Arra hanya terdiam, wanita itu memilih makan salad buah bersama Vio dan Fian yang masih sibuk dengan makan siang mereka. Hanya saja Arra terdiam sejak saat itu, menjauhkan ponselnya begitu dia menatap Kevin untuk terakhir kalinya saat pria itu berjalan keluar kampus dan menjauh dari meja keempatnya.
Arra juga masih terdiam, wanita itu pun memilih makan salad buah dalam diam, dengan Vio menatap Arra segera setelah makanan Arra habis olehnya, dan berhasil menghabiskan makanan yang dipesannya kali ini.
"Arra," panggil Vio membuat wanita itu berhenti mengunyah, membuat Arra melirik Vio sedikit dan mengangkat satu alisnya perlahan. "Apa itu?"
"Bukankah Kau semakin nyaman di meja ini, dan bersamamu. Apakah kamu sudah memiliki hubungan?" tanya Vio pada Arra membuat wanita itu tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya pelan. "Kenapa kau bertanya padaku, Vio? Apa itu penting untukmu?" tanya Arra kembali dengan Vio mengangguk setuju.
"Aku ingin melihatmu punya pacar, entah kenapa," jawab Vio dengan sedikit melirik ke arah Fian ketika pria itu benar-benar menghentikan gerakan menyuapnya dan kembali berbicara dengan perbincangan keduanya. "Kenapa kamu mengatakan itu?" tanya Fian yang saat itu juga ingin bertanya.
"Kenapa? Itu hanya sebuah pertanyaan, dan menurutku itu juga bukan hal yang buruk. Bukankah normal kalau semua cewek punya pacar di sekolah?" Fian menghela nafas berat, cowok itu melirik ke arah Arra saat gadis itu terdiam.
"Apakah kamu ingin punya pacar?" tanya Fian langsung membuat Vio menatap tajam ke arah Fian saat pria itu bertanya langsung pada Arra, membuat Arra sangat canggung saat itu juga. "Jadi apa? Itu hak dan privasiku," jawab Arra sambil mengambil salad buahnya dan mengunyahnya dengan santai tanpa bicara.
"Aku hanya bertanya, siapa tahu kau mungkin tertarik dengan hubungan seperti itu." Arra terkekeh mendengar perkataan Fian setelah itu, wanita itu pun meneguk minuman yang diberikan Kevin padanya. "Aku memang tertarik dengan hubungan seperti itu, Fian. Aku tidak akan munafik dengan menyangkalnya, bukankah kamu juga memiliki hormon itu juga?" Alis Vio menyatu sempurna ketika Arra menjawabnya lebih dalam dan membuat Vio takut Arra akan membicarakan perasaan Vio saat itu.
"Arra," panggil Vio untuk mengalihkan pembicaraan antara Fian dan Arra yang semakin menjauh, tapi Arra hanya meliriknya sekilas. "Kenapa?" jawab Arra kecil saat itu, hanya saja Vio menelan ludahnya susah payah.
"Aku juga menyukaimu, aku ingin." Fian memutar bola matanya malas, laki-laki itu mulai malas dengan apa yang dikatakan Vio sebagai jawaban.
Tidak bisakah Vio diam saat Fian berbicara dengan Arra? Setidaknya untuk sementara, bahkan ketika Arra mendengar Fian berbicara dengan Vio wanita itu memilih untuk diam, mengapa Vio tidak.
"Apa yang kamu inginkan? Aku sedang berbicara dengan Arra, kenapa kamu mau juga, Vio." Kali ini Fian menegur apa yang dikatakan Vio kepada Arra, baru kali ini Fian berbicara lagi kepada Arra untuk meminta jawaban.
"Apakah kamu sedang jatuh cinta dengan seseorang?" Arra menggelengkan kepalanya kuat-kuat saat mendengar pertanyaan Fian untuknya, bahkan kali ini Arra melirik Vio sekilas dan tersenyum miring. "Bisa iya bisa tidak."
"Aku tidak tahu apakah aku sedang jatuh cinta dengan seseorang, hanya saja saat ini aku sedang memilih dari dua pilihan." Alis Fian menyatu begitu mendengar jawaban Arra yang mengatakan bahwa gadis itu sedang jatuh cinta pada seseorang.
