Chereads / CINTA 9 TAHUN / Chapter 53 - 53. Pulang Dengan Tyo.

Chapter 53 - 53. Pulang Dengan Tyo.

"Apakah ini tentang kamu, dua temanmu yang lain, dan seorang laki-laki yang aku temui di kafe pada akhir pekan? Siapa namanya? Aku lupa." Tyo bertanya setelah mendengar Arra jatuh cinta dengan seseorang, pria itu mulai menyadari bahwa semua yang Arra miliki, hanya tiga teman yang selalu diceritakan Arra padanya.

Arra mengangguk setuju, kali ini pria itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum lemah. Lemas, lelah, Tyo bisa melihat betapa Arra percaya padanya, berbicara dengannya lebih dari orang tua dan dua kakak laki-lakinya.

"Ya," jawab Arra sambil menghela nafas berat, wanita itu juga memilih untuk tetap pada pendiriannya dan terkekeh. "Apa yang aku tahu, dan apa yang aku ingat adalah sama."

"Kak, apakah kamu sedang jatuh cinta dengan seseorang? Jika kamu tidak tahu, bagaimana kamu menyukai seseorang?" tanya Arra secara acak membuat Tyo sedikit terkejut dan tercengang dengan pertanyaan yang Arra ajukan padanya. "Tiba-tiba?" tanya Tyo heran, Arra terkekeh.

"Umurnya berapa? Dengan Giral juga tidak jauh beda kan? Sudah punya calon istri, masih jomblo?" tanya Arra lagi, kali ini wanita itu tidak sadar ketika pertanyaan polosnya berhasil menyinggung perasaan Tyo secara tidak sengaja.

Tyo yang memilih membiarkannya hanya terkekeh, sejujurnya pria itu memang menggelengkan kepalanya pelan dan menjawab dengan cepat. "Arra, punya hubungan atau tidak. berapa umurmu sekarang, tidak ada batasan untuk menjadi dirimu sendiri, Arra."

"Manusia hidup untuk kenyamanan mereka. Jika orang bertekad untuk menyendiri untuk waktu yang lama, mereka tidak dalam mood untuk kebahagiaan mereka. Mereka tidak bahagia dan mencari kebahagiaan mereka." Tyo mengangkat alis dengan senyum miring untuk menjelaskan sedikit hal yang rumit.

"Kak, apa yang kamu coba bicarakan?" Arra bertanya kepada Tyo ketika wanita itu masih tidak mengerti apa yang dikatakan Tyo padanya. "Aku tahu kamu akan menanyakan ini, Arra. makanya aku perpendek," jawab Tyo penuh pengertian dengan memberikan sedikit pembicaraan yang lebih ringan.

"Siapa yang kamu coba bantu, dan siapa yang kamu coba ceritakan tentang perasaanmu terhadap temanmu?" Tyo bertanya dengan baik kepada Arra membuat pria itu tertawa dengan pertanyaannya.

Sejujurnya, Tyo bukan tipe cowok yang suka ikut campur, ngobrol saja sudah sangat malas, dan membenci teman-temannya. Dan sekarang Tup bersedia membantu dan mendengarkan apa yang dikatakan Arra, bahkan Tyo dapat memilih untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya daripada menjemputnya dan membicarakan hal-hal aneh.

Tentang perasaannya pada Arra, sejak saat itu Tyo merasa biasa saja. Seperti seorang teman yang membantu adik seniornya karena telah dibantu oleh seniornya untuk menulis skripsi singkat.

"Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa Vio menyukai Fian?" Kembalinya arra membuat Tyo mengangguk setuju karena ingatannya masih ada. "Jadi?"

"Apakah kamu menyukai kakak laki-lakimu?" tanya Tyo dengan menjatuhkan pria yang menegurnya, yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi dengan wajah tajamnya sejak lama. Dia menganggukkan kepalanya perlahan.

Wanita itu menyadari jawabannya yang terlalu percaya diri, yang membuat Arra menghela nafas berat dan menggelengkan kepalanya perlahan.

"Mengapa demikian?" tanya Tyo ketika pria itu melihat begitu banyak keraguan yang ada pada Arra saat dia menjawabnya, sedangkan wanita itu memilih untuk menarik napas dalam-dalam.

