"Elish! Eliiissshh!!" Eva melambaikan tangan pada Elish.
Eva duduk bersama dengan dua mahasiswi yang merupakan teman dekatnya dan Elish. Mereka adalah Liony dan Lyora. Kalau mendengar namanya, banyak yang berpikir kalau Liony dan Lyora adalah saudara kembar. Padahal setelah dilihat langsung, mereka tidak mirip sama sekali. Dan mereka tidak memiliki ikatan saudara sama sekali. Bahkan tidak jarang juga orang salah menyebutkan nama mereka. Lyora menjadi Liony dan sebaliknya.
Kembali ke Elish.
Dimana dia? - Pikir Elish sambil melihat ke kanan dan ke kiri.
Saat ini ia sedang berdiri di tengah-tengah kantin Fakultas Matematika. Ia baru saja menyelesaikan jam mata kuliahnya.
"Di sini Eliiisshh!!" Kali ini Liony yang memanggilnya.
Elish menghentikan aktivitasnya melihat sekeliling. Pandangannya kini tertuju pada meja tempat ketiga temannya berkumpul.
Elish pun berjalan ke arah mereka. Kedatangannya disambut dengan senyuman hangat dari teman-temannya.
Elish duduk di samping Lyora. Sedangkan Eva duduk dengan Liony di hadapan mereka.
"Wajahmu sangat lesu. Harus diberi sedikit polesan bedak." Ucap Lyora dengan wajah sedih sambil sibuk mengambil sesuatu dari tasnya.
"Jangan macam-macam. Cukup beri aku tissue." Ujar Elish seraya meminum minuman Lyora.
"Ehm, enak. Apa ini?" Tanya Elish pada Lyora setelah menerima tissue darinya.
"Itu... minuman dietku." Jawab Lyora sambil tersenyum manis pada Elish.
"Diet?"
"E-hm"
"Dasar tulang belulang."
Demikian percakapan Elish dan Lyora. Eva dan Liony hanya bisa menonton dan tertawa.
***
Elish, Eva, Lyora dan Lyoni berjalan di sebuah taman yang tidak jauh dari kampus mereka.
"Kalian tunggu dan duduk di situ." Perintah Eva pada Lyora dan Liony sambil menunjuk ke sebuah meja yang ada di depan sebuah minimarket dan 4 buah kursi yang mengelilingi meja itu. Ia kemudian menarik Eva masuk ke dalam minimarket.
"Kau mau beli sesuatu?" Tanya Eva pada Elish setelah memasuki minimarket.
"Entahlah. Aku lihat-lihat dulu. Cari saja barang yang ingin kau beli." Ucap Elish sambil berjalan menyusuri lorong makanan.
"Okey."
Elish menelusuri beberapa lorong makanan sendirian.
Saat matanya berhenti di sebuah barisan mie instan yang berada di tengah-tengah lorong, ia merasakan kehadiran seseorang di ujung lorong. Entah itu sebelah kanan atau kiri, ia tidak tahu pasti. Ia menoleh ke kanan. Tidak ada siapa-siapa.
Ahh.. hanya ilusiku saja. - Elish mencoba untuk berpikir positif.
Elish kembali fokus pada mie instan yang tadi sempat menarik perhatiannya. Dan ia kembali merasakan kehadiran seseorang lagi. Kali ini ia tidak langsung menoleh. Namun ia berusaha melihat sosok itu ke sebelah kiri dengan ekor matanya.
Dapat kau! - Pikir Elish senang.
Elish mengulas senyum di bibirnya begitu mendapatkan sosok itu diam berdiri di ujung lorong.
Elish segera menoleh ke arah sosok itu dan menatapnya dalam. Sosok itu tidak lagi menghilang. Ia diam di tempat seolah menunggu Elish menghampirinya.
Dan entah mengapa, tubuh Elish dengan sendirinya bergerak ke arah sosok itu. Gadis itu berjalan mendekat dan kemudian mengerutkan kening. Senyumnya perlahan memudar.
Hah? Bukankah itu piyama rumah sakit? Dia.. pasien yang kabur? - Ucap Elish dalam pikirnya sambil terus berjalan mendekat.
Elish menghentikan langkahnya. Kini jarak mereka hanya sekitar enam langkah lagi. Sosok itu tetap diam. Ada ketakutan yang melanda dirinya, sehingga Elish tidak berani berjalan lebih dekat lagi.
Tunggu, ada yang aneh.
Mata Elish membelalak. Ia terpaku. Mendadak kakinya lemas dan tangannya gemetar. Ingin jatuh rasanya. Tapi entah mengapa tubuhnya tidak mau bergerak pergi dari hadapan sosok itu. Sosok itu hanya menatapnya penasaran, namun tetap diam 'tak bersuara.
"Elish!" Suara Eva terdengar di telinga Elish, namun tubuhnya masih tidak mau bergerak.
Eva yang melihat tingkah aneh Elish akhirnya berjalan mendekati gadis itu.
"Hei! Apa yang kau lakukan di sini?" Ucap Eva sambil menepuk bahu kiri Elish.
Elish akhirnya tersadar setelah merasakan sentuhan di bahunya. Ia menoleh pada Eva. Eva sedikit memiringkan kepala dan menaikkan alisnya sebelah.
"Aku tadi... ah, sudahlah. Tidak penting." Ucap Elish dengan wajah yang masih pucat.
"Kau sudah selesai?" Tanya Elish sambil melirik barang yang dibawa Eva dengan tangan kirinya.
"Sudah. Kau tidak beli apapun?"
"Tidak. Ayo kita pergi."
"Oke. Ayo"
Elish dan Eva keluar dari minimarket. Kedua gadis itu berjalan menghampiri Lyora dan Liony. Mereka bergabung dan duduk di hadapan Lyora dan Liony. Kini wajah dan perasaan Elish sudah lebih normal. Meskipun terkadang ia masih teringat sosok di lorong tadi.
Dia bukan manusia. Tubuhnya... transparan. - Demikian pikir Elish saat teringat sosok yang ia lihat tadi.
Elish berusaha menghilangkan sosok itu dari ingatannya dan memilih fokus dengan teman-temannya. Sesekali mereka tertawa, namun tidak jarang juga mereka marah-marah dan kemudian kembali tertawa.
Dari dalam minimarket, Jovan menatap ke arah Elish. Dia tertegun.
"Apa aku... seseram itu?" Ucapnya sambil terus menatap Elish dari belakang. Ya. Gadis itu memang duduk membelakangi minimarket.
"Tapi.. dia menarik. Aku ikuti saja dia. Hehehe." Ujar Jovan tanpa berpaling sedikitpun dari Elish.
***