Chapter 4 - Dimana Aku?

Tinnnnn...!!!

Ciiittt!!

Sebuah mobil mendadak berhenti.

"Fyuhh.. hampir saja." Ucap Jovan bersyukur karena ia selamat dari kecelakaan yang hampir menimpanya.

"Kalau jalan biasakan lihat kanan kiri, bodoh!" Omel seorang pria dewasa, sang pengendara mobil pada Jovan. Hal itu menimbulkan tanda tanya bagi para pengendara dan pengguna jalan lain.

"Dia bicara pada siapa?"

"Apa ada orang di sana?"

"Dasar aneh. Dia bicara pada angin?"

Demikian pertanyaan yang terlontar dari beberapa mulut orang di sekitar jalan itu.

"Dasar pria tua. Yang bodoh itu kau. Berteriak pada orang yang tidak bisa dilihat orang lain." Ledek Jovan sambil terus berjalan.

Setelah berjalan cukup jauh dari tempat itu, langkah Jovan terhenti.

"Ngomong-ngomong... aku dimana?" Tanya Jovan pada dirinya sendiri. Ia berdiri di tengah sebuah taman yang lokasinya sangat asing di matanya.

Ya. Jovan tidak tahu dia ada dimana. Sudah 2 jam semenjak ia meninggalkan rumah sakit.

"Ini... sudah jam berapa?" Tanya Jovan lagi.

Ia memutuskan berjalan lagi dan mencari jam. Ia tidak ingin hal yang dikatakan Egha tadi menimpanya.

Tapi ia tidak berjalan terburu-buru. Karena ia tahu kalau ini belum mencapai waktu 24 jam. Bahkan 12 jam juga belum sampai.

Jovan berjalan dengan girang sambil sesekali bersiul.

***

Akhirnya setelah berjalan sampai satu setengah jam, Jovan menemukan benda yang ia cari.

03.38 a.m.

Jovan menatap sebuah jam digital yang menempel di atap sebuah toko kue yang sudah tutup.

"Sial!"  Umpat Jovan.

"Sudah berapa jauh aku berjalan?" Sambungnya.

Dia menatap sekelilingnya. Berharap menemukan petunjuk mengenai kejelasan keberadaannya saat ini. Namun di samping itu, Jovan juga berharap ada sesuatu yang menarik untuk jadi hiburan. Karena saat ini ia sangat bosan.

"Aku bosan. Aku mau tidur saja." Ucap Jovan sambil menidurkan tubuhnya di atas kursi besi hitam yang berada tepat di depan toko kue itu.

Ia memejamkan mata dan berusaha tidur. Ia tidak menyangka kalau ia bisa mengantuk dan akhirnya terlelap.

Pertanyaannya sebelum terlelap adalah, "Kalau aku bisa mengantuk dan tertidur, kenapa aku tidak merasa lelah sama sekali setelah berjalan dengan jarak yang mungkin berpuluh kilometer ini??"

Namun dijawab oleh dirinya sendiri, "Mungkin karena aku roh. Jadi tubuhku tidak terasa berat sama sekali. Jadi aku tidak lelah."

Beberapa orang yang berjalan melewati kursi itu menatap heran pada Jovan. Hanya beberapa, bahkan bisa dihitung jari. Tiga orang. Karena tidak semua orang bisa melihat sosok Jovan. Seperti yang Egha katakan, hanya beberapa orang khusus saja.

***

Cuit..cuit..cuit

Suara siulan burung terdengar. Cahaya matahari yang menyilaukan mata mulai tampak.

Mata Jovan terbuka. Ia duduk sambil mengucek-ucek matanya. Ia memandang ke kanan dan kiri.

Matanya kembali tertuju pada jam yang ia lihat semalam.

09.56 a.m.

"Berapa jam aku tidur?" Ucapnya sambil menghitung dengan jarinya.

"Yah.. kira-kira 6 jam."

"Tapi... ini dimana sebenarnya??"

***