"Bagaimana seseorang bisa menjadi tipe ideal orang yang disukai seseorang, Kak?" Diminta Tyo membuat pria itu mengernyitkan alis heran.

Jadi Arra masih bukan tipe kakak laki-laki? entah kenapa kini Tyo mulai ikut campur, bagaimana bisa si kecil menolak perasaan cinta Arra padahal dia sendiri memiliki tujuh belas cabang kafe yang dia kelola sendiri.

Dan juga, sikap Arra yang lugu, baik dan ramah memiliki beberapa poin penting, selain itu Arra juga menggemaskan.

bukankah dia menggemaskan?

"Apakah kamu juga bertanya pada kakak laki-lakimu tentang tipe idealnya?" Tyo bertanya secara logis apakah Arra harus bertanya kepada kakak perempuannya tentang tipe ideal anak laki-laki ini.

Bukankah seharusnya Arra bertanya bagaimana menjadi tipe idealnya, Arra harus bertanya? Bagaimana bisa Tyo juga membantu Arra, saya tidak tahu.

"Belum," kata Arra kepada Tyo membuat lelaki itu terkekeh, ternyata ada gunanya menikah dan menjalin hubungan dengan seseorang, komunikasi harus baik.

Jika tidak, maka akan seperti Arra. gadis lugu dan sangat lugu itu benar-benar cukup imut untuk dipercaya dan disukai seseorang. Contohnya mungkin kakak laki-laki Arra yang dikejar Arra. "Oke kembali ke topik."

"Jika kamu ingin membantu temanmu mengungkapkan perasaannya, tahukah kamu bahwa teman-temanmu yang lain juga menyukainya?" tanya Tyo lagi membahas Fian dan Vio. Arra kembali berpikir di luar, wanita itu mengangkat wajahnya untuk menanyakan kembali angan-angannya.

"Aku belum bertanya. Tapi kalau aku bisa percaya diri, aku bisa melihat bagaimana Fian menyukaiku," jawab Arra cepat membuat Tyo terkekeh saat gadis itu tidak lagi menahan diri dan membicarakan seseorang dengan menyebut namanya.

Tyo terkekeh, pria itu menganggap jawaban Arra lucu. Bagaimana seseorang bisa menilai perasaan orang lain hanya dengan matanya. karena menurut Tyo itu tidak rasional selain itu hanya akan memberinya fitnah yang buruk. "Dari mana kamu tahu, Ara?" Tyo bertanya kemudian, jujur, antara penasaran dan tidak, Tyo lebih suka mendengar lebih banyak hal dari ocehan Arra yang menurutnya menyenangkan.

"Aku melihat mata Fian sama dengan mataku ketika aku melihat kakak Kevin," jawab Arra tanpa sengaja menyebut nama kakak laki-laki Arra itu, membuat Tyo semakin terkekeh. "Jadi namanya Kevin?" Tyo bertanya ketika pria itu benar-benar tidak bisa mengingat namanya. Arra menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya.

"Jangan beritahu dulu ke Kak Giral, Kak. Aku minta tolong, karena Kak Giral tidak suka sama Kak Kevin." Tyo mulai pusing, kali ini pria itu sengaja bertanya. "Bukankah kamu Kak Giral kamu belum pernah bertemu Kevin?" Tyo balik bertanya karena Arra terlalu banyak bicara, yang membuat Tyo semakin marah pada wanita itu.

"Sekarang apa?" tanya Arra dengan kasar karena wanita itu menjawab dengan anggukan kepala yang menandakan bahwa Giral belum bertemu dengan Kevin. "Aku bisa melihat Bro Giral marah dengan mata yang sama ketika Bro Raenal melihat Kak Tyo di kafeku akhir pekan lalu," kata Arra, membuat Tyo terdiam dan menyadari semua hal kecil yang membuatnya merasa sedikit canggung tapi benar.

"Apakah kamu sedetail itu?" tanya tyo dengan wajah terkejut mendengar jawaban Arra untuknya, wanita itu menganggukkan kepalanya dengan sangat bersemangat. "Mengapa?" tanya Arra balik ketika Tyo bertanya dengan cukup aneh.