"Apakah kau mengatakan yang sebenarnya?" tanya Fian bersemangat dengan wajah tersenyum, pria itu malah tersenyum tipis dan mengunyah makan siangnya dalam diam, Vio yang melirik ke arah kali ini mulai berbicara.
"Apakah pria yang kamu sukai dekat denganmu?" Vio meminta informasi lebih lanjut tentang Arra agar Fian juga sadar siapa yang dibicarakan. "Jadi apa? Bukankah aku sudah bilang itu privasiku?" Violet menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku hanya ingin tahu anak laki-laki beruntung mana yang membuatmu ingin memilikinya." Vio mengatakannya dengan rapi, bahkan Arra hampir menangis mendengarnya.
Tahu teman seperti Vio pandai memanipulasi segalanya? Arra tidak menyangka, hanya saja kali ini yang sulit dijelaskan adalah mungkinkah?
Mungkinkah pria yang beruntung itu adalah Fian ketika Vio memberitahu Arra bahwa Arra sudah mengetahui segalanya?
"Dia bilang aku bukan tipenya," jawab Arra, membuat Fian dan Vio sama-sama terkejut dengan jawabannya. Ada perasaan lega yang dirasakan Vio saat mendengar jawabannya karena jawaban yang Arra berikan tidak mengarah pada Fian. Lagipula, Vio bisa melihat bagaimana Arra adalah wanita kelas menengah Fian.
Tapi siapa?
Siapa pria yang mengatakan hal seperti ini pada Arra padahal dialah yang mengalihkan fokusnya?
"Kau menyukai pria yang mengatakan itu padamu?" Tanya Vio tidak mengharapkan jawaban, bahkan Fian juga hanya mendengarkan dengan seksama karena penasaran juga. "Nyaman saja, Vio. Aku tidak tahu apakah aku menyukainya, toh aku sedang memikirkan siapa yang terbaik saat ini." Fian yang mendengarnya mulai bersemangat, ada satu kesempatan yang bisa terbang dalam pilihan yang Fian harapkan juga.
"Jadi kau menyukai dua anak laki-laki?" tanya Fian penasaran memilih untuk langsung bertanya. "Tidak, Fian." Arra meneguk susunya lagi dan menutupnya rapat-rapat. "Lalu?"
"Aku tidak suka, aku suka percakapan dewasa yang mengajariku untuk dewasa dan mandiri. Aku hanya nyaman, bukan berarti aku akan membencinya juga," jawab Arra menjelaskan lebih baik membuat Fian menelan ludahnya dengan susah payah.
Apakah salah satunya juga Fian?
Apakah Fian ada?
Apakah ada harapan untuk Fian?
"Aku senang mendengarnya." Arra menganggukkan kepalanya begitu dia mendengar ini, wanita itu mulai menghabiskan salad buahnya sebelum istirahat selesai.
"Ngomong-ngomong bagaimana denganmu, Vio?" Arra bertanya pada Vio hanya ingin mengatakan apakah Arra benar-benar berada di posisi pojok antara dirinya dan ucapan Vio yang menyudutkannya. Bagaimana Vio bermain dengannya mendiskusikan Fian dan Kevin bersama, menyalahkan dan menyudutkan hal-hal yang tidak penting.
Sejujurnya, Arra benci ketika Vio mulai melakukan hal gila seperti ini.
Area dan Kevin tidak memiliki hubungan apapun, begitu pula Arra dan Kevin. "Benar juga, siapa pria beruntung yang memikat perasaanmu hingga begitu bahagia," kata Fian kepada Vio membuat wanita itu menatap Arra dengan sedikit amarah yang sulit dijelaskan.
Arra terkekeh, wanita itu melirik ponsel yang tidak terkunci, ada notifikasi pesan gelap Raenal untuknya.
Hanya memesan jika Arra harus pulang bersama Raenal.
"Aish, apakah Kak Kevin mengirim pesan ke Kak Raenal?" tanya Arra dengan gumaman kecil saat wanita itu juga menunggu jawaban Vio untuknya.
"Arra, kenapa harus bertanya pada Fian. Aku tidak bisa menjawabnya," komentar Vio membuat Arra terkekeh geli melihat wajah Fian yang sedang menunggu cowok yang disukai Vio.
Mungkin Fian tahu dengan siapa Vio jatuh cinta, hanya saja pria itu ingin tahu jawaban Vio dari mulutnya. Setidaknya Vio hanya tidak ingin membuat Fian menjauh dan membuat Vio semakin membenci keadaan yang sebenarnya.
Fian tahu Vio suka dia, Vio tahu Fian suka Arra, Arra tahu Vio suka Fian, dan Arra tidak mau masuk ke asmara yang ada di dalam game.
"Kenapa kamu tidak bisa menjawabnya? Kenapa kamu tidak terbuka padaku, hanya pada Arra?"
"Aku cemburu, kamu hanya terbuka pada Arra dan melupakan aku yang juga temanmu." Vio memelototi Arra membuat Fian terkekeh melihat bagaimana Vio menatap Arra dengan tatapan penuh kebencian.
Arra baru saja akan menyelesaikan percakapan antara Vio dan Fian, tapi seseorang memanggilnya. Vio dan Fain yang belum sempat melihat telepon masuk di ponsel Arra, langsung melirik Arra dengan penuh perhatian. "Aku ke kelas dulu" ucap Arra langsung pada Fian dan Vio, langsung berjalan menuju kelas dengan membuat tempat makan terlebih dahulu ke tempat sampah, dan berlari ke kelas dengan membawa botol air minum yang dibelikan Kevin untuknya.
Vio terkekeh melihat bagaimana Fian melihat setiap detik yang Arra gunakan, bahkan wanita itu tidak yakin apa yang dia lakukan sampai Fian tidak mengalihkan pandangannya dari Arra. "Kau suka itu ke Arra? Lucu," kata Vio membuat Fian terkekeh mendengar ejekan Vio untuknya.
"Kenapa?" tanya Fian dengan sedikit terkekeh pada Arra saat Vio sekuat itu melakukannya. "Bukan." Vio menarik napas dalam-dalam, wanita itu menyelesaikan makannya. Dan itu membuat Fian melirik Vio dengan tatapan kecil dan sekilas.
Mereka berdua terdiam, segera setelah Fian memakan makan siangnya, dan Vio menyelesaikan makan siangnya dan mulai meminta untuk berbicara dengan Fian. Hanya orang itu, tentang orang lain.
"Fian."
"Kenapa?"
"Apakah tanganmu jatuh dari kamar mandi?" Vio bertanya membuat Fian terdiam ketika mendengar pertanyaan untuknya. "Terus?"
"Aku tidak yakin tentang itu. Lukanya tidak jatuh seperti ini, apakah kamu bertengkar?" Fian tertawa terbahak-bahak ketika mendengar itu, jadi Vio sedetail itu? Meski Arra melihat, namun wanita itu memilih diam untuk menjaga perasaannya atau sampai-sampai Arra tidak peduli.
Mengapa Vio memperhatikan hal itu?
"Bagaimana jika aku bertalengkar?" Fian bertanya balik, membuat Vio terdiam dan menyadari apa yang dikatakan Fian padanya.
Pertengkaran? Seberapa buruk itu? Jika demikian, dengan siapa?
Ingin bertanya lebih jauh, Fian memilih untuk mengatakan yang sebenarnya dan membuat Vio terdiam cukup lama. "Bagaimana menurutmu jika Arra bersama Kevin?" tanya vio sembarangan, membuat Fian menatap tajam dan sinis ke kepala Fian yang saat itu ingin marah pada Vio.
"Kau tahu aku benci diskusi ini, Vio. Kenapa kamu bertanya padanya tepat di depannya ketika kamu tahu aku menyukainya." .kali ini ucapan Fian lebih mengintimidasi, jadi Vio tidak bisa memperpanjangnya.
"Aku hanya----"
"Kau tahu aku menyukai Arra, dan kau menyembunyikan fakta itu? Untuk apa. Apa kau menyukaiku?" Pertanyaan Fian lagi, Vio abaikan, wanita itu memilih makan siang dengan diam.