Chapter 6 - Pengikut (2)

Tuk tuk tuk

Suara ketukan meja yang ditimbulkan oleh jari-jari tangan Elish terdengar.

Kening gadis itu basah oleh keringat yang kini mulai bercucuran. Jantungnya berdegup kencang 'tak karuan. Ia melirik ke sudut ruang kelasnya.

Sial. Dia masih di situ. - Rutuknya begitu mendapati sosok yang ia lihat tadi siang di minimarket.

"Apa kau sakit?" Tanya seorang mahasiswi yang sejak tadi sibuk menulis di samping Elish.

Elish menoleh. Lalu menggelengkan kepala.

"Aku baik-baik saja." Ucap Elish sambil tersenyum manis pada teman sekelasnya itu.

"Okey. Kalau kau butuh bantuan, jangan sungkan memintaku." Ujar mahasiswi itu. Ia kemudian melanjutkan kegiatan menulisnya.

"E-hm. Thanks." Balas Elish.

Elish berusaha kembali fokus pada dosen yang sedang menerangkan materi kuliah. Meski kadang terganggu dengan sosok yang selalu menatapnya itu, ia tetap mencoba untuk tenang agar tidak menimbulkan kekhawatiran dan keributan.

***

Jam kuliah sudah selesai. Kini Elish dan ketiga temannya sedang menghabiskan jam makan malam di sebuah caffee yang ada di dekat rumah Elish.

"Elish~" Panggil Liony.

"Hm?" Sahut Elish.

"Ayolah.. kenapa kau tidak membuat akun instagram-mu?" Tanya Liony.

"Karena..." Elish berpikir sejenak, "Itu tidak penting sama sekali." Sambung Elish.

"Ah, Elish. Kau tidak seru." Seru Liony dan Lyora dengan kompak. Dua gadis itu memang sering mengucapkan hal yang sama secara serempak.

Elish tidak menghiraukan kedua temannya. Yang ia lakukan hanyalah menghabiskan spagetti-nya.

Gadis itu melirik ponselnya.

21.57 p.m.

"Aku duluan." Ucap Elish seraya meletakkan sendok dan garpunya di atas piring sedemikian rupa.

"Hah? Kenapa? Rumahmu hanya lima langkah dari sini. Kejam sekali." Rengek Eva.

"Tugasku belum selesai." Jawabnya singkat sambil berjalan pergi meninggalkan ketiga temannya.

Eva, Lyora dan Liony hanya diam menatap kepergian Elish.

***

Elish merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kini ia berada di dalam kamarnya.

Gadis itu memejamkan matanya sebentar, kemudian kembali membuka mata saat sosok yang mengikutinya sedari tadi terlintas di pikirannya.

Elish duduk dan menatap sekeliling kamar.

Tidak ada siapa-siapa.

Apa dia sudah tidak mengikutiku lagi? - Pikir Elish heran.

Ia meraih tasnya dan mengambil ponsel. Dengan cepat ia mengetikkan sesuatu di browser ponselnya.

'cara menyingkirkan hantu dari sekitar kita'

Demikian tulis Elish.

Oke, dapat!

Elish melempar ponselnya sembarang ke tempat tidur dan bangkit berdiri. Ia berjalan keluar kamar menuju dapur.

Sampai di dapur, gadis itu mengambil sebuah botol kecil yang terisi penuh oleh garam.

Ditatapnya sebentar botol itu.

Semoga berhasil. - Harapnya.

Elish segera membuka tutup botol itu dan menuangkan garam sedikit ke tangannya. Kemudian ia melemparkan garam itu ke segala penjuru ruang dapur.

Kegiatan aneh itu Elish lakukan berulang kali sampai ke seluruh ruangan. Bahkan teras tidak ketinggalan.

Sangking sibuknya menebarkan garam di teras, Elish tidak sadar bahwa Jovan sedang memandanginya heran dari balik pintu rumah yang Elish buka sedari tadi.

"Dia... sedang apa?" Tanya Jovan dengan suara berbisik.

"Selesai." Ucap Elish setelah merasa garam yang ia tabur sudah cukup untuk menjauhkannya dari hantu.

Elish segera menutup botol dan memasuki rumah tanpa menutup pintu. Jovan mengikuti Elish dari belakang tanpa gadis itu sadari.

Ia berjalan menuju dapur dan menyimpan botol garam ke tempat semula lalu membersihkan tangannya dari sisa-sisa garam yang masih lengket di tangannya. Setelahnya, Elish langsung menuju kamar.

Elish akhirnya memasuki kamar. Kali ini Jovan tidak mengkutinya. Jovan lebih memilih untuk berkeliling di dalam rumah Elish yang cukup besar untuk ditinggali oleh satu orang namun cukup kecil untuk tiga orang atau lebih. Menurut Jovan, rumah itu lebih cocok ditinggali oleh dua orang.

Saat hendak merebahkan tubuh, Elish teringat akan pintu yang belum ia tutup. Gadis itu segera berlari dan mengunci pintu rumah.

Kini ia merasa tenang.

Elish kembali ke kamar dan mengambil laptopnya di atas meja kemudian membawanya ke atas tempat tidur kemudian melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda.

***