Jemariku memutar nomor kombinasi yang disertai bunyi 'klik', lalu pintu loker itu terbuka. Ku lempar beberapa buku 'sampah' ke dalam loker, lalu ku ambil sebuah tas laptop oranye.
Blam!
Lalu, dengan bantingan keras yang menggema di sepanjang lorong, aku menutup pintu lokernya dan berjalan lagi, melanjutkan bunyi ketukan sepatu yang sempat terhenti.
Ckiit!
Ketika ku mendengar bunyi decitan, kuhentikan lagi ketukan sepatuku. Kutoleh kepalaku ke belakang, namun nihil. Tidak ada apa - apa. Lalu, setelah kuyakinkan diri bahwa suara tadi hanyalah suara yang tidak penting, kulanjutkan berjalan.
Bug!
Kini, bunyi benturan keras. Manik cokelat tuaku diwarnai gelisah, takut, dan sebal. Ku eratkan genggaman tanganku. Lalu ku lanjutkan berjalan, hingga ketukan hak ku menghasilkan volume yang keras dengan interval yang lebih sering dari sebelumnya.
"Ah!"
Aku tersungkur di lantai.
"Ah, sial! Apa itu?!"
Ku coba untuk bangkit berdiri, ya ampun! Sakit luar biasa! Ku lihat bekas memar yang begitu besar di lututku. Ketika baru saja aku akan mengangkat tubuhku, "Ah! Sa-sakit!! Ahh!"
Aku.. aku melihat sosok yang aneh, entahlah. Sosok remaja laki - laki, berambut.. lurus ya, lurus. Tapi, siapa itu?
Sosok misterius itu hanya diam. Diam. Namun, aku sadar nyawaku terancam. Lalu, mendadak..
"Ahh! Ya Tuhan, a.. ahh!"
Sebuah sabetan, melayang dari tangan si sosok misterius sialan itu.
"Ya Tuhan! Ka.. kakiku!"
Kaki kiriku terpisah. Ya, terpisah! Terpental beberapa meter ke samping, memancarkan darah merah segar. Jeritan minta tolong dan tangisanku memenuhi lorong itu.
Sosok misterius gila itu hanya memandangku datar, Ia memainkan katana miliknya yang haus akan darah.
"Apa salahku? Apa dosaku sampai... sampai kau melakukan ini semua?!"
Ia masih diam. Bukannya menjawab pertanyaanku, malah ia mengangkat katana nya tinggi - tinggi.
Flashback ON
"Heh, lu gak usah belagu! Sok - sokan mau nembak gue, najis banget ama elu!"
"Gak tau diri banget lu! Udah jelek, miskin, sok! Masih aja berani! Ga mikir apa?! Ya jelas gue ogah lah sama elu!"
"Belagu banget sih lu! Emang lu siapa? Hah?! Ga sadar diri banget,"
Flashback OFF
Bisikan dingin yang disertai seringai mengerikan keluar dari mulut si sosok misterius gila itu.
"Dosa masa lalu, adalah boomerang bagimu!"
Mataku membelalak lebar. Aku mengenalinya. Aku mengenali suara ini! Astaga, Tuhan, tidak mungkin! Ini tidak mungkin!
Seketika, satu sabetan yang luar biasa keras, memisahkan kepala berambut hitam panjang milik wanita bernama Kim Dakyung itu.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
"Telah ditemukan seorang remaja putri bernama Kim Dakyung tewas mengenaskan di koridor lantai 3 Seoul Internasional General High School. Korban merupakan anak dari dokter di Premium Seoul International Hospital, Kim Yoon Jae dan dokter tulang ternama Korea, Kim Daisy. Pelakunya sama sekali belum diketahui karena tidak ada bukti dan jejak yang jelas..."
Lelaki kelahiran 4 Desember itu membelalakan matanya besar. Ya, tentu saja ia terkejut. Bagaimana tidak? 3 yang tahun lalu, Kim Dakyung adalah pacarnya.
Namun, sekarang sudah tidak lagi. Atau bisa disebut mantan pacar. Ya, mantan. Semenjak gadis itu berubah jadi seorang yang "mata duitan", mereka berpisah. Hingga akhirnya mereka berdua memilih untuk sekolah di SMA yang berbeda.
Oh, ya, tentu saja! Kim Dakyung di SMA yang luar biasa mewah, sedangkan mantan pacarnya? Masuk sekolah swasta.
Seketika, berita yang ada dihadapannya, kini seolah - olah berganti menjadi tayangan yang menayangkan kisah Youngmin bersama kekasihnya dulu.
Kim Dakyung sialan itu rupanya hanya mengingini uang Youngmin yang padahal dirinya pun sudah kaya. Ditambah, paras tampan Youngmin yang membuat popularitasnya meningkat lebih lagi.
Padahal, Youngmin benar - benar mencintainya. Ya, sudahlah. Toh, mereka sudah menjalani hidup masing - masing sekarang. Ah, lupa kalau Dakyung sudah tiada.
"Youngmin?"
Suara panggilan dari seseorang berhasil membuyarkan lamunan pria bersurai hitam itu. Lalu, ia menoleh pelan ke sumber suara.
Ya, Youngmin mengenali suara itu.
Suara pembantunya, Bibi Anne. Wanita berumur 54 tahun dengan keturunan Korea dan Amerika itu sangat baik juga ramah. Sifatnya yang hangat, mampu membuat siapa saja betah. Tak heran jika Bibi Anne sudah dipercaya untuk menjaga Youngmin sejak dirinya berumur 1 tahun sampai sekarang.
"Iya, Bi, ada perlu apa? Ada yang perlu ku bantu?", tanya Youngmin.
"Ah, tidak, kok. Hanya saja, kau tidak mau mandi, Nak? Sebentar lagi sudah malam, cuacanya akan lebih dingin. Cepatlah mandi, lalu, kita akan makan malam. Setuju?", ajak Bi Anne.
"Setuju, Bi, baiklah aku akan bersiap - siap. Terimakasih, Bi, sudah mengingatkanku."
"Iya, Nak.", balasnya dengan senyum ciri khasnya.
Bagi Youngmin sendiri, Bibi Anne sudah seperti ibu kandungnya sendiri. Apalagi, semenjak mama dan papanya berpisah bertahun - tahun yang lalu. Kemudian, Youngmin dan saudarinya ikut bersama mama mereka, dan tepat satu tahun lalu Mama Youngmin meninggal dunia karena sakit yang dideritanya.
"Tunggu, Youngmin? Itu..."
Youngmin tahu, Bibi Anne pasti akan terkejut. Karena Bibi Anne tahu betul sejarah hubungan Youngmin dengan Kim Dakyung. Bahkan, Bibi Anne menjadi tempat Youngmin berkeluh kesahnya semasa ia berpacaran.
"Iya, Bi, itu Dakyung.", kata Youngmin masih memandang lurus ke arah televisi.
Mata Bibi Anne membelalak besar. Ia tidak percaya akan hal ini. Atau, hanya belum percaya sepenuhnya saja.
Youngmin tertawa kecil setelah melihat ekspresi kaget Bibi Anne. Lucu, pikirnya.
"Sudah, Bi, jangan terlalu lama kagetnya. Seperti dia orang penting saja."
Kata - kata Youngmin berhasil membuat Bibi kaget. Menurutnya, itu sangat keren. Memang, Youngmin mengakui kalau dirinya sudah tak lagi peduli dengan wanita itu.
"Haha, iya juga, ya. Kau benar,"
Lalu, datanglah seseorang lagi yang nampaknya tak diundang.
"Kak! Bangun! Ayo, bangun, cepat!", teriaknya tepat ditelinga kakak laki - lakinya itu.
Youngmin pun meringis karena suara dahsyat adiknya itu sudah membuatnya pusing.
Kim Young Quinn, namanya. Adik perempuan Youngmin yang sangat 'memfotokopi' wajah indahnya.
"Aku sudah bangun dari tadi, bodoh! Berisik sekali.", keluh Youngmin.
Lalu, adik satu - satunya itu tertawa. Ekspresi sebal kakaknya adalah hiburan baginya. Aneh, memang. Tapi, begitulah.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
"All Cast "
1. Kim Dakyung
2. Sara
3. Kim Munhee
4. Kim Youngmin
5. Oh Yejun
6. Min Hyunki
7. Jung Junwoo
8. Park Yongjin
9. Kim Yoojoon
10. Bibi Anne
11. Kim Young Quinn