"Tidak, kamu gadis yang pintar Arra." Tanpa memperpanjang jawaban kali ini, Tyo mempercepatnya. "Aku akan mengantarmu pulang," kata Tyo dengan bangun lebih dulu dan mengajak Arra untuk bergegas pulang.

Meski sekarang sudah jam lima, bukankah seharusnya Tyo harus segera mengantar Arra pulang? Bukankah Tyo lulus kemarin? Ah, lupakan.

Tyo tidak ingat apa-apa.

"Aku masih belum mau pulang," jawab Arra sambil bangun tapi tidak diantar pulang. "Lalu? Kak Giral bisa membunuhku jika aku tidak membawamu pulang dengan cepat," kata Tyo, tidak ingin disalahkan, tetapi wanita itu tampak tidak mau dan hanya diam.

Dengan enggan, Tyo menghela nafas berat dan berjalan menuju kasir untuk membayar minuman keduanya. Arra pun mengikuti Tyo dengan segala langkahnya dimana Tyo sudah membukakan pintu untuk Arra masuk. Wanita itu hanya berdiri di belakang Tyo.

"Kak, bukankah aku sudah memberitahumu bahwa Kak Raenal dan Kak Giral baru saja bertengkar. aku sangat takut," bantah Arra, membuat Giral menarik napas dalam-dalam dan mengangguk. Kali ini Tyo yang akan bertanggung jawab. "Masuk, aku akan mengajakmu jalan-jalan." Arra tersenyum cerah dan masuk ke mobil Tyo.

Mereka berdua mulai pergi ke taman bermain, berbelanja makanan dan beberapa hal menyenangkan lainnya. karena bermain di dalam ruangan, keduanya lupa waktu karena tidak melihat cuaca dan ponsel.

Sampai salah satu dari mereka menyadari bahwa mereka telah bermain terlalu lama. "Kak," panggil Arra setelah memegang ponselnya ketika Giral meneleponnya beberapa kali.

"Sekarang sudah larut, bagaimana mobilku pulang?" tanya Arra dengan wajah penuh bekas luka. Pukul sembilan malam dan Arra masih asyik dengan permainan dan makanan yang dibelikan Tyo untuknya. "Ayo," ajak Tyo sambil menarik tangan Arra untuk ikut dengannya.

Dengan langkah cepat yang sedikit diminati Arra karena langkah Tyo jauh lebih besar sekarang karena Arra mulai bertanya sedikit demi sedikit. "Bagaimana cara memberikan alasan?" tanya Arra yang tidak pernah pulang terlambat tanya Tyo.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Tyo dengan mempersilahkan Arra masuk ke dalam mobil dan membiarkan mereka berdua tetap berada di dalam mobil sampai Tyo tiba di depan rumah Arra. Sejujurnya, bukan hanya Arra yang gugup, Tyo juga.

Selain Tyo, dia juga bolos kuliah, sekarang dia harus berhadapan dengan keluarga Arra dan Giral.

Membayangkan Tyo saja sudah ketakutan, dengan helaan napas berat keduanya mulai berbicara. "Jujur, Arra." Kali ini Tyo menyuruh Arra untuk tidak berbohong atau apalah, Arra yang melihat itu menggigit bibir bawahnya ketakutan.

"Kak," panggil Arra, membuat Tyo menarik napas dalam-dalam. "Aku juga takut, Arra." Kali ini Tyo mengatakan yang sebenarnya.

"Tapi, aku harus bertanggung jawab untukmu. Kamu memintaku jalan-jalan, dan aku menuruti. Jika kita berbohong, bukankah itu terlihat lebih buruk di depan orang tuamu dan dua kakak laki-lakimu?"

"Apapun yang akan terjadi, bicaralah jujur. Apapun yang telah terjadi, akui saja. Apa pun yang kamu takutkan, lakukan saja. Karena ketika kamu jujur, mencoba bicara orang akan mempercayaimu. Kamu mendengar aku?" Arra menganggukkan kepalanya saat mendengar Tyo memberikan bimbingan yang lembut dan baik padanya.

"Ayo turun," Untuk menulis dengan meminta Arra turun bersamanya. Mereka berdua turun, tepat saat You melangkah keluar dari mobil, seseorang memanggil namanya.

"Tyo!!!"

Seseorang memanggilnya dari arah lain.