteman denganmu Lyra." mereka berdua berjabat tangan sebagai terjalin-nya tali pertemanan.
Kemudian, Lyra menjelaskan bahwa dia dan Rira adalah sama-sama utusan, karena itu mereka berdua memiliki takdir yang sulit dan masalah yang harus mereka hadapi.
"Kau pasti akan mengerti kenapa ki–" Kata-kata Lyra terpotong karena Rira tiba-tiba menghilang.
"Rira aku pasti akan menjagamu." Lyra menatap ke atas.
Karena Rira merasa ada yang memanggilnya hal itu membuatnya kembali ke dunianya dan meninggalkan Lyra. Saat Rira tersadar di padang rumput dia masih berdiri dan juga dia bertemu Pria misterius di hadapan-nya.
"Siapa kau ini?" Rira langsung menjauh dari Pria itu.
"Namaku Nero aku seorang pange–Ehh ehem aku seorang pengembara." Nero berkenalan sambil memegang mulutnya.
"Hai, kenapa kau ada di sini?" tanya Rira.
Nero bilang, ada sesuatu yang harus dia periksa selain itu Nero seperti tidak berkedip setelah melihat Rira. Mata Nero terus mengeluarkan air mata karena tidak berkedip.
"Kenapa kau tidak berkedip?"
"Aku ingin membuat mataku jadi merah supaya terlihat keren jika kedua mataku merah."
Nero terus mengeluarkan air mata dan tidak lama kemudian kedua matanya mulai berubah warna tapi saat hampir mencapai warna merah Nero sangat ingin berkedip.
Rira yang melihat itu hanya terdiam dan terpaku karena itu keinginan-nya maka dia tidak bisa menghalangi apa yang di lakukan oleh Nero.
Nero menyuruh Rira untuk mencari ranting pohon yang berukuran kecil, jumlah rantingnya dua, dan yang pasti rantingnya bersih.
Rira mengelilingi padang rumput dengan santai dan mencari ranting-rantingnya dengan pelan dan santai. Di lain sisi, Nero terus berupaya supaya matanya tidak berkedip dan terus menunggu Rira.
"Ranting-ranting di mana kau berada?" Rira menyanyi sambil mencari ranting.
"Aaaaaargh...." Nero kesakitan dan terus membuka matanya.
Setelah mendapatkan ranting Rira pun berjalan menuju ke tempat Nero. Lalu, Rira memberikan rantingnya kepada Nero.
"Terima...kasih..." Nero mengambil rantingnya dari tangan Rira.
Huuusss....
Angin pun lewat dan membuat mata Nero menjadi berkedip.
"TIDAAAAAAAAK!!" Nero berteriak.
Rira hanya diam, tapi dia tidak menyadari bahwa ada anak yang berada di dekat Nero.
Anak misterius memakai jubah dan topeng kucing sehingga wajahnya tidak terlihat dan mengaku,
"Aku anaknya